Chapt 4 - Ari or Elden?

46 4 0
                                    

Hi readers balik lagi nih author! Sorry ya kalo updatenya lama. Oh iya perlu diingat ya cerita ini short story dan author udah targetin cuma 5 part doang jadi habis ini selesai deh! Vote, Comment please!

Malam harinya

Kenapa ya hari ini gue ga bisa tidur? Biasanya aja liat kasur langsung tidur. Pikiran2ku memenuhi otakku kali ini bukan soal Elden namun Ari. Aku tidak tau kenapa aku jadi mengkhawatirkannya. Mungkin aku kasihan padanya karena is sahabatku? Ah mungkin tidak! Aku mungkin prihatin terhadapnya.

Oh Tuhan aku sangat bingung kini aku tidak tau kenapa aku jadi seperti merasakan apa yg ia rasakan. Aku seperti bisa membaca pikirannya, melihat jauh ke dalam lubuk hatinya. Aku tidak tau harus bagaimana. Entah kuharus lakukan apa untuk membantunya. Aku tau ia ingin sendiri berdiam dengan segala perih yg ia rasakan kini. Namun, sampai kapan ia terus begini? Meratapi masa lalu seolah tiada lagi masa depan. Aku tau walaupun ia bilang bahwa ia merelakan Veli ataupun cinta itu tak harus memiliki namun, dari sorot matanya ia berkata berbeda, aku tau dia sangat sedih aku tau hatinya sangat bertolak belakang dengan ucapannya.

Setelah merenung pada malam itu aku memutuskan untuk menyemangatinya untuk move on sama seperti Sheila menyemangatiku mungkin kehadiranku bisa mengobati sedikit lukanya.

Aku berjanjian dengan Ari untuk bertemu di sebuah Mall.

Sesampainya di Mall aku mencari Ari. Sepertinya ia belum datang. Kami berjanjian di Lobby. Kuyakin pasti sebentar lagi ia akan tiba.

Benar saja beberapa saat kemudian kulihat Ari diantar oleh supir pribadinya.

"Hai Ari!" Sapaku berusaha ceria agar ia tidak tau betapa aku mengkhawatirkannya sampai2 lupa akan masalahku sendiri.

"Hai Amel! Kenapa loe semangat gitu. Seneng banget kayaknya." Kuperhatikan wajahnya kali ini ia tampak sedikit berbeda dg kemarin ia sudah nampak ceria walaupun sebenarnya ia masih sedih. Namun, setidaknya sudah lebih baik.

"Seneng dong! Gue seneng kalo loe seneng. Loe jangan sedih2 lagu makanya." Kataku sambil berjalan masuk berdampingan. Orang yg tidak mengenal kami tentunya akan mengira kami sebagai sepasang kekasih.

"Ih gombal deh loe. Pasti ada yg lain nih." Kata Ari dg nada menyelidik. Ekspresinya membuatku terbahak. Dia begitu lucu aku yakin ia akan cocok menjadi seornag pelawak.

"Gue kali ini tulus kok. Oh iya nonton Minion yukk!" ajakku. Sebenarnya aku ga terlalu suka nonton di bioskop karena menurutku itu kurang ekonomis. Ya tapi kali ini beda selain buat ngehibur dia, kan lagi ada promo kartu kredit buy 1 get 1 free jadinya kan sayang kalo ga dipake. Ya udah gue ajak dia deh hahaha...

"Loe beneran mau nonton? Tumben banget lu broo. Ada apa sama loe?" Kata Ari yg memang benar2 tau kebiasaanku. Soalnya biasanya kalo aku mau nonton film aku beli dvd bajakannya terus nonton deh di rumah kalo ga gitu juga nonton online.

"Iya iyalah gue kan sahabat yg baik. Kali ini gue mau ngehibur loe biar loe ga sedih lagi. Lagian kan lagi ada promo kartu kredit buy 1 get 1 free jadi ya itung2 ga papalah." Kataku diikuti tawanya.

"Pantesan loe ngajak gue." Katanya pura2 memasang muka sebal.

"Ya udah ntar gue beliin pop corn kali ini bener2 gue yg beli tanpa ada promo. Biar loe ga nangis gitu. Ntar kan gue yg repot kalo loe ngambek." Candaku.

"Heizzz... loe kira gue bayi apa ngambekan gitu."

Aku senang sekali melihat setiap senyuman Ari dan juga ditambah dengan senyumnya membuatku merasa lebih yakin jika ia baik2 saja. Aku merasa tenang melihat dia sudah kembali ceria lagi. Tidak bersedih ria seperti kemarin.

Setelah hari itu aku merasa lebih baik. Aku merasa nasihat Sheila benar, masih ada banyak orang2 di sekitarku yg menyayangiku termasuk Ari yg selalu peduli denganku. Mengapa aku harus memusingkan soal cinta? Soal Elden? Jika aku sudah cukup bahagia melihat Ari bahagia, melihat sahabat2ku bahagia. Cinta mereka mungkin jauh lebih tulus daripada seorang kekasih.

Namun sekarang aku jadi lebih bingung aku tidak tau apakah aku mencintai Ari sebagai 'sahabat' atau lebih dari itu. Aku juga tau mungkin cinta Ari hanya untuk Veli namun, aku benar2 tidak mengerti perasaanku ini. Apakah ini cinta? Lalu apakah aku harus memilih Ari yang ada di depan mataku atau justru mengejar Elden yg tak pasti?

Lebih baik aku berkonsultasi dg Sheila.

Segera aku meraih telepon genggamku dan menghubungi Sheila.

Setelah aku berkonsultasi dengannya, aku mulai sadar bahwa mungkin aku hanya mengagumi Elden akan semua yg ia miliki sementara Ari aku tulus mencintainya. Namun aku takut ia akan marah dan menjauhiku jika nanti ia tau kalau aku selama ini bersahabat dengannya karena ada embel2 cinta yg lebih dari sewajarnya persahabatan.

Hummmm...... oh Tuhan cinta membuatku benar2 pusing. Jika aku boleh jujur aku sebenarnya sedikit cemburu saat Ari mengelu-elukan Veli di hadapanku, namun apakah hal yg sama juga Ari rasakan saat aku membangga-banggakan Elden dihadapannya?

'Entahlah kurasa tidak!'

Huhhh cinta sudah membuatku benar2 gila. Apa yg harus aku lakukan? Mengatakan yg sejujurnya? Atau justru menyimpan perasaan ini dan memendamnya dalam2?

Hi sorry ya kalo misalnya ada banyak typo atau dialognya minim banget! Mungkin di part ini kesannya jadi Amel curhat terus. Hahaha... kalo ada kritik&saran comment aja ya! Kalian bakalan membantu aku jadi author yg lebih baik lagi! Oh iya jangan jadi silent reader dong! Vote and comment makanua ya!

It's Confusing! [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang