Bagian 9

9 1 0
                                    

~Kepada nabastala aku titipkan renjana akan atmamu yang seindah swastamita.

*
*
*

      Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, stelah libur kenaikan kelas selama kurang lebih satu bulan lamanya. Salah satu hal yang membuatku menyukai sekolah ini yaitu di mana ketika kenaikan kelas tidak ada yang namanya rolling kelas jadi, aku tidak perlu berkenalan dengan orang baru dan tidak perlu berpisah dari temanku. Pagi ini aku bangun lebih awal daripada biasanya, aku mempersiapkan diriku untuk berangkat menuju ke sekolah.

      Setelah berpakaian rapi dan membawa segala hal yang perlu ku bawa, tak lupa aku meminta izin kepada bunda untuk pergi menuju sekolah terlebih dahulu. "Bunda aku berangkat ya?" Aku sudah berusaha mencari-cari bunda tapi tidak kutemukan, jadi aku teriak saja di tengah-tengah ruangan rumah. "Sebentar Var, ini jam berapa kamu mau berangkat?" Bunda dengan suara yang lumayan keras menjawab izinku, tak lama kemudian bunda menampakkan dirinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

      Pantas saja aku tidak menemukan bunda di manapun, ternyata bunda lagi di kamar mandi. Tapi, kenapa tadi aku tidak punya pikiran mengecek bunda di kamar mandi ya? Ya sudahlah lagipula sudah berlalu, buat apa lagi di bahas.

"Ini udah jam 6 bun." Untuk meyakinkan bundaku saat itu. Memangnya salah berangkat sekolah jam 6? Bukannya malah hal baik ya.

Bunda menempelkan punggung tangannya ke dahi ku, aku yang terkejut dengan apa yang di lakukan bunda saat itu. "Bunda ngapain?"

"Padahal ga demam, kamu sakit Var?" Bunda menatapku sangat lekat sambil menanyakan kabarku.

"Aku sehat bun, sehat banget malahan." Aku berusaha meyakinkan bunda bahwa hari ini aku baik-baik saja, malahan aku sedang berada di kondisi yang sangat baik.

"Terus kenapa ya?" Bunda menunjukkan tatapan heran, seolah beliau sedang melihat orang lain. "Kenapa sih bun kok ngeliatnya kaya gitu?"

"Ini kamu kan Var?"

"Iya ini Vara anak bunda yang paling cantik sedunia." Tatapan bunda saat itu masih terlihat curiga terhadapku. "Tumben jam segini kamu udah mah berangkat? Biasanya nunggu bel masuk baru berangkat." Oh ternyata ini yang membuat bunda terheran-heran dengan diriku.

"Ih bunda, kan aku sekarang mau jadi anak yang lebih disiplin jadi aku berangkat lebih pagi."

Tatapan haru bunda saat itu terpancar dengan jelas. "Beneran? Wah anak bunda beneran udah dewasa ya, ya sudah sana berangkat hati-hati di jalan."

"Oke bun, Vara berangkat dulu ya Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

      Aku mengambil motorku yang tersimpan di garasi kemudian menjalankannya menuju ke rumah Naya. Aku sudah seperti ojeknya Naya yang setiap hari mengantar jemputnya.

"Naya... Naya... Naya..." Aku memanggil Naya dari depan rumahnya tapi tidak ada jawaban sama sekali, kemudian aku mengambil ponselku dan ku kirimkan pesan kepasa Naya saat itu .

*

Nay, aku udah di depan rumah mu.
Aku dah teriak-teriak tau tapi kamu ga keluar.
Jadi aku berangkat duluan.
Maaf ya aku tinggal.
Babay.

- Begitulah bunyi pesan yang aku kirimkan padanya.

*

    Aku langsung menuju ke sekolah dengan mengendarai motorku, di spanjang jalan aku menyanyikan lagu yang saat ini benar-benar aku sukai, lagu berbahasa Indonesia namun di dalamnya terdapat lirik yang ditulis menggunakan bahasa Inggris. Aku menyukai lagu itu karena menurutku lagu tersebut sesuai dengan apa yang aku rasakan saat ini, berisikan tentang bagaiaman perasaanku padanya, pada Dewa. Apakah kalian mau tau lagunya? Apakah kalinya penasaran? Baiklah aku akan memberi tahu liriknya.

Dia Adiwarna Layaknya SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang