Happy Reading.....
Di sudut perpustakaan SMA Mentari Harapan, terdapat seorang gadis yang selalu tenggelam dalam buku-buku. Namanya 𝐀𝐥𝐢𝐤𝐚, seorang gadis pecinta sastra yang selalu terpukau oleh kekuatan kata-kata.
Setiap hari, ia duduk di meja pojok, mengelilingi dirinya dengan buku-buku klasik, dan menulis puisi di jurnal kulitnya yang usang.
Alika selalu memilih kata-kata dengan cermat, menyusun mereka seperti lukisan yang indah. Ia percaya bahwa di balik setiap kata ada dunia tak terlihat, menunggu untuk di jelajahi.
Di kelasnya, ada seorang pria bernama, 𝐁𝐢𝐦𝐚, seorang pemain basket yang terkenal dengan ketampanannya dan karismanya. Namun, di balik itu, Bima memiliki ketertarikan sembunyi pada sastra. Ia sering melihat Alika dari kejauhan, terpesona oleh cara dia berinteraksi dengan buku-bukunya.
Diam-diam, Bima selalu ingin mendekati nya, tetapi takut kata-kata yang tidak akan cukup untuk menarik perhatian gadis yang begitu menghargai keindahan diksi.
Suruh hari, kesempatan itu datang. Guru Bahasa Indonesia mereka mengumumkan sebuah proyek kelompok dimana setiap siswa harus bekerja sama untuk membuat sebuah antologi puisi. Takdir seolah berpihak pada Bima ketika ia di tempatkan satu kelompok dengan Alika.
"Ini kesempatan lo, Ga, " bisik hatinya saat ia berjalan mendekati Alika.
"Bima, kan? " sapa Alika dengan senyum lembut.
Bima mengangguk gugup. "Ya, senang bisa kerja sama denganmy, Gua sebenernya tertarik banget sama Puisi, hanya saja... "
Alika tersenyum, "hanya saja?"
"Hanya saja gua gak terlalu gitu pandai ngerangkai setiap kata indah kayak lo, " jawab Bima dengan jujur.
Alika tertawa kecil, "tidak apa-apa, kita bisa belajar bersama. Lagi pula, puisi itu tentang perasaan, bukan sekedar kata-kata indah. "
Mereka mulai mengerjakan proyek bersama, dan setiap hari Bima belajar lebih banyak tentang kekuatan diksi. Alika dengan sabar mengajarinya bagaimana memilih kata-kata yang tepat, bagaimana membuat setiap hari puisi memiliki makna yang mendalam.
Hari demi hari mereka semakin dekat. Bima mulai menemuka bahwa kata-kata tidak hanya ada di buku, tetapi juga di hatinya.
Ia mulai menulia puisi tentang perasaan nya kepada Alika, meskipun ia belum memiliki keberanian penuh untuk mengungkapkan nya.
Pada suatu malam, saat mereka sedang duduk di perpuastakan, Bima memberanikan diri untuk menunjukkan puisinya kepada Alika.
Dengan tangan bergetar, ia menyerahkan secarik kertas lembaran kepadanya.
Alika membacanya dengan seksama. Setiap kata, setiap baris, membuat hatinya bergetar. Puisi itu bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang perjalanan mereka bersama, tentang bagaimana kata-kata telah menyatukan mereka.
"Bima, ini indah banget," kata Alika dengan mata yang berkaca-kaca, "Kamu punya bakat yang luar biasa. "
Bima tersenyum lega, "Gua belajar dari yang terbaik. "
Dalam keheningan malam itu, di antara rak-rai buku tua, mereka sling menatap, merasakan getaran yang sama di hati mereka. Tanpa kata-kata, mereka tau bahwa sesuatu yang istimewa telah tumbuh di antara mereka.
"Bima, " bisik Alika, "Terima kasih telah menunjukkan pada ku bahwa dengan kata-kata, kita bisa menciptakan semesta kita sendiri. "
Malam itu, di bawah langit malam yang penuh bintang dan cahaya rembulan, dua jiwa yang terikat oleh cinta pada diksi menemukan bahwa semesta mereka telah menyatu.
Mereka menyadari bahwa di balik setiap kata, ada perasaan yang mendalam, dan di balik setiap perasaan, ada cinta yang tak terucapkan.
Dengan hati yang penuh kata-kata yang indah, mereka berjalan pulang, mengetahui bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang lebih dari sekedar antologi puisi.
Mereka telah menemukan cinta dalam setiap diksi yang mereka pilih dan tulis.
The End.
𝐆𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐢𝐦𝐚
𝐀𝐥𝐢𝐤𝐚 𝐗𝐚𝐢𝐯𝐞𝐫𝐚
KAMU SEDANG MEMBACA
All Oneshot Skyblue Couple (Yoshi-Asa)
KurzgeschichtenOneShot Skyblue (Asa Yoshi) Gak suka? Skip.