Pada malam itu semua orang di buat runyam karna yang di tunggu tidak menunjukan tanda kehidupan, tidak bersuara dan mulai membiru. Semua doa dan harapan di tujukan pada si kecil yang tidak menangis juga walaupun sudah di usahakan untuk menangis. Bapak dan Ibu nya terlihat sedih karna yang di tunggu tidak menunjukan respond apa pun.
Tidak berselang lama dari usaha yang di kerjakan oleh Dokter dan perawan lainnya berhasil membuat si kecil yang menjadi pusat di malam itu menangis. Ayah dan Ibu nya terlihat tenang karna anaknya mulai menunjukan tanda kehidupan yang bisa membuat hidup orang tua nya menjadi bangga.
"Kabar baik selamat untuk Bapak serta Ibu yang berhasil mempunyai anak perempuan ke dua, namun saya ingin menyampaikan berita kurang mengenakan bahwa adik bayi ini harus di bawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai" ucap suster kala itu yang membuat senyum dari kedua orang tua bayi menghilang.
"Ada apa dengan anak saya suster? bukan nya dia sudah menangis? lalu apa lagi yang salah?" ucap ayah bayi yang terlihat sedikit marah namun di dalam hati nya merasa takut akan hal yang terjadi.
"Adik bayi ini telah meminum banyak air ketuban sebelum ia keluar dari perut ibu nya, ada banyak hal yang di takutkan untuk kedepan nya jika tidak di periksa atau tidak di tindaklanjutkan sejak dini" ucap suster yang berusaha berkata sedimikian rupa namun sebisa mungkin tidak membuat ayah dari bayi kecil itu tidak panik dan sedih.
Selepas hal yang di bicarakan suster pada saat tadi, dengan hati yang sedikit gelisah sang Ayah bayi membawa anak kedua yang ia tunggu pergi ke rumah sakit yang lebih memadai bersama anak sulung nya yang belum mengerti banyak mengapa adik nya di bawa pergi ke rumah sakit lain.
Setelah menguruh beberapa hal yang harus di urut si bayi ada dalam penanganan dokter. Ayah dan sulung nya duduk di kursi tunggu rumah sakit kala itu.
"Pa ade fitri kenapa di bawa kerumah sakit yang lain? mama ko di tinggal, ga di ajak?" ucap si sulung yang belum mendapat penjelasan mengapa adik nya di bawa terpisah dengan ibu nya.
"Iya, kita doain aja ade ga kenapa - napa ya fitri. Habis dokter ngasih tau ade kenapa kita tinggal ade di sini dulu baru kita ke mama lagi ya" ujar ayah nya yang sudah sedikit lega namun masih dalam keadaan resah.
"Semoga ade Fitri gakenapa napa, Fitri mau namain ade fitri Hanifah boleh pa?" ucap Fitri yang gembira karna membanyangkan betapa imut nya adik bayi nya itu.
Sang ayah hanya mengangguk dan tersenyum kecil karna celotehan dan ekspresi dari anak sulungnya. Tidak berselang lama suster yang bantu menangani adik bayi tersebut keluar dari ruangan nya dan memanggil ayah dari adik bayi tersebut.
"Ada beberapa hal yang di takutkan untuk bayi yang meminum ketuban pada saat sebelum keluar dari perut ibunya, namum semoga hal yang takutkan sekarang tidak terjadi di masa depan ya pak, dan sekali lagi selamat untuk bayi perempuan nya yang baru saja hadir di bumi ini" ucap dokter yang menjelaskan dan menenangkan pikiran ayah dari bayi tersebut.
Sang ayah merasa lega bahwa pada saat itu bayi nya tidak apa apa, sang ayah pergi menyusul anak sulung nya yang duduk sendiri di bangku menunggu sendirian.
"Fitri ade nya kita tinggal di sini dulu ya, ayo kita ke mama lagi" ucap ayahnya yang mengajak Fitri kembali ke rumah sakit sang ibu melahirkan
Fitri mengangguk, mata nya sudah sangat amat mengantuk karna memang sudah tengah malam saat itu, namun karna rasa senang Fitri karna adik yang ia sangat tunggu akan hadir ia lupa jam tidurnya.
Setelah sampai pada rumah sakit tempat ibu nya melahirkan Fitri sudah tertidur di dekapan ayah nya, sang ayah memberitahukan kabar baik agar istrinya tidak merasa khawatir dan bisa beristirahat dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
should i?
Fanfictionsebuah cerita tentang si putri kecil yang sudah mulai bertumbuh dewasa, harapan sejak dulu hanya senyum dan tawa. namun mengapa dunia harus menyuruh nya untuk terdiam?