PROLOG

605 40 1
                                    

Pagi hari ini, cuaca buruk melanda kota Jakarta. Dengan adanya angin, petir, beserta hujan.

Pagi itu Gibran masih tertidur dengan pulas, sampai suara yang sangat keras berbunyi dari bawah seperti suara tabrakan, dan itu berhasil membuat anak itu terkejut lalu langsung saja ia berlari sekencang mungkin untuk turun kebawah. Dilihatnya semua sudut rumah sudah tidak ada lagi anggota keluarga nya, ia heran karna biasanya jam segini semua sudah berkumpul di ruang keluarga karna hari ini adalah hari libur. Ia semakin cemas dan melanjutkan larinya keluar rumah, dilihatnya semua sudah mengerubungi jalanan membetuk lingkaran dan terdengar disitu suara tangisan, ia seperti mengenal suara itu. "Mama!" ucapnya lalu langsung berlari di tengah kerubungan orang orang itu. Ia kaget sekaget kaget nya saat melihat salah satu anggota keluarga nya itu sudah berlumuran darah. ia mematung, tak berani mengucapkan apapun karna ia sekarang merasa kalau mulutnya tiba tiba terkunci. Setetes demi tetes air mata yang turun membanjiri wajah tampannya dengan tatapan kosong dan tangis yang tak bersuara. "adek" ucap Rahsya lalu memeluk nya dengan erat. "e-eyang kak" lirihnya. "iya itu eyang, adek ikhlas ya? Eyang udah ga ada" jawab Rahsya.

Disana sudah banyak sekali manusia yang berkerumun, termasuk dirinya, Rahsya, Naura, dan juga sudah ada kedua orangtua nya.

Ambulans pun datang dan langsung membawa eyang ke rumah sakit. "Rahsya, papa sama mama duluan pake ambulans. Kamu sama adek adek mu kalau mau nyusul pake aja mobil papa, papa nitip adek adek kamu ya. Assalamualaikum" ucap papanya dan langsung berlari masuk ke dalam mobil ambulans.

"Naura, Gibran. Baju kalian basah, ganti dulu cepet habis itu kita langsung nyusul ke rumah sakit ya" ucap Rahsya, dan dibalas anggukan oleh keduanya.













.....................

RaMalAn / SyaNauGib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang