62. Peringatan

101 12 2
                                    

Rencana perbaikan kapal dengan cepat dilaksanakan. Mentari belum lagi menunjukkan rupanya mereka yang tergabung dalam tim perbaikan sudah dalam perjalanan menuju gua tersembunyi. Jongho turut serta ada di antara mereka.

Myungho sempat was-was jika kekuatannya tidak berhasil, namun ketika beberapa kali berpas-pasan dengan prajurit desa ia merasa lega karena sepertinya ilusi yang ia ciptakan berhasil.

Chan membawa bahan baku di atas kepalanya, barang bawaan yang banyak dengan mudah ia angkut menggunakan kekuatan telekinesis. Dokyeom turut serta ada di tim ini dengan mengubah dirinya menjadi kuda guna menarik gerobak yang berisi bahan baku perbaikan.

Seungcheol berjalan di depan berdampingan dengan Mingyu yang membawa obor di tangan sementara di paling belakang posisinya Wonwoo, Soonyoung dan Myungho. Sejak tahu bukan hanya Seungcheol yang memiliki kekuatan Jongho tak henti-hentinya berdecak kagum.

Pertama kali memeriksa lokasi mereka sudah membuat jalan rahasia lain yang bisa mengarah langsung ke tempat di mana kapal-kapal itu berada selain jalur yang kemarin mereka lalui. Sampai di bagian pintunya Chan dan Seungcheol mengerahkan kekuatan untuk menggeser batu, setelah semuanya masuk barulah Myungho menggunakan kekuatannya untuk menciptakan ilusi lain.

Dokyeom dan Myungho terperangah melihat pemandangan di depan, jajaran kapal sedikit menimbulkan perasaan sedih mengingat bagaimana kapal mereka dihancurkan kemarin.

"Kita perbaiki kapal yang kecil dulu," ujar Seungcheol.

Segera anggota lain bersiap, Chan menggerakkan papan di udara sementara Soonyoung dan Mingyu berkutat dengan lempengan besi. Anggota lain membantu sebisa mereka. Wonwoo bilang dengan menggunakan kekuatan mereka pengerjaan kapal ini akan lebih cepat.

Di satu sisi mereka yang bekerja di perkebunan tengah bersiap untuk berangkat, salah satu warga memberi informasi jika keadaan kebun jauh lebih buruk ketimbang kemarin. Efek badai  yang berlangsung nyaris semalaman.

"Sebaiknya kau beristirahat saja."

Usulan Joshua ada benarnya, orang itu menaikkan tas pada bahu lalu berdiri. Tadinya ia duduk di hadapan Seungkwan yang sejak bangun mengeluh kalau keadaannya tidak baik. Usai diperiksa oleh Jeonghan rupanya kondisi itu sebab badai yang terjadi semalam, kekuatan apinya terpengaruh membuat tubuhnya sakit.

Seungkwan tak bisa membantah perkataan Joshua, kepalanya pusing. Ia hanya bisa berbaring di tempat dengan Jeonghan yang sibuk menyiapkan minuman herbal agar ia cepat pulih.

"Aku akan membantu di perkebunan," kata Jihoon, Jun juga mengangkat tangannya.

Selain tim yang memperbaiki kapal hanya tersisa mereka yang nantinya akan bekerja di perkebunan. Jeonghan tinggal di rumah bersama Seungkwan sekaligus menjaga pria itu.

Sesudahnya mereka yang bekerja di kebun segera bersiap, Joshua memimpin jalan dengan Jihoon dan Jun mengekor di belakang. Tampaknya karena peristiwa kemarin ada perlakuan yang sedikit berbeda dari penduduk desa terhadap mereka. Bisa dilihat di antaranya saling berbisik begitu Joshua, Jihoon dan Jun melalui mereka.

"Jangan hiraukan," tukas Joshua, kepalanya tegap lurus kedepan. Lebih baik ia bersikap angkuh sekalian daripada berpura-pura tak memiliki daya apapun.

Jihoon dan Jun serempak menutup telinga mereka, keduanya sampai bersimpuh menahan dengungan yang menyakitkan. Tak jauh sekelompok anjing liar melolong bersahutan. Dengan frekuensi suara yang dikeluarkan membuat dua orang itumerasa terganggu, apalagi Jihoon.

Tak lama berselang dari arah atas kawanan burung terbang cepat menuju bagian luar pulau, Joshua melihatnya dengan perasaan janggal. Meski ia tak bisa memprediksi cuaca ataupun mengerti bahasa hewan ia yakin sebentar lagi akan terjadi tragedi menakutkan.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang