Sore hari yang melelahkan. aku baru saja keluar dari area sekolah sekitar pukul setengah tiga sore. biasanya aku akan mampir sebentar ke restoran tempat Devan bekerja. tapi sepertinya tidak untuk hari ini. aku lelah. aku ingin istirahat sejenak sebelum melanjutkan bimbel pukul empat sore nanti.
aku terus mengayuhkan sepedaku menuju rumah. sebenarnya ada motor, hanya saja pagi tadi aku merasa ingin menikmati udara pagi dengan bersepeda. namun, sekarang aku sedikit menyesal karena rupanya suhu di siang hari menjelang sore ini cukup untuk membuat kulit ku terasa terbakar saking panasnya.
'semoga saja hari ini hujan' aku membatin.
untungnya jalan raya sore ini tidak begitu ramai, tidak begitu banyak kendaraan yang lalu lalang. sehingga tidak begitu banyak polusi di jalan.
Namun tiba tiba saja fokusku teralihkan pada sosok cowok yang sudah tidak asing lagi bagiku.
dia Devan. dengan seorang gadis cantik yang berdiri berhadapan dengan cowok itu.
'pacarnya kah?' aku membatin
namun situasi keduanya nampak tidak baik.
aku penasaran..
haruskah aku menepikan sepedaku sebentar?
aku mengikuti naluriku dan bergerak menepikan sepedaku sedikit lebih jauh dari tempat Devan berada, lantas memperhatikan kedua makhluk itu dari kejauhan. menguping percakapan keduanya.
"Ya aku ga suka aja kalau kamu begitu." Ucap Devan.
"Apa sih, mereka itu cuma temen temen aku!" Ujar gadis tersebut membentak.
'lagi berantem?'
"Aku capek nyariin kamu, nungguin kamu, kamu bisa ngga si sekali aja kamu ngerhagain aku?" Tanya Devan.
"Aku kan udah bilang aku mau keluar!"
"Ya aku nanya sama siapa kamu ga ada ngebales pesan aku, tau tau kamu jalan sama cowok itu."
"itu teman teman aku--"
"emang boleh cewek yang udah punya pacar jalan berdua sama cowok lain?"
"kami habis dari kerjaan, Devan. dan kebetulan kami searah."
"kenapa ga telpon gua biar gua jemput?" tanya Devan. nada suaranya terdengar seolah menahan emosi.
Gadis cantik di depannya nampak menghela nafas. Wajahnya nampak kemerahan dengan mata lentiknya yang menatap kesal ke arah sosok laki laki di depannya menunjukkan bahwa gadis itu sedang berusaha menahan emosi.
"Udah ya, gua capek, mau pulang. gua males debat." Ujar gadis itu lantas membalik tubuhnya dan pergi meninggalkan Devan begitu saja seorang diri.
Devan membuang nafas kesal, lantas menengadah ke langit sambil memijat keningnya.
"Fuck!" Umpat cowok itu.
aku menelan ludah, sepertinya aku lebih baik pergi dari tempat ini sekarang.
baru saja hendak melarikan diri dari tempat itu, tiba tiba saja sebuah botol kosong melayang dan tepat mengenai kepala belakangku. Membuat ku refleks mengaduh dan menoleh mencari siapa pelaku di balik kesialan ku ini. Dan mendapati Devan yang terbelalak di belakangku sambil menutup mulut. Terkejut. Tidak menyangka ada orang lain di balik tembok tempat ia melempar botol kosong tersebut.
"Astaga, Lo gapapa?" Tanya cowok itu.
aku mengangguk. mau di bilang sakit .. untungnya sih tidak juga.
"Lo ngapain di belakang tembok?" Tanya Devan terlihat menyelidik.
"Ah.. hahah .. ga sengaja lewat sini.." jawab ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us
Romanceaku mencintai mu di saat aku sedang tidak ingin merasakan jatuh cinta lagi.. ku mohon.. bisakah kamu untuk seterusnya menjadi milikku? menjadi yang terakhir untukku dan menjadikan aku satu satunya di hatimu.. bisa kah?