Bantuan

609 100 4
                                    

Jika Solar tidak mengalaminya sendiri, dia pasti tidak akan mempercayainya. Siapa yang menyangka jika saudaranya yang terkesan sangat bebas dan kekanakan itu ternyata menyembunyikan kepandaiannya?

...

"Kak, aku nggak ngerti materi ini. Kakak bisa bantu jelasin?" Solar menyodorkan buku pelajarannya pada Gempa.

Sebenarnya dia sudah sangat putus asa saat ini. Tugas yang kali ini diberikan oleh Guru benar-benar sulit dan dia tak tau cara untuk menyelesaikannya. Dia telah bertanya pada teman-teman sekelasnya, tetapi mereka begitu pelit untuk berbagi jawaban dengannya hanya karena dia selalu menduduki peringkat pertama di kelas. Harapannya adalah bertanya pada orang yang lebih tua darinya. Dia telah bertanya pada Ice yang juga sering memperoleh peringkat, tetapi kakak pemalasnya itu berkata jika dia telah melupakan semua materi yang kini dipelajari Solar—Solar yakin itu hanya alasan untuk tidak membantunya, dia juga bertanya pada Halilintar meski kakak pertamanya malah menyerah untuk menjawab 1 soal.

Harapan terakhirnya adalah Gempa. Kakak ketiganya itu pasti bisa membantunya walau tak semua. Setaunya, Gempa selalu memperoleh peringkat yang cukup tinggi di kelas dan termasuk dalam golongan siswa berprestasi.

"Hm.. kimia ya. Sudah lama kakak nggak belajar ini, kakak tolong sebisa kakak, ya?" Gempa berujar. Dia mengacak rambut Solar dan kali ini Solar akan membiarkannya melakukan hal tersebut karena bersedia membantunya.

...

"Kakak juga nggak paham untuk bagian ini."

Solar melirik Gempa yang kini tengah menggaruk-garuk kepalanya. Mereka telah berhasil mengerjakan 10 soal dari total 60 soal yang diberikan oleh Guru Solar. Itu pun memerlukan banyak waktu dan cakaran untuk mendapatkan hasil yang tepat. Sepertinya Gempa juga sudah menyerah dengan soal-soal ini. Hah.. kepada siapa lagi Solar akan meminta tolong jika seperti ini?

"Materi SMA sekarang cukup sulit ya." Gumam Gempa sembari membolak-balik halaman buku Solar. Dalam hati, Solar menyetujui pendapat Gempa, terlebih tugas ini diberikan tanpa ada penjelasan lebih dahulu. Entah gurunya terlalu malas atau dia ingin menguji sejauh mana anak-anak ingin belajar.

"Kau mungkin harus meminta tolong pada Kak Taufan jika seperti ini. Dia pasti bisa membantumu."

"Hah? Kak Taufan?"

Solar tak percaya Gempa menyarankan dirinya untuk meminta tolong pada kakak kedua mereka. Bukan dia meremehkan Taufan, tetapi kakak keduanya itu jauh lebih menonjol dalam olahraga dan seni. Bahkan sekarang, Taufan sedang mengambil kuliah dengan jurusan seni rupa murni. Dia juga tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada pelajaran sains.

"Kak Taufan itu cukup pintar di kimia semasa kami SMA. Aku yakin dia bisa membantumu."

Sebenarnya Solar masih ragu dengan apa yang Gempa katakan, tetapi ini tidak seperti dia memiliki pilihan lain. Jadi dia dengan sabar menunggu hingga Taufan pulang kuliah untuk meminta bantuannya.

Saat Taufan pulang, dia terlihat sangat lelah. Tidak heran karena dia sering begadang hanya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya dan kata Gempa kuliah itu tidak sesantai masa SMA. Solar merasa tidak enak untuk meminta bantuan Taufan. Dia menekankan dalam hatinya jika dirinya hanya akan bertanya. Urusan akan dibantu atau tidak akan diputuskan oleh Taufan.

"Um.. kakak."

Taufan tak membalas, dia hanya menatap Solar dengan tatapan seolah menanyakan apa yang Solar butuhkan dari dirinya. Solar harus menguatkan dirinya di bawah tatapan lelah Taufan yang terlihat jauh lebih menakutkan dari tatapan Halilintar.

"Aku.. bisakah kau membantuku mengerjakan tugasku?" Solar menyodorkan bukunya pada Taufan. Dia harus memegangnya agak lama hingga Taufan mau mengambilnya. Taufan hanya membuka sekilas buku Solar lalu mengembalikannya. Solar pikir jika Taufan tak ingin membantunya, dia benar-benar sudah siap akan hal ini. Namun, rasanya tetap mengecewakan.

"1 jam. Biarkan aku tidur selama 1 jam. Aku akan membantumu setelah itu." Itu kata Taufan sambil memijat pelipisnya.

Solar hanya sempat menjawab dengan anggukan sebelum Taufan menghilang ke dalam kamarnya. Sepertinya Taufan sangat kelelahan, dia akan membiarkan Taufan tidur sepuasnya, lagi pula tugasnya masih memiliki waktu 2 hari lagi untuk dikumpulkan. Dia bisa bertanya lagi besok, karena pasti Taufan akan tidur hingga pagi. Dia akan mencoba mengerjakan soal-soal lainnya jika begitu.

Sebenarnya dia sudah menduga Taufan akan tidur hingga pagi mengingat bagaimana kondisinya, dia benar-benar tidak menyangka jika Taufan akan bangun satu setengah jam setelah masuk ke dalam kamarnya. Meski tampilannya masih terlihat lelah, Taufan sepertinya sudah mengembalikan beberapa semangatnya. Seperti yang dia katakan, Taufan benar-benar mencari Solar untuk membantunya mengerjakan tugas Solar.

"Untuk bagian ini, ada baiknya jika kau coba kalikan dulu."

Solar tak percaya ini, bukan hanya Taufan membantunya mengerjakan tugasnya, tetapi dia juga seorang pengajar yang sangat baik! Bahkan Solar jauh lebih paham dengan cara Taufan mengajarinya dibanding cara yang diajarkan oleh sang guru di sekolah.

"Kakak kok jago banget soal ini? Gimana bisa kepikiran cara seperti ini?"

"Hm? Itu karena aku malas menghafal."

"Cuma karena itu?"

"Iya, biasanya cara yang diajar guru di sekolah itu 'kan cara yang tertulis di buku. Aku terlalu malas mengingatnya karena terlalu rumit."

Sepertinya Solar kehilangan kata-katanya untuk sesaat. Dia benar-benar tak menyangka alasan Taufan bisa menciptakan cara cepat dalam mengerjakan soal hanya karena dia malas menghafal cara yang diajarkan di sekolah. Bahkan Solar jauh lebih memilih mengingat cara yang diajarkan oleh gurunya karena selama ini selalu ditekankan jika mengetahui cara mengerjakan sebuah soal jauh lebih berharga dibandingkan hasilnya.

"Kakak pintar di kimia tapi kenapa ngambil jurusan seni rupa?"

"Setiap orang punya pemahaman yang berbeda mengenai seni, tapi bagiku seni itu adalah sebuah media untuk mengekspresikan dirimu. Seperti yang kau tau jika ilmu pengetahuan itu ada untuk menjelaskan mengenai berbagai hal, untuk membuat pemahaman berdasarkan nalar dan logika. Tetapi seni adalah hal yang lain. Itu berkaitan dengan perasaan. Secara sederhana, seni itu tentang bagaimana kau bisa menyampaikan apa yang kau rasakan."

"Um.. aku tidak mengerti."

Taufan tertawa, "Kau tak perlu mengerti akan hal itu. Sama sepertimu yang ingin mengetahui berbagai macam hal lewat ilmu pengetahuan, aku ingin bisa mengekspresikan dan merasakan berbagai perasaan lewat seni. Karena itulah aku memilih mengambil jurusan seni rupa."

Sebenarnya Solar tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan oleh Taufan. Namun dia senang bagaimana Taufan tidak merendahkan minatnya saat menjelaskan alasan dirinya memilih jurusan seni rupa.

Hari itu mereka tak berhasil menyelesaikan seluruh soal karena telah larut dan Taufan harus mengerjakan tugas kuliahnya, tetapi mereka berhasil mengerjakan lebih dari setengah soal yang mana tak berhasil Solar capai dalam waktu seminggu sendirian. Taufan berjanji akan membantunya mengerjakan soal yang tersisa besok. Solar menjadi tidak sabar untuk kembali mengerjakan soal bersama Taufan. Karena bukan hanya Taufan membantunya mengerjakan soal, dia juga mengajari beberapa trik cepat untuk bisa digunakan dalam mengerjakan soal-soalan serupa.

Sejak hari itu, setiap kali dia memiliki tugas sekolah yang cukup sulit, dia akan meminta bantuan dari Taufan. Memang terkadang Taufan tak bisa membantunya karena kesibukannya, tetapi dia akan selalu menebusnya dengan mendengarkan berbagai macam pemikiran gila dalam kepala Solar selagi menyelesaikan tugasnya. Saat pertama kali dia melakukan hal itu, Solar pikir Taufan hanya akan mendengarkan secara sepintas dikarenakan harus fokus pada tugas yang dia kerjakan. Nyatanya Taufan akan selalu menanggapinya, membuat mereka selalu terlibat dalam perbincangan serius. Solar baru tau jika kakak keduanya bisa melakukan beberapa hal sekaligus tanpa mengganggu konsentrasi.

Kakak keduanya benar-benar sangat hebat tetapi takpernah membuat dirinya menonjol.


Fin.

08 Juni 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BantuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang