"Nah, sekarang liat halaman 69. Beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu ..."
Pembelajaran berlangsung dengan damai dan tentram di kelas XI IPS 2. Mulai dari barisan depan sampai paling belakang, semuanya senyap kayak kuburan. Bahkan Rami yang tukang rusuh harian aja keliatan anteng duduk manis di bangkunya. Tapi, jangan tertipu dengan gelagat mereka semua yang kayak orang bener.
Di balik wajah-wajah yang menatap lurus ke depan, terdapat jiwa-jiwa tegang sedang meronta dalam batin. Apa yang bikin para makhluk astral tersebut begitu tertekan? Jawabannya adalah Bu Jennie, guru dengan paras elok nan rupawan menyerupai malaikat, namun, berhati bengis bagaikan dedemit. Sekali ketauan gak memperhatikan, langsung ditendang keluar tanpa pertimbangan.
"Kiw, ganteng. Noleh, dong."
Tebak siapa yang ngomong? Benar, Incess Mprit dengan 1001 caranya buat dinotis Ruka. Di saat yang lain mati-matian menahan mingkem, dia malah santai banget godain gebetan. Justru yang ketar-ketir Ahyeon sama Asa, mereka takut Pharita berulah aneh-aneh dan berujung bikin satu kelas sengsara. Sementara Ruka cuek-cuek aja, saking udah terbiasanya.
"Jangan gengsi ngelirik balik, dong, Ruka. Masa aku udah cantik gini, kamu masih betah liat yang lain."
'Perasaan cewek gue dulu gak begini amat, deh.' Asa membatin sambil mengenang kilas balik waktu Rora deketin dia. Sebenarnya sebelas dua belas, kok. Cuma emang Asa yang sejatinya udah bucin, segala kegilaan Rora di masa lalu dianggap normal.
"Heh, perhatiin dulu napa." tegur Ahyeon sebelum Incess Mprit semakin menjadi-jadi.
"Gak usah komen, lu belum pernah jatuh cinta mana tau rasanya." ceplos Pharita tanpa ngalihin pandangan dari Ruka yang lagi bertopang dagu merhatiin Bu Jennie.
"Buset, mulutnya. Semoga aja gue gak kayak lu pas ngerasain nanti."
Ahyeon benerin posisi duduknya dan fokus menatap ke depan. Bodo amat, deh, sama temen sebangkunya mau ngapain. Toh, dia udah ngingetin. Ntar kalau sampai Pharita keciduk Bu Jennie, Ahyeon angkat tangan aja.
"Peka dikit, dong, Sa. Minimal Rukanya jangan dihalangin." protes Pharita seraya mendorong manja bahu Asa.
'Yang dipepet Ruka, kenapa gue ikutan kena imbasnya? Duh, pengen pindah ke kelas ayang aja.' Asa cuma bisa mendumel dalam hati. Pasrah aja dia sama kelakuan Pharita yang makin hari bikin geleng-geleng kepala.
Pharita merobek selembar kertas coretan dari bukunya, terus diremuk sampai membentuk bola. Tingkah lakunya bikin firasat Ahyeon dan Asa gak enak. Jangan sampai gara-gara satu orang berulah, mereka semua ikut kecipratan getahnya. Bu Jennie kalau udah murka, duh, bahaya, deh.
"Kalau berhasil kena kepala Ruka, fix dia jodoh gue." gumam Pharita sambil melempar gumpalan kertas tadi ke arah Ruka.
Benar aja, lemparan Pharita sukses mengenai kepala Ruka. Dia bersorak gembira tanpa suara, bikin Ahyeon sama Asa keheranan.
Lain halnya dengan Ruka yang udah gumoh digangguin, akhirnya dia lempar balik gumpalan kertas tadi ke muka paripurna Incess Mprit. Bukannya marah, Pharita malah makin seneng.
"Berarti jodoh Ruka adalah gue, dong? Emang, ya, kita berdua udah ditakdirkan dari zaman megalitikum."
Asa yang denger merinding bukan main, Ahyeon juga pengen muntah rasanya, sementara Ruka mendengus capek. Pharita? mesem-mesem. Kebayang, 'kan, ekspresi mereka berempat?
Mencoba hoki yang kedua kali, Pharita lempar lagi gumpalan kertasnya ke kepala Ruka. Kena, dong! Kira-kira pertanda apa, ya?
"Lama-lama gue lemparin kaos kaki aja." geram Ruka seraya ngenain gumpalan kertas tadi ke muka Pharita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush
Fanfic"Kadang lupa kalau dia cewek saking gantengnya." Pharita tergila-gila sama Ruka, sampai rela melepas keanggunannya demi memikat sang pujaan hati. Disclaimer! - Kalau bukan lesbi, gak usah klik 'baca'/'read'! - Banyak kata-kata tidak ramah! - Kalau k...