"Kok sendirian? Anna sama Kerangka mana? " Tanya Raga saat melihat Jae yang masuk kedalam kelas sendirian setelah selesai menjalani hukuman.
"Di perpus, mereka dapat hukuman tambahan. " Jae mengeluarkan kotak bekal dari tasnya. Ia berniat untuk makan sembari menunggu guru masuk setelah rapat.
Tatkala melihat Jae membuka kotak bekalnya, mata Raga langsung memancarkan sinar hijau yang terang benderang. Dia bergegas pindah ke bangku Kerangka— disebelah Jae.
"Maaf yah, aku tadi ninggalin kalian di belakang sampai kamu dihukum. Nggak bantu bujuk satpam juga pas kamu dikunci diluar. Ngetawain kalian juga, aku emang teman yang buruk. " Raga memukuli kepalanya dengan buku tebal yang ia dapatkan di laci meja milik Kerangka.
"Maaf juga semalem aku nendang kamu dari kasur. Tapi-eng."
Jae melirik Raga singkat. "Nih, pegang. " Jae memberikan salah satu sendoknya pada Raga. Dia merasa menajdi manusia paling peka diantara teman-temannya yang gengsi akut, jadi dalam kasus sendok pun ia selalu membawa tiga.
"Untung aku masih punya hati nurani, kalau nggak? Nih telur tiga biji aku habisin semua sekalian biji kamu! " Ucapnya sembari mendorong kotak bekalnya ke tengah-tengah meja, agar Raga juga dapat menikmati makanannya.
Raga bergidik ngeri dibuatnya, tapi tidak lagi setelah satu suap makanan masuk kedalam mulutnya.
Raga memejamkan matanya, menggelengkan kepalanya pada setiap suapan nasi dan rendang telur yang masuk kedalam mulutnya. Masakan Jae nggak ada sepuluhnya, rasanya selalu enak dan bikin nagih. Bumbunya yang pas hingga meresap kedalam setiap masakannya begitu nikmat.
"Masakan kamu nggak pernah gagal. Kenapa nggak bikin warteg aja? "
"Jae gitu— eh warteg? Kamu kira aku asalnya dari tegal, apa? "
Raga hanya nyengir. "Sisain satu buat Kerangka, dia belum sarapan. "
Di sisi lain Anna menghela nafas kasar berkali-kali, tangannya sudah pegal karena harus mengangkat tumpukan buku-buku baru dari kardus yang tak ada habisnya dan menatanya di rak. Kenapa harinya harus sial begini sih? Jika dulu Anna selalu sial karena hampir setiap hari mendapat bullying, sekarang berbeda, Anna harus mendapatkan hukuman atas kesalahannya yang tidak di sengaja.
Kerangka menghampiri Anna kemudian memberikan secarik kertas disamping Anna duduk untuk istirahat sebentar. Anna meraihnya dan membacanya.
Capek ya?
Beresin yang lain atau nggak usah aja deh, aku aja yang angkat bukunya, kamu istirahat
"Tapi, Ka-" Kerangka membalik kertas di tengah Anna, masih ada satu kalimat yang tersisa.
Kamu lupa aku penjaga toko buku? Buku-buku berat gk ada apa-apanya. Kerangka kan aquaman:)
Kerangka mengangkat kedua lengannya, menunjukkan otot-ototnya yang tertutup balutan kain putih. Ia mencium kedua lengannya bergantian, juga menaik-turunkan alis kanannya agar Anna yakin bahwa dia memang Aquaman.
Anna tertawa kecil. "Makasih Ka. " Laki-laki itu hanya mengangguk dan mulai kembali membawa buku-buku berat di samping Anna duduk.
Rasanya tidak enak jika hanya duduk dan istirahat tanpa melakukan apapun jadi Anna membantu dengan menerima buku dari Kerangka dan merapihkannya di rak. Sebuah kerjasama yang bagus untuk mempersingkat waktu.
"Sudah segitu aja bantunya, kalian bisa balik ke kelas. Makasih, yah. " Ucap penjaga perpus saat mendatangi Kerangka yang sedang mengelapi meja perpus.
"Ah, ibu, ngomongnya pas udah selesai semua. " Penjaga perpus itu hanya terkekeh mendengarpenuturan Kerangka yang memang fakta.
Kerangka tanpa aba-aba langsung menggenggam tangan Anna. Tangannya cukup lelah untuk menulis atau mengetik, mending langsung saja tanpa memberitahu Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANGKANNA [24 Suara Rusuk]
Teen FictionKisah ini menceritakan seorang Anna, gadis penderita tunarungu sejak kejadian naas merenggut pendengarannya. Anna adalah gadis yang jatuh cinta pada sosok Kerangka, si penggila laut dan segala isinya. "Dari semua suara yang pernah aku dengar, suara...