Sunyi
hal pertama kali yang dirasakan Savier saat memasuki rumah megah itu. Rumah yang dulunya dipenuhi keceriaan dan kehangatan sekarang hanya kesunyian.
Ia memasuki kamarnya yang bernuansa monokrom, dan membersihkan diri sebelum sang kakak datang untuk ia temui nantinya. Dua pesan dari kakaknya cukup untuk baginya, karena ada hal yang akan terjadi lagi, trauma itu akan muncul lagi ditubuhnya."Ga nyadar udah panjang aja nih rambut" Savier berkaca sambil merapihkan rambutnya yang basah.
"ganteng gue" batin savier memuji dirinya sendiri, ia memang percaya diri dengan wajah tampannya bak pangeran es itu.
Siapa duga Hugo dengan tergesa memasuki kamar sang adik tanpa mengetuk, dan mengunci pintu dari dalam, ia melempar tas disembarang tempat, dan menghampiri Savier.
Plak
Panas, yang dirasakan saat ini.
Ah, dia sudah menduga jika hal ini akan terjadi padanya, lagi..
tak menghiraukan rasa sakit pada pipi kanannya. Savier menatap Hugo, ia melihat wajah kakaknya yang penuh emosi itu."Gue sering peringatin waktu lo cuma 15 menit SAVIER!" ucap Hugo dengan nada tinggi, "lo masih untung ayah sama bunda belum datang, kenapa lo bebal banget hah?!". Lagi, bentakan dari sang kakak yang ia dapatkan tapi beruntung jika ia hanya mendapatkan perlakuan keras dari sang kakak tak dari kedua orang tuanya.
"Gue ga lihat jam bang, maaf.." lirih savier
"5 menit lagi ayah sama bunda pulang, gausah keluar kamar!" perintah hugo membuka pintu, "ngapain ga nunggu gue dikamar lo aja bang?" pertanyaan savier memperlambat gerak tangannya pada knop pintu kala itu.
"tangan gue kebas kelamaan ga nampar lo" Hugo keluar membiarkan pintu kamar sang adik terbuka. Savier hanya menghela nafas sambil meringis perih pada pipinya."masih ga paham kenapa gue cuma punya waktu 15 menit" savier bertanya-tanya pada dirinya sendiri, masih tak mengerti kenapa setelah pulang sekolah ia hanya memiliki waktu 15 menit
Duduk bersandar dipinggir kasur dan memandang keluar jendela yang ia lakukan saat ini, diluar jendela memperlihatkan matahari tenggelam saat itu. Menikmati sore menuju malam yang selalu memberikan ketenangan, tak ada suara berisik dimana pun itu.
•
•"BANG HUGOO AYO MAKAN MALAM DULU..!"
Ah, itu suara bunda yang pasti baru saja selesai menyiapkan makan malam.
Tenggelam pada ketenangannya, tak kerasa jika kedua orang tuanya sudah berada dirumah sejak tadi, tak peduli juga mereka pada si bungsu yang sudah berada dirumah."Mana anak sialan itu?"
"dikamar yah, abang larang keluar tadi sebelum kalian pulang"
"bang, nih anterin makanannya si savier". Hugo mengangguk sambil membawa nampan berisi nasi goreng dan susu hangat. "Makan tuh masakannya bunda, jarangkan lo makan masakannya bunda lagi hahah" ucap Hugo sambil meninggalkan Savier yang sedang belajar saat itu.
Satu suap nasi goreng tepat mendarat didalam mulutya, "enak" kata pertama kali yang savier ucapkan. Sudah lama ia tak merasakan masakan bundanya lagi, entah kapan terakhir kali ia makan masakan bundanya itu. Akhir-akhir ini ia sering masak sendiri, meskipun hanya telur ceplok tapi ia merasa cukup.
"Enak, lebih enak makan malam bareng dibawah" ucap savier miris mengingat jika kakaknya saja yang dipanggil untuk makan malam bersama, padahal ia juga berada dirumah. Ia menuruni tangga dan kedapur untuk mencuci piringnya, menyaksikan keluarganya yang sedang asik berbincang dimeja makan.
Kedatangannya tak dianggap hanya angin lalu saja. tak peduli, savier hanya berniat mencuci piringnya dan kembali ke kamar untuk melanjutkan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Welcome Home.
Teen Fiction"Selamat datang Savier, di rumahmu yang sebenarnya".