🔪 𝐌𝐚𝐭𝐢?

14 2 0
                                    

𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚
⛏⛏⛏

"M-mati?"tanya Karina dengan wajah shock.

"Iya, Pak Yayan yang lapor ke polisi, gue takut"kata Ellisia.

"Takut apa sih? Santai aja kali, bukan kita ini yang bunuh"Cleo dari ujung sofa bersuara, gadis itu tengah meluruskan kakinya ke atas meja dengan kaki kanan di atas kaki kiri.

"Sidik jari Cle, lo gak takut? Lo sama Aidan yang nyentuh tubuhnya pas malem"kata Ellisia menatap Cleo.

"Lo lupa kita pakai sarung tangan El?"

Ellisia terdiam, ia melupakan itu, ini terlalu tiba tiba, malam kemarin Clara masih baik baik saja, maksudnya masih bernafas dengan baik walaupun keadaannya sudah memprihatin.

"Lo udah periksa gedung belakang pas malem gak ada siapa siapa kan Hen?" William bertanya.

"Gue udah pastiin Wil, emang gak ada siapa siapa kecuali kita sama Clara" Hendrik menjawab, satu tangannya memutar mutar pulpen.

"Pas malem kita langsung bubar, harusnya kumpul dulu biar tau siapa yang gak ada dan dia yang bunuh"tutur Aidan.

Semua terdiam, menahan gelisah di hati, hanya satu diantara mereka yang diam diam tersenyum kecil.

"Wil lo mikirin apa sih?"

"Engga, gue lagi ngelamun kosong aja" William menoleh pada Cleo.

Keduanya memang memiliki hubungan, jalan dua tahun, hanya saja mereka menyembunyikan status hubungan mereka dari teman yang lain.

Entah apa alasannya.

⛏⛏⛏

"Erwin!"

Cowok dengan hoodie yang membalut bagian atas tubuh nya itu menoleh ke arah belakang.

"Kenapa El?"

"Polisi udah ngasih hasil otopsi mayat nya?"

"Hm, gue gak tau coba lo tanya Jayden aja, soalnya dia dari tadi sibuk ngurusin juga"

Ellisia mengangguk, ia menepuk pundak Erwin dua kali lalu pergi begitu saja.

"El,ngapain kesini?"

Jayden menarik pergelangan tangan Ellisia dengan lembut, menjauh dari TKP yang masih ramai polisi.

"Gue mau tau hasil otopsi nya aja" jawab Ellisia saat Jayden menatapnya meminta jawaban.

"Belum keluar El, katanya sih nanti siang"

"Lo liat mayat nya kan?" Jayden mengangguk tanpa ragu.

"Siapa?"

"Maksudnya?"

"Emang dia beneran Clara?"

"Iya, Orang tuanya juga bilang Clara dari semalem gak pulang, pas jam kuliah selesai, Clara emang ngabarin Ortu nya mau pulang,tapi sampai sekarang  gak pulang pulang ya akhirnya terjawab deh disini"Jayden membuka tutup botol minum lalu memberikan botol berisi air minum pada Ellisia.

"Emang kenapa sih? Kayak khawatir banget gitu?"

Ellisia tersedak minumannya, membuat Jayden mengusap punggung nya pelan.

"Ya kan dia temen kampus gitu gitu juga"

"Tapi tumben sampe nanyain kayak penasaran banget gitu"

"Ya gue kan liat di Akun Instagram kampus katanya parah banget, jadi kaget aja"

Jayden berdiri, ia menatap kedepan dimana masih banyak orang orang yang berkumpul mengelilingi batas garis polisi.

"Dia di bunuh, pipinya berlobang El, pergelangan kakinya patah, malahan dari mata kaki ke jari jarinya gak ada, ilang" Jayden berbalik menatap Ellisia yang menegang di tempat.

𝐖𝐡𝐨 𝐢𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang