Bagian 1

45 11 15
                                    

~Bentala atau bumantara sumbariku renjana pada griya ugahari yang aksa~

      Orang-orang yang selalu bicara bahwa masa SMA adalah masa yang sangat indah, di mana kita mulai masuk ke ruang lingkup yang berbeda dan tentunya akan banyak hal baru yang akan datang menghampiri kita. Namaku Qilula Zivara mereka selalu memanggilku Vara, mari bercerita singkat tentang diriku. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, aku mempunyai kakak laki-laki yang bernama Arka Anggantara. Meskipun selisih umur kita tidak begitu jauh dan sudah jelas bawah dia lebih tua daripada aku tapi, sayangnya sifat dia sangat kekanak-kanakan sekali sampai terkadang aku merasa bahwa dia masih seperti anak SD. Ayahku meninggal ketika aku masih berada di bangku kelas 1 SMP, hal tersebut membuat ibuku menjadi ibu rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarga demi menggantikan peran ayahku.

        Aku pernah mengalami masa-masa sulit, saat itu aku baru saja masuk ke bangku kelas 1 SMP. Aku sengaja memilih SMP yang agak jauh dari rumah agar aku bisa bertemu dan berteman dengan orang lain yang berbeda daerah, perasaanku waktu itu sangatlah bahagia. Bagaimana tidak? Karena saat itu aku kenal dengan banyak orang-orang baru, kita saling bercerita, menyemangati satu sama lain, saling menasehati dan masih banyak lagi hal yang kita lakukan. Hingga tak berselang lama tiba-tiba perlakuan mereka berubah derastis, mereka yang awalnya selalu ramah kepadaku kini menjadi seperti pisau yang mengarah kepadaku. Awalnya aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi sehingga jadi seperti ini, ku cari letak kesalahanku, ku tanyakan kepada mereka apa yang terjadi namun, mereka semua bungkam. Semakin hari perlakuan mereka semakin dingin hingga akhirnya aku mengetahui kebenaran di balik sikap dingin mereka. Nanda, ya benar itu semua adalah ulah dari Nanda, dia adalah salah satu temanku tapi entah kenapa dia selalu berusaha menjatuhkanku. Awalnya aku mencoba untuk tidak peduli tentang apa yang dia lakukan, namun akhirnya dia malkukan hal yang sangat menyebalkan. Nanda menyebarkan rumor buruk tentangku kepada orang lain, tak butuh waktu lama rumor tersebut langsung menyebar dan semakin menjadi-jadi.

      Orang-orang mulai membicarakannya setiap waktu, hingga akhrinya rumor tersebut menyebar sampai ke mana-mana. Rumor memang hanyalah sebuah kata-kata yang belum tentu kebenarannya namun, rumor juga dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi yang bersangkutan, kalian pasti tau bagaiamana sifat anak-anak yang masih baru masuk ke jenjang SMP, mreka masihlah anak-anak yang sedang berada di puncak kenakalan. Anak-anak yang masih labil dalam menyikapi segala sesuatu dan tidak berfikir terlebih dahulu. Karena sifat mereka yang masih seperti itu segala sesuatu yang mereka dengar pasti langsung memancing rasa emosi dan penasaran mereka dan diantara mereka ada juga orang yang merasa senang dan bahagia ketika ada orang lain yang jatuh akibat dari perbuatan mereka, sepeti Nanda contohnya. Nanda yang tau bahwa cerita yang dia buat-buat itu dipercaya oleh orang lain lagsung menambah-nambahkan bumbu ke dalamnya, di tambah lagi dengan aktingnya yang luar biasa. Ia bercerita seolah dia adalah manusia yang paling menderita saat itu sehingga banyak orang yang merasa kasihan dan akhirnya memihak dia.

      Akibatnya aku mulai merasakan pembullyan tak hanya secara verbal terkadang mereka mengandalkan fisik mereka untuk menghakimi ku, padahal saat itu aku sedang kehilangan ayahku, belum lagi tidak ada orang yang mau mendengarkan ceritaku dan meringankan bebanku. Aku selalu dipaksa untuk mengerti perasaan orang lain, tetapi orang lain tidak pernh mau mengerti bagaimana perasaanku. Meski begitu aku memiliki dua orang teman yang sangat baik padaku yaitu Dian dan Putri, mereka tidak peduli dengan rumor yang menyebar dan percaya bahwa aku tidaklah bersalah. Mereka selalu merangkul ku dengan hangat, menjadi sandaran ketika aku tidak kuat lagi menanggung semua rasa yang selalu aku pendam. Aku merasa sangat beruntung karena bertemu dengan mereka, dan aku selalu berdoa agar semua penderitaan ini segera terselesaikan. Seolah mendengar do'aku, saat itu munculah pandemi COVID-19 yang mengharuskan manusia melakukan aktivitas mereka melalui daring jarak jauh. COVID-19 ini berlangsung kurang lebih selama 2 tahun, memang benar bahwa ini adalah bencana namun, aku memiliki kebahagiaan tersendiri dalam hal ini. Kegiatan skolah pun harus di lakukan di rumah masing-masing secara online, aku merasa bahagia karena aku tidak perlu melihat mereka dan mendengarkan segala ucapan buruk mereka. Namun, sejak kejadian itu aku merasa takut untuk bertemu dengan orang baru, aku merasa bahwa aku tidak perlu memiliki teman karena teman itu tidak semuanya baik. Aku takut dikhianati oleh teman-temanku lagi hingga akhirnya aku menjadi orang yang lebih tertutup dan jarang bersosialisasi.

Dia Adiwarna Layaknya SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang