Dia

0 0 0
                                    

Hari itu, hari selasa, ya? kalau enggak salah. Hari pertama aku bersekolah disalah satu sekolah yang ada di Bogor, aku enggak mau menyebutkan nama sekolahnya. Takut ada adik kelas aku yang membaca.

Aku berjalan kaki dari arah perempatan menuju sekolah. Dari belakang, aku mendengar deru langkah kaki yang agak cepat. Sepertinya dia sedikit berlari. Suara itu perlahan menjadi pelan setelah mendekat kearahku. Kayaknya yang ini dia lagi jalan. Dari samping, tiba-tiba ada yang menyapa indra pendengaranku.

"Halo. Selamat pagi."
"Iya, pagi." Ucapku tanpa menoleh kearah dirinya
"Mau kemana?"
"Sekolah." Masih tidak menoleh. Aku mau menjadi perempuan yang mahal, semahal sepatu tomkins. Tahun itu sepatu tomkins mahal, lho.
"Hati-hati, ya. Bisi di begal!" Aku melirik kearah laki-laki itu. Ia berbicara sambil nyengir. Ingin direkrut menjadi duta odol sepertinya. Ia melambaikan tangannya padaku dan berlari kearah gerbang sekolah. Samar-samar aku mendengar suaranya menyapa satpam sekolah.

 Samar-samar aku mendengar suaranya menyapa satpam sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semangat atuh, pak"
Aku penasaran. Siapa dia? Siapa laki-laki itu?

 Siapa dia? Siapa laki-laki itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang sudah jam istirahat. Aku sudah punya banyak teman. Hey, aku ini orangnya social butterfly. HAHA. Aku sudah kenal dengan semua anak dikelas ini. Kelasku, kelas sosial 2. Teman sebangkuku, Mala. Nirmala. Di depanku ada Adi, ketua kelas sosial 2. Disamping Adi, namanya Susi.

"Dis. Mau ke kantin, gak?"
"Ayo deh, Mal. Laper, hehe."
Aku, Mala, Adi dan Susi berjalan dengan masing-masing orang pakai dua kaki ke kantin. Wuah, banyak sekali makanan. Baunya harum, aku kayak lagi di food court. Sumpah, aku enggak akan bolos sekolah kalau bau sekolah kayak begini terus selamanya.

Dari arah bangku pojok sebelah kanan kantin, ada suara rusuh.

"Goblog. Eta beneran, Jang? Maneh ngompol di bioskop?" (Goblok. Itu beneran, Jang? Kamu ngompol di bioskop?)
"Heu'euh. Da bioskop teh kan tiris. Aing teu kuat. Beser." (Iya. Bioskop kan dingin. Aku enggak kuat. Beser.)
"Hahahahaha" Mereka semua tertawa.

)"Hahahahaha" Mereka semua tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Garandeng. Begini nih, malesnya kalau ke kantin." Kata Susi.
"Emang itu siapa, Sus?" Aku penasaran. Netraku terpaku pada satu orang yang asyik tertawa.
"Biasa, Dis. Anak-anak geng yang nakal, berandal, suka dihukum" Ucap Adi. Kayak emosi gitu.
"Ohh.." Aku enggak usah berurusan dengan mereka berarti.

Eh, sudah jam berapa ini? Suamiku sudah pulang. Ceritanya aku sambung lagi besok, ya. Kalau enggak lupa. Dadah! Kamu juga jangan lupa tidur.

Disa,

Jakarta 2015

(Disa tahun 2000)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Disa tahun 2000)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bogor After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang