PROLOG

15 0 0
                                    

"Haaaahhh."

"Hoaaaammmm."

"Arghhh!"

Suara yang saling bersautan itu mengisi ruangan ber AC, sebab permasalahan yang datang menghampiri salah satu team design interior disalah satu perusahaan cukup besar di Korea Selatan yang beranggotakan empat orang, mau tidak mau mereka harus lembur.

"Coklat Hangat."

"Caramel Machiatto."

"Vanilla Latte."

Cup dengan isi berbeda itu telah berada di meja masing-masing setiap anggota tim, setelah ketua tim menaruhnya.

"Terimakasih Ketua Park," Suji, salah satu anggota tim berterimakasih kepada ketua timnya. "Seharusnya salah satu dari kami yang membelikan minuman-minuman ini," lanjut Suji, karena ia merasa tidak enak dengan Ketua Park yang telah membelikan minuman kepada dirinya dan kedua temannya.

"Tidak apa-apa, Suji," Senyum Ketua Park, "Lihat saja wajah mereka, sudah tidak karuan," kekeh Ketua Park. Melihat kedua anggota lainnya yang sudah banyak mengeluh ini dan itu, lalu ia alihkan pandangannya kembali pada Suji yang cekikikan saat melihat Yoo Joon dan Thia dengan muka lelah mereka. "Kamu, istirahat sebenrtar," lanjut Ketua Park.

"Pekerjaanku tinggal sedikit lagi," sekarang pandangan Suji beralih pada Ketua Park yang sedang berdiri di depan mejanya kerjanya.

"Baiklah, saya akan melanjutkan pekerjaan saya juga kalau begitu," Ketua Park berjalan menuju meja kerja miliknya.

"APA? ARGHH!!!" Erangan panjang itu keluar dari mulut Yoo Joon, membuat atensi ketiga anggota team-nya beralih memperhatikan dirinya.

"HEI! GO YOO JOON!!! APA KAMU SUDAH GILA?" Kali ini Thia bersuara, menggebrak meja kerjanya, karena merasa terganggu dengan suara Yoo Joon yang begitu nyaring mengisi ruangan.

"IYAA! AKU SUDAH HILANG KEWARASAN!!" Keluh Yoo Joon, ia menempelkan wajahnya pada meja kerjanya, rasanya laki-laki berhidung mancung dan berbibir tebal itu ingin menangis, detik itu juga.

Mendengar perdebatan itu, Ketua Park berjalan menghampiri Yoo Joon dan Thia yang duduk saling berhadapan, hanya pembatas tipis yang menghalangi keduanya. Beliau sangat khawatir dengan kewarasan Yoo Joon kali ini.

"Ada apa Yoo Joon?"

Yoo Joon menoleh pada Ketua Park dengan wajah memelasnya, "Dae Jung Hyuung," Yoo Joon mulai merengek kepada yang lebih tua lima tahun darinya.

"Yoo Joon, jangan panggil saya hyung saat bekerja dan di kantor," tegur Dae Jung, si pemilik nama asli Ketua Park.

"Kamu seperti anak kecil saja Yoo Joon, apa yang terjadi?" Thia begitu gemas melihat tingkah laku Yoo Joon dan tidak sabar mendengar penjelasan dari rekan satu timnya itu.

Suji yang hampir saja menyelesaikan pekerjaannya pun menghentikan kegiatannya dan menyusul Ketua Park. Yoo Joon masih belum menjawab, ia menatap ketiga anggota tim lainnya dengan wajah yang tidak dapat diartikan, namun terlihat sangat jelas wajah sedihnya.

"Cepat katakana apa yang terjadi?" desak Suji.

"Klient," Yoo Joon menjeda kalimatnya, "Ingin.... Merubah konsepnya," lanjut Yoo Joon masih dengan rengekkannya.

"WHAT?" Thia yang mendengar itu rasanya ingin melompat dari lantai 13, dimana tempat ia berada saat ini.

Sedangkan Ketua Park dan Suji tidak merespon apapun, keduanya hanya diam mendengar informasi yang diberikan Yoo Joon.

Lengang menyelimuti ruangan itu, hingga Ketua Park membuka suaranya,"Kalian sudahi saja hari ini," putus Ketua Park. "Besok kita lanjutkan lagi, malam ini, saya akan mencoba membujuk klient, tapi kalau tidak berhasil, besok kita akan diskusikan lagi."

"Padahal ini sudah hampir rampung, aku pun sudah mulai mencari-cari bahan yang perlu digunakan," Keluh Suji.

"Designku pun sudah hampir selesai Eoni," ia melihat design yang ia kerjakan dengan susah payah, setelah beberapa kali revisi dikarenakan klient yang kurang cocok dengan design sebelumnya.

Akhirnya setelah putusan Ketua Park untuk menghentikan pekerjaan dan dilanjutkan besok pun, di jawab dengan anggukkan oleh ketiga anggota timnya, mengingat saat ini waktu sudah menunjukan pukul 22.00. Ketiganya sudah benar-benar lelah dengan segala drama yang klient berikan hampir seharian ini.

"Pulang dan Beristirahatlah," ucap Ketua Park, "Besok kalian datang agak siangan saja, istirhat sebentar," lanjut Ketua Park.

Thia, Yoo Joon dan Suji mengangguk lesu, tenaga ketiganya sudah tidak ada sama sekali, meseki begitu mereka beruntung dengan pekerjaan yang sedikit tidak manusiawi ini, mereka memiliki Ketua Tim berhati malaikat. Pasalnya ada tim lain dengan ketua yang benar-benar tidak punya hati. Membayangkannya saja mereka tidak sanggup.

"Ketua," panggil Thia sebelum beranjak pulang, "terimakasih untuk coklat hangatnya," ia tersenyum kepada Ketua Park sambil menggoyangkan cup berisi coklat hangat miliknya.

"Sama-sama Thia," senyum Ketua Park.

"Hyung, kamu juga harus pulang dan beristirahat, pekerjaanmu lebih banyak dari kami," Yoo Joon yang kewarasannya sudah mulai kembali, khawatir dengan Ketua kesayangannya itu.

"Yoo Joon, sudah saya bilang jagan panggil saya hyung saat dikantor dan sedang bekerja," keluh Dae Jung kesekian kalinya, Dae Jung sebenrnya menyuruh mereka untuk tidak memanggil dengan sebutan Ketua saat di luar pekerjaan saja, tetapi Yoo Joon memang selalu seenaknya denyan memanggilnya hyung saat masih di kantor. "Saya juga akan pulang, tidak perlu khawatir," lanjutnya.

"Baiklah, kami pamit Ketua Park," kini giliran Suji yang berpamitan, ia membungkukan tubuhnya, diikuti oleh Yoo Joon dan Thia.

"See you, Oppa."

"Thiiiiii."

KAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang