06

402 35 6
                                    

Jika tahu akan seperti ini, ingin rasanya Junkyu menyumpal telinganya bahkan bila perlu dia ingin tuli sekalian.

"Aku tidak menyangka Junkyu akan seperti itu."

"Bagaimana bisa Junkyu merebut tunangan orang."

"Apakah dia tidak kasihan dengan Wonyoung, bisa-bisanya dia tetap bermuka tebal seperti itu."

"Kim Junkyu ternyata tidak seperti yang terlihat."

"Dasar jalang."

Langkahnya terhenti, menatap orang-orang yang memenuhi lorong menuju kelasnya. Tatapannya tertuju pada seorang gadis yang dikuncir kuda dengan poni yang menutupi dahi. Dia tidak mengenal gadis itu, tapi diantara yang lain ucapan gadis itu sungguh menyakiti hatinya.

Jalang ya, Junkyu sedikit tertawa hambar. Kabar bahwa Haruto adalah tunangan Wonyoung sudah menyebar, lalu mengapa ia yang digunjing disini?

Apakah semua orang lupa kalau ia hanyalah seorang korban? Korban dari kebengisan seorang Watanabe Haruto. Apakah semua orang juga lupa, bahwa beberapa waktu lalu dirinya bahkan dianggap dewi penyelamat karena telah membuat Haruto berhenti bertingkah?

Mengapa semua orang berbalik menggunjingnya?

Ia menyesal berangkat sekolah hari ini, apalagi ia harus sendiri tanpa Jihoon yang tidak sekolah karena sakit.

Tersadar dari lamunannya, Junkyu memilih melanjutkan langkah menuju kelas. Tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang seperti menghakiminya.

Lagi dan lagi, kesialan berikutnya dalam hari ini. Manik coklat Junkyu menemukan seorang lelaki yang sangat ia benci setengah mati tengah menatap balik dirinya dengan tajam.

Apalagi sekarang?

Tidak biasanya Haruto datang sepagi ini. Apalagi lelaki itu kini tengah berada di kelas, duduk dengan kaki menyilang di bangkunya. Bergerak sedikit memberi ruang untuk Junkyu agar bisa duduk di bangkunya yang berada di pojok.

"Pulang nanti ikut denganku."

"Aku tidak bisa."

Dengan alis terangkat sebelah, Haruto menatap Junkyu tanda meminta penjelasan. Sedangkan yang ditatap, dengan sedikit keberanian mencoba menatap tepat ke mata Haruto.

"Hari ini peringatan kematian ayahku, biarkan aku pulang."

"Kalau begitu istirahat temui aku, kau tahu kan harus kemana."

Tanpa menerima bantahan, Haruto langsung pergi keluar kelas meninggalkan Junkyu yang menghela nafas pasrah.

Lagi-lagi harus seperti ini.

.

"Kau telat 10 menit."

Sudah Junkyu duga, setelah memasuki markas Haruto inilah yang akan ia dengar.

"Kemari!"

Dengan  kesal Haruto sedikit berteriak karena melihat Junkyu yang hanya berdiri diam di dekat pintu.

Mau tak mau Junkyu mendekat ke arah Haruto. Haruto langsung menarik Junkyu duduk di pangkuannya. Tangannya mengunci pergerakan Junkyu yang berusaha menolak.

"Aku sudah memberimu kelonggaran Kim, tapi kau malah membuatku menunggu lebih lama."

Bibir keduanya bertemu, ciuman penuh nafsu dan amarah dari Haruto membuat Junkyu kewalahan. Haruto bahkan tak melepaskan ciumannya kala Junkyu memukul pundak lelaki itu tanda ia kehabisan nafas.

Tangan Haruto tak tinggal diam, terus bergerak meraba seluruh inci tubuh Junkyu hingga berhenti di payudara bulat sang dara dan meremas keras bagian sensitif itu yang membuat Junkyu bergerak gelisah di pangkuan Haruto.

Bastard - Harukyu GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang