~03~

361 36 14
                                    

"Happy reading"

Sudah tak heran lagi ketika mereka melihat sosok lelaki jangkung yang tampan rupawan sedang berjalan dikoridor sekolah.

Yang membuat para guru muak melihatnya, adalah dijam berapa dia datang kesekolah. Sekarang, sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi namun sosok tampan itu baru saja tiba.

Karena sudah muak, para Guru tak ambil pusing pada tingkahnya, lagian jika dia datang sekalipun, pastinya tidak akan belajar.

"Wuih, Bos kita baru datang. Patut banget dicontoh," celetuk Ramen Man. Kaizo tak menanggapi dan memilih duduk di bangkunya.

"Gimana?" Tanyanya. Seolah mereka mengerti, sehingga para inti geng berkumpul ditempat duduknya Kaizo.

"Beres, Bos. Cuma.. Si Agok luka parah, sampe sekarang masih dirawat dirumah sakit," pungkas Gevan. Kaizo mengangguk mengerti, dia memejamkan matanya sejenak untuk menjernihkan pikirannya.

Mau bagaimana pun, dia adalah pemimpin dari mereka, maka dari itu, dia harus tetap tenang dalam kondisi menstabilkan emosi, di manapun situasinya.

"Gimana?" Pertanyaan yang sama, namun beda makna. Sai menatap serius pada Kaizo.

"Gara-gara cewek, Bos. Cewek itu suka sama si Agok, tapi anak geng sebelah gak terima, alhasil terjadilah baku hantam. Tapi geng sebelah licik pake bawa kawan, sedangkan si Agok sendirian terus dikeroyok sama mereka," jelas Sai.

Ck, ternyata masalah wanita. Inilah yang membuat Kaizo sangat malas berurusan dengan wanita.

"Malam, rumah sakit," titahnya. Mereka semua mengangguk mengerti tanpa harus diulang kembali, karena sudah terbiasa dengan Kaizo yang berkata singkat.

🐯

Suara motor yang memasuki pekarangan rumah besar milik KaiFang terdengar cukup nyaring. Kaizo masuk kedalam rumah dengan langkah yang gontai.

Sangat lelah rasanya dan sekarang waktunya untuk mengisi energi dengan memeluk erat si gempal yang menggemaskan. Saat dia masuk, suasana heninglah yang menyambut kedatangannya.

Sebelah alisnya menukik tajam ketika tak mendapati intensitas dari makhluk gemuk itu, biasanya ketika suara motornya masih dihalaman saja, dia sudah berlari menyambut dirinya.

"Apa iya ditempat, Boboiboy? Om, yang nganter?" Monolognya sendiri. Dia bergegas ingin kerumah orang yang namanya BoBoiBoy itu.

Namun, dia sempatkan untuk mengganti baju terlebih dahulu. Sesampainya dia didepan kamar, langsung saja dia membuka pintu bercat baby blue tersebut. Sengaja Kaizo memilih warna itu karena dia berbagi kamar dengan Adiknya.

Betapa terkejutnya dia saat melihat kondisi kamar sudah seperti kapal pecah, semua barang-barang berserak dilantai dengan sprei-nya yang bergulung diatas lantai.

Sprei itu terlihat bergerak-gerak dan memperlihatkan gundukan didalamnya. Kaki jenjangnya melangkah dengan cepat kemudian menyibakkan sprei itu, sehingga terlihatlah segumpal daging yang sedang sibuk dengan dunianya.

Segumpal daging itu tengah sibuk menaburi bedak ke seluruh wajah dan badan gemuknya. Dengan dot yang terus tersumpal dibibir mungilnya, Kaizo mendesah frustasi melihat kelakuan Adiknya.

"PANG! Ya Allah.. Lo ngapain sih, dek?! Gak abis-abis buat gue, darah tinggi!" berang Kaizo saat melihat wajah Fang seperti hantu yang nyangkut ditoilet.

"Hihi... Pang na tih, Abang!" jawaban si kecil yang sangat diluar nalar, dia pengen putih.

(Hihi... Pang mau putih, Abang!)

"Tapi, gak gini juga, sayangnya Abang.." Lirih Kaizo karena benar-benar sudah capek.

Niat hati ingin mengisi ulang tenaga dengan memeluk erat-erat kesayangannya, namun digagalkan dengan tingkah laku si gempal. Lagian, Fang itu sudah putih, mau seputih apalagi, entar malah dikira albino.

Seluruh wajah dan badan Fang menjadi sangat putih karena bedak, ditambah rambutnya juga ikut menjadi putih. Tidak memakai baju, hanya memakai kolor bergambar harimau yang berpose imut, layar tablet milik Kaizo juga sudah dipenuhi bedak. Kaizo menebak, pasti bedaknya habis tiga botol.

"Sayang.. Apa sih yang kamu pikirin sampe jadi gila, gini?"

"Yac dam! Abang da au jak Pang, oyah!" seru si kecil. Kaizo terkekeh dibuatnya, ternyata Adiknya lagi balas dendam gara-gara tak diajak ke sekolah.

(Balas dendam! Abang gak mau ajak Pang, sekolah!)

Bukannya Kaizo tak mau mengajak Adiknya, namun dia hanya tak mau kalau miliknya dilihat oleh khalayak umum, apalagi disentuh-sentuh oleh orang asing.

Dengan tindakan cepat, dia menggendong tubuh gempal itu kemudian memandikan Adiknya. Setelah semuanya selesai, dia meletakkan Fang diatas kasur big size milik mereka berdua.

Memilih membereskan seluruh penjuru kamar setelah itu baru akan memakaikan Fang pakaian. Terlihatlah Fang yang sedang asik berguling-guling diatas kasur tanpa sehelai benangpun. Kaizo menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan ajaib milik Adiknya.

"Abang Io, na cucu!"

(Abang Kaizo, mau susu!)

"Abis berapa botol?"

"Ma," jawab Fang dengan menunjukkan sepuluh jarinya. Kaizo mendekat kemudian mengacak surai lembut milik Fang.

"Lima, jarinya harus lima, bukan sepuluh." Kaizo menurunkan lima jari milik Adiknya. Fang tertawa sembari menunjuk-nunjukkan jari mungilnya kepada Kaizo.

Beberapa menit kemudian, Kaizo sudah selesai membereskan kamarnya, Fang juga sudah dipakaikan baju.

Kenapa tidak asisten rumah tangga saja yang melakukan pekerjaan dirumah Kaizo? Itu karena Kaizo tak memiliki asisten rumah tangga. Sudah dibilang, jika Kaizo tak ingin miliknya dilihat banyak orang.

"Cucu!"

"Gak ada susu, lagi. Entar lo gak mau makan!"

Fang mencebikkan bibirnya, netranya berkaca-kaca hendak menumpahkan tangisannya. Itu membuat Kaizo menghela nafas pasrah, dia menatap lembut pada sang Adik agar mau mengerti.

"Hei, sayangnya Abang. Adek makan dulu, ya.. Siap makan, baru minum susu. Adek capa nih yang imut dan menggemaskan, hm?" Kaizo mengusakkan hidung mancungnya dengan hidung bangir milik sang Adik.

Fang terkikik geli. "Abang Io!"

"Haha, pintarnya.. Kalo dah pintar, berarti harus makan dulu, ya," bujuk Kaizo agar Fang mau makan. Fang mengangguk dengan antusias kemudian mengulurkan kedua tangannya pertanda meminta digendong.

Dengan tanggap, Kaizo langsung menggendong ala koala tubuh mungil sang Adik dan membawanya kedapur.

"Cucu, cucu, cucucu, cucu~" gumam Fang sepanjang langkah menuju dapur. Kaizo terkekeh gemas pada Fang yang menyanyikan lagu 'susu' sepanjang jalan. Nada dan liriknya hanya itu-itu saja tiada ubahnya.






TBC.

Ada-ada aja kelakuan si mungil yang buat gemes. Siapa lagi yang nantikan ke gemesan mereka?

Jangan lupa vote dan komen biar cepat di update-nya^.

Bos kecilnya Kaizo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang