64. The Truth

58 4 0
                                    

Jun menaikkan posisi obor sampai melewati kepala, matanya memincing guna memperhatikan lebih detail tulisan yang terpampang di sepanjang dinding lorong misterius ini. Aksaranya asing bagi Jun, dilihat berulang kali pun ia tak paham dengan artinya.

Perlahan ia melangkah, memposisikan obor di depan sembari memperhatikan bentuk jalan yang menurun. Kakinya cedera karena peristiwa tadi, susah payah ia bergerak mencari jalan keluar sembari waspada kalau ada prajurit yang datang dan menangkapnya.

Lama berjalan Jun menghentikan langkah begitu mendapati jalur di depannya membentuk tiga simpang berlainan, ditatapnya satu per satu jalan sebelum memutuskan hendak melalui yang mana karena tampaknya masing-masing jalan ini memiliki tujuan yang berbeda.

Kesialan bagi Jun karena di dalam lorong ini tak sama sekali ia dapati hewan, jika ada mungkin ia bisa bertanya. Tetapi kalau begini, hanya instinglah yang bisa ia harapkan dalam menentukan pilihan.

Setelah berpikir cukup lama dipilihnya jalur sebelah kanan yang kontur jalannya landai. Siapa sangka lama kelamaan jalan ini membesar dengan lorong-lorong lain di sekitarnya. Berjalan semakin jauh Jun terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya.

Di tempat ini berjejer sel yang tampaknya menjadi tempat tahanan, di dalamnya pun tampak ada beberapa orang hidup yang langsung ketakutan ketika melihat Jun datang. Jun semakin terkejut begitu melihat salah satu sel yang isinya merupakan orang yang ia kenal.

"Terra!"

Terra berbaring di dalam sel, mendengar namanya dipanggil ia langsung merespon. Kemudian ia berbalik untuk melihat siapa yang menegurnya. Baru saja hendak menghampiri Terra, Jun melangkah mundur dan mematikan obornya begitu mendengar suara berisik dari lorong seberang yang semakin dekat.

Cepat-cepat ia bersembunyi di balik dinding dengan sedikit menyembulkan kepala untuk mengintip siapa yang datang. Matanya terbelalak begitu melihat sekelompok prajurit datang dengan membopong Gyuri, gadis itu tak sadarkan diri.

Terra heboh mendapati Gyuri yang keadaannya mengkhawatirkan, ia berdiri dan memukul-mukul sel untuk menunjukkan pemberontakan. Salah satu prajurit balik memukul selnya dengan tombak dan menatap tajam pada Terra.

"Berisik kau cacat!" umpatnya. Ia lalu memukul kedua tangan Terra yang masih menggenggam tiang sel hingga terlepas.

Terra semakin meraung begitu melihat Gyuri dimasukkan ke dalam sel di depannya. Ia berusaha menggapai Gyuri namun lagi-lagi tangannya dipukul dengan tombak. Salah seorang prajurit mengunci sel Gyuri sementara yang lain berjalan ke sekitar memperhatikan tawanan lain.

Jun menahan napasnya takut ketahuan, ia bisa saja bernasib sama jika tertangkap. Terdengar suara Terra yang mengerang marah, sepertinya sudah bisa dipastikan kalau Jun memang bisa berkomunikasi dengan penyandang tunawicara karena bisa ia dengar dengan jelas bagaimana Terra memohon agar melepaskan Gyuri.

Saat salah seorang prajurit hampir sampai di tempat persembunyian Jun seorang tawanan di dalam sel berteriak sembari memaki.

"Prajurit bodoh!"

Tentu umpatan itu mengundang perhatian orang yang ditujukan.

"Lepaskan tuan Gyuri! Kalian gila ya? Dia itu kepala desa kita."

Prajurit tadi berbalik, ia memukul sel hingga bergetar guna mengintimidasi mereka yang ada di dalam sel. Prajurit lainnya nengunuskan mata tombak masuk ke dalam sel, mereka akan ditusuk jika bicara lebih lanjut.

Orang-orang itu mengangkat tangannya. Mereka tak berani berkutik. Selepasnya para prajurit itu pergi meninggalkan seluruh tawanan yang langsung heboh memanggili Gyuri yang tak sadarkan diri.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang