2. Iyaa

6 0 0
                                    

Adhis mencebik, menatap Raya di hadapannya dengan kesal. Cewek itu memohon, dengan kedua tangan terangkat di depan dada.

"Plis, Adhis cantiiik." Katanya melas, "cuma lo harapan gue satu-satunya."

"Gue udah ikut seminar minggu kemarin, Raya." Adhis membalas ogah-ogahan, "lo tinggal duduk terus dengerin orang ngomong doang."

"Makanya itu, karena tinggal duduk terus dengerin orang ngomong doang—lo gantiin gue yaaaaaa."

"Nggak mau ah!"

"I'm on my knees, Dhis." Raya memohon hampir menangis, "gue udah terlanjur janji sama Mahes mau Aquarium date hari ini."

"Lagian gausah janji-janji gitu lain kali, kebiasaan banget." Adhis menyahut dongkol.

"Lo kan tau sendiri gue sama Mahes udah jarang ketemu karena sama-sama sibuk, cuma hari ini kesempatan kita."

"Gue juga sibuk!"

"Lo cuma sibuk nonton Vlog ikan dipotong-potong diyoutube, gue tau!"

"Duh, tipsen aja lah sama Ayin!"

"Nanti gue beliin boneka penyu deh?"

Adhis mendelik, kesal sekali. Sebegitu murahannya kah dirinya di mata Raya? "Apa banget?!"

"Sama nanti gue janji nggak bakal cengin lo lagi tadi ciuman sama Jeki!" Raya mengangkat sebelah tangan gestur berjanji.

"Raya!" Adhis melotot, "gue nggak ciuman!"

"Iya tapi bibir lo merah banget tadi balik ketemuan sama dia, ngapain lagi kali?"

"Gue nggak ciuman!"

"Ya masa si Jeki ngajakin lo makan seblak level lima?"

"Ih, pokonya gue nggak ciuman sama dia."

Raya menghela nafas, mengalah. "Yaudah nggak apa-apa lo nggak ciuman sama Jeki, tapi plis gantiin gue dulu dong hari ini!"

Adhis merajuk, bibirnya manyun lucu sekali. Raya nggak tahan, dicubitnya bibir milik Adhis dengan gemas. Kemudian, cewek itu memeluk teman sejawatya dengan sayang.

"Sayang sekali sama Adhis, nanti dibelikan boneka penyu yang besar." Raya berujar cengengesan. "Janji!"

Adhis mendelik, "gue nggak mau tau, belinya harus yang besar."

Raya mengangguk, "yang besar."

Ya, mau bagaimana lagi. Adhis memang kesal, 80 persennya sih ogah. Tapi, ternyata sulit sekali menyangkal bahwa dia tidak mampu berkata tidak pada permintaan setiap orang.

Dan Adhis menyebutnya sebagai pertimbangan.

***

Pukul dua siang, tepat. Adhis sudah duduk manis bersama dengan temannya yang lain, menunggu pengisi Seminar datang. Sejauh ini, beberapa orang yang berdiri di atas podium hanya melontarkan kalimat-kalimat candaan sebagai bahan pemanasan. Sebelum nantinya memasuki acara inti dan semua orang sibuk dengan materi.

Adhis menunggu, dengan sabar memeluk notes milik Raya. Cewek itu memang menyebalkan. Tapi yah, agaknya hanya dia yang mampu menghadapi Adhis yang kadang kala berubah menjadi candi. Tidak berbicara, tidak berekspresi. Hanya mengangguk dan menggeleng.

Adhis jadi ingat, dulu sekali Ezekiel berkata bahwa dirinya harus lebih sering berekspresi. Katanya, banyak bicara belum tentu menyebalkan. Cowok itu sering sekali memintanya menceritakan apa saja, memberinya Kamus Besar Bahasa Indonesia secara cuma-cuma hanya agar Adhis memiliki lebih banyak kosa kata.

Lady BuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang