Rei terbangun dari tidurnya dan mendapati Kyoujuro sedang membaca buku. Sinar senja mentari menyinari sebagian wajah Kyoujuro membuat Kyoujuro terlihat mengagumkan terlebih jika dilihat dari dekat seperti ini.
"Oh Rei kau sudah bangun? Kau lapar tidak?"
Rei segera membetulakan posisi duduknya, dia belum sepenuhnya sadar karena masih mengantuk, namun dia harus memberikan obat kepada Kyoujuro.
"Bentar ya Kyou~ aku mengumpulkan nyawa ku dulu yang tertinggal dialam mimpi."
Kyoujuro tertawa melihat Rei yang kembali meletakkan kepala Rei di sisi ranjang nya. Dia melihat betapa indahnya ciptaan kami-sama sehingga bisa memberinya wanita secantik ini. Kyoujuro menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Rei, Kyoujuro pun memperhatikan proporsi wajah Rei. Wajah mungil, mata bulat, hidung kecil yang mancung, bulu mata yang lentik dan tebal serta bibir kecil nan ranum benar-benar sebuah mahakarya bagi Kyoujuro, dia pun memandangi Rei sangat lama.
Tak lama kemudian, Shinobu datang dan terkejut melihat Rei yang tertidur pulas, sedangkan pemilik ranjang hanya tersenyum dan mengisyaratkan untuk tidak berisik.
Ternyata Shinobu mengantarkan makanan serta obat, untungnya dia mengantarkan dua porsi makanan sehingga jika Rei terbangun maka dia bisa mengajak makan bersama.
Shinobu juga mengisyaratkan agar Kyoujuro memberitahu Rei jangan terlalu memaksakan diri, karena Rei yang mudah kelelahan. Shinobu pun berkata akan meresepkan obat penambah stamina untuk Rei, setelah itu Shinobu pun pergi untuk berpatroli.
Hari semakin sore, langit juga sudah hampir gelap, Kyoujuro membangunkan Rei untuk segera makan, namun bukannya bangun Rei malah menolaknya.
"Ah apa? nanti oka-san, aku belum lapar, aku takkan makan jika otou-san belum makan."
Mendengar hal itu Kyoujuro menatap sendu Rei, sepertinya kehilangan ayahnya benar-benar meninggalkan luka batin.
Kyoujuro pun membangunkan sekali lagi dan untungnya Rei bangun, namun dengan wajah sembab dan basah, sepertinya dia sampai menangis karena dilihat dari bekas Rei menaruh wajahnya ada jejak air.
"Rei, kita makan terlebih dahulu, jangan terlalu terbawa mimpi, aku ada untukmu."
Rei yang sudah sadar sepenuhnya malah menangis mendengar ucapan Kyoujuro. Dia sangat ingin mendengar kata-kata itu karena ibunya sendiri juga tak pernah berkata seperti itu.
Kyoujuro hanya bisa menepuk-nepuk kepala Rei dan berkata 'tak apa menangislah' untuk membantu Rei mengeluarkan semua emosi yang terpendam.
Sekitar 15 menit untuk menunggu Rei tenang, Rei yang tersadar langsung menundukkan kepalanya dan menutupi wajah sembabnya.
"Rei, jangan malu hahaha, tak apa wajar menangis, jika kau menangis dan butuh pelukan aku ada untukmu."
Rei hanya menanggapi dengan senyuman, menurut Kyoujuro itu senyuman yang sangat indah. Kyoujuro pun menyarankan Rei untuk mengompres matanya dengan air dingin agar tidak bengkak besok pagi, sebenarnya Rei yang sehabis menangis sangatlah lucu karena seperti anak kecil, dia menangis sampai hidungnya merah.
Rei hanya mengangguk dan mengambil makanannya.
"Oh ya, Kyoujuro-san bisa memegang sumpit? jari kanan Kyoujuro-san kan sedang patah, sini Rei suapin ya."
Kyoujuro pun tersadar bahwa jari kanannya ada yang patah, berarti dia harus di suapi.
"Boleh, tapi apakah kau sampai? Bukan bermaksud mengejekmu, tapi kau kan sangat pendek."
Rei yang mendengarnya sangat kesal, memang dia pendek namun tidak sependek itu juga. Rei pun menyadari kalau dirinya tidak sampai, sepertinya dia harus duduk di samping ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloud; Rengoku [discontinued]
Fanfiction"Kamu bagai awan yang selalu mendampingi matahari kapan pun itu" -Rengoku Kyoujuro "Sedangkan kamu bagai matahari yang sanggup melelehkan awan, sehingga awan menangis" -Mizunashi Rei