IIC (4)

1.3K 66 10
                                    

"Yayyy! Even suka sekali main sama Sun. Sun sangat cantik, wangi, dan baik," sorak Heaven senang dengan tersenyum manis. Sangat cantik.

Ayla tersenyum, walau hatinya tercubit dan menjerit. Kepalanya mencoba untuk menayangkan kegiatan menyenangkan apa yang dilakukan anak-anaknya bersama ibu baru mereka.

Menciumi seluruh wajah anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Melepaskan pakaian dan seragam sekolah. Heaven sudah membongkar barang-barang belanjaannya.

"Kenapa manggilnya Sun, Sayang?" tanya Ayla dengan hati-hati, walau penasaran setengah mati.

Heaven tampak berpikir dengan pertanyaan ibunya. Bocah ini cantik sekali, Ayla selalu bangga pada anak-anaknya. "Hem, kata Sun dipanggil Sun saja karena artinya Sunrise." Mata bocah itu bersinar. Setelah ini Sun masuk dalam daftar orang favorit mereka.

Sunrise? Jadi, Sandra seperti cahaya yang menerangi mereka dan dia cahaya kegelapan? Memikirkan ini dada Ayla terasa menyempit, dengan cepat wanita itu memalingkan wajah.

Tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa dengan situasi serba salah ini.

Berbalik Ayla melihat Auden sedang memakaikan pakaian rumah untuk Eden. Ayah dan anak yang seolah copy paste karena begitu mirip, bagai pinang dibelah-belah.

Senyum terbit di sudut bibirnya tanpa sadar, dia begitu bangga melihat anak-anaknya serta bahagia berkali-kali lipat jika keluarga kecil mereka berkumpul seperti ini.

Menyipit dengan rasa penasaran Ayla kembali tersenyum saat Auden membisikkan sesuatu pada Eden, ayah dan anak itu akhirnya bertos ria. Masih terus menatap dengan rasa penasaran tinggi akhirnya Ayla mendekat dengan gaya berkacak pinggang seolah ingin menagih apa yang dibicarakan ayah dan anak itu.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ayla menyipit, rasa penasaran naik hingga ubun-ubun.

Bukannya menjawab Auden dan Eden tersenyum menarik tangannya membuat kepala Ayla terus dihinggapi banyak pertanyaan. Kedua laki-laki beda usia itu menariknya menuju sofa dan menidurkan membuat Ayla terus menatap mereka curiga.

"Ada apa ini?"

"Emme diam dan rasakan," jelas Auden.

Saat mengangkat kepalanya dan  merasakan sentuhan lembut di kakinya. Auden memijit kakinya dan Eden mengelus-elus perutnya dengan tangan kecilnya.

"Edde bilang Emme sedang sakit perut, jadi Eden bantu biar perut Emme tidak lagi sakit." Eden menjelaskan dengan tenang.

Menahan rasa haru dan juga air mata, melirik pada suaminya yang terus memijit kakinya.

"Awwww... Terima kasih, Sayang." Tangan Ayla terulur untuk mengelus kepala putra sulungnya. Dia bangga karena membesarkan seorang gentleman. Semoga Eden tidak brengsek dan menghargai perempuan saat dewasa.

Saat melihat kegiatan seru yang dilakukan abang dan ayahnya Heaven bergabung membawa mainannya. Dengan gaya sok tahunya, Heaven meniru pijitan abangnya tapi menggunakan mainan dinosaurus yang belakangnya tajam-tajam di perut Ayla. Sakit, sih! Tapi Ayla tertawa gemas.

"Karena Emme sedang sakit, jadi mari kita memasak yang enak untuk Emme." Auden membuat pengumuman yang membuat mata Heaven bersinar seolah bisa mengeluarkan sinar laser karena dengan begini dia punya mainan.

"Even siap membantu." Bocah itu langsung menawarkan diri.

"Abang juga," tunjuk Eden pada dirinya. Auden mengangguk, Ayla tertawa kecil ingin menangis melihat keluarga kecilnya. Ya Tuhan... Tolong! Jaga keluarganya. Semoga tidak ada nenek sihir jahat yang datang merebut semua kebahagiaan yang dirasakan.

ISTRIKU INGIN CERAI! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang