dan terakhir..

184 12 1
                                    

Sunghoon terdiam di meja makan.. Makan malam di ruang makan tidaklah megah namun hangat..

Khas rumahan kalau saja hati sunghoon tidak panas..

Sampai saat ini jay masih belum kembali, ia pergi bersama dave ke kota entah untuk membeli apa..

Sunghoon memang di temani oleh miss. Kelly, namun perempuan tersebut pamit undur diri untuk membantu Mr. Drop menyiapkan beberapa kamar karena mereka mendapat pesanan..

Sunghoon hanya termangu, menatap perapian hangat yang tidak terlalu menarik..

Beberapa lama terdiam, sunghoon mendengar suara mobil yang berhenti di depan hotel..

Dengan buru-buru ia keluar dari ruang makan, berjalan cepat menuju hall depan dan bertemu dengan jay yang lagi-lagi tertawa ringan..

Tatapan sunghoon tak bisa berbohong, pria itu cemburu walau jay tak memahaminya..

"Jay," Panggilnya pelan namun dengan suara yang tegas.. Jay yang mendengar itu hanya menatap sunghoon penuh tanda tanya..

"Ikut aku" Ujaran tersebut bukan hanya sebuah kata, nyatanya sunghoon benar-benar menarik jay untuk pergi..

Berjalan sedikit cepat menuju kamar hotelnya..





































"Ada apa hoon?" Tanya jay bingung.. Pria manis itu mengernyit ketika ia di dorong oleh sunghoon untuk duduk di single sofa..

"..." Sunghoon terdiam lama..

Lama-lama juga jay jengah.. Ia merasa tidak nyaman..

Hatinya yang tak nyaman..

Entahlah, jay agak bingung tentang ini..

"Kalau kau hanya terdiam begitu, aku pamit sa-"

"Menikahlah dengan ku jay" Ujar sunghoon yang membuat jay menatapnya kaget..

"A-apa? Apa kau sadar? Maksudku, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?" Jay tak percaya..

Mungkin pendengarannya salah.. Mungkin juga sunghoon terlalu banyak menenggak wine hingga pria itu sedikit mabuk..

Mungkin..

"Aku sadar 100%, bahkan aku tidak ada minum sebelum ini" Ujar sunghoon jujur..

Ya jay bisa pastikan, bau alkohol tidak tercium saat ini..

"Menikahlah dengan ku park jongseong.. Aku.. Aku benar-benar gila saat ini"

"Aku telat menyadari.."

"Dulu, setahun yang lalu ketika jake di nyatakan meninggal dunia karena kanker darah yang ia idap, aku sangat frustasi.."

"Namun untuk menghilangkan hal itu, aku sempat pindah untuk tinggal di rumah orang tuaku.. Kembali tidur di kamar lamaku.. Kamar yang ternyata banyak kenangan akan kita.."

"Beberapa hari bahkan minggu berlalu.. Aku yang niatnya beres-beres tak sengaja menemukan album foto kita.."

"Ternyata di sana ada pernyataan cintamu kepadaku"

Karena penyataan dari Sunghoon, jay membulatkan matanya kaget..

Ah dia lupa akan hal itu..

Tapi dia juga berpikir, sunghoon tak kan pernah melihat pernyataan memalukan itu..

Tidak sampai setahun yang lalu..

"Lupakan saja itu-"

"Bagaimana aku bisa melupakannya? Sejak saat itu kau memenuhi ruang ingatanku.."

"Dan karena hal itu jugalah, aku begitu merindukanmu.. Mencarimu.. dan akhirnya menemukanmu.."

"Dan kau masih berharap aku melupakan itu? Tidak jay.. Aku tidak akan lupa.. Karena aku mulai mencintaimu-"

"Tidak sunghoon.. Kau.. Jake.." Jay merasa bersalah.. Ia cukup kaget mendengar bahwa jake meninggal dunia karena kanker darah..

Rasanya agak aneh menerima lamaran sunghoon di saat yang tidak tepat ini..

"Jake mungkin akan menyetujui ini, bahkan memang setuju aku melakukan ini.. Jadi ku mohon jay.. Terimalah aku" Ujar sunghoon memelas..

Pria dewasa itu jatuh berlutut di depan jay yang terduduk lemas..

Jay merasa bersalah dan juga aneh..

Di satu sisi ia ingin menerima, di sisi lain, selain merasa bersalah dengan jake,  jay juga merasa sunghoon terlalu tiba-tiba..

Kenapa begitu cepat move on..

"Kalau kau tak bisa menerimaku sekarang.. Tidak mengapa.. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya mencintaiku-"

"Tidak perlu kau ajari pun aku sudah mencintaimu hoon.. Tapi kenapa begitu cepat.. Memang betul aku menunggumu begitu lama.. Tapi kenapa begitu cepat melamarku, bahkan baru setahun sejak jake meninggal"

Yaps! Rasa bersalah menang kali ini..

"Karena jake yang mau" Ujar sunghoon lembut..

Di balik kata-katanya, jay tau tersimpan juga kesedihan di sana..

"Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.. Ia berucap namamu dengan lemah sambil tersenyum.. Aku sungguh tak paham saat itu kenapa ia mengucapkan hal tersebut.. Namun setelah aku menemukan semuanya, aku meyakini jake memang ingin aku bersama dirimu jay.." Jelas sunghoon yang membuat jay tidak bisa menahan air matanya..

Ada rasa sedih namun juga rindu akan sosok jake yang memang dari dulu perhatian juga kepadanya..

Tangis tak bisa di bendung, mau jay ataupun sunghoon, mereka menangis sedih akan jake..

Namun di sisi lainnya, ada rasa lega di hati keduanya..

"Bisakah.."

"Bisakah kita jalani dulu?.." Tanya jay pelan..

"Bisa.. Bisa sekali jay.. Terima kasih.." Jawab sunghoon dengan suara yang bergetar..

Antara senang dan juga terharu..

Jay yang melihat itu, mengelus pipi sunghoon dengan lembut..

Sunghoon yang merasakan hal tersebut perlahan mendekat.. Dan berakhir dengan ciuman lembut nan manis di antara keduanya..

"Terima kasih" Lirih sunghoon

"Hm.."

































-

Ya.. Dua chap sajah yaa.. Hehe..

SEBENARNYA INI AING GA TAU DAH KENAPA NULIS GINIAN.. awalnya malah mau buat konflik culik menculik.. tapi ribet pula :)

Kata-kata di sini juga senada dengan tulisan agatha christie yang uwu sekali.. Walau di pertengahan hingga akhir sedikit berubah...

Tapi gafafa, makasih yang udah baca.. Uwuu..

Somewhere Only We Know [✔] HoonjayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang