HMT-3

137 25 1
                                    

Mau konfirmasi sedikit.
Anaknya Mas Harris itu harusnya cewek yaaaa. Di part kemarin aku salah ngetik, my bad :( sorry yaaaa.










"Kak Reinaaaa."

Yang namanya dipanggil itu langsung ngebuka selimut yang daritadi nutupin mukanya. Setelah dapet kabar dari Galen tuh yaaa galau dikit mah ngaruh banget, bro. Reina cuma rebahan terus. Beneran gak mood ngapa-ngapain.

"Kak Reinaaa." Suara Mba Riri kembali terdengar kali ini berbarengan dengan senyum cemerlang. "Mau tau sesuatu gak?" tanya Mba Riri setelah duduk di pinggiran kasur.

Apalagi sekarang? Informasi apalagi yang bakal Reina dapet?

"Mas tetangga depan rumah itu duda."

"WHAT??!"

Reina sontak langsung bangun natap Mba Riri dengan penuh kengerian. Wah!

"Kenapa? Bukankah duda lebih menggoda?" kata Mba Riri sembari menaik-turunan alisnya. "Aku pernah pacaran sama duda, beuh yahud! Kalo Kak Reina mau, aku siap bantu."

Reina menelan ludah, ngeri, habis itu dia pegang tangan Mba Riri, badannya agak maju lebih deket. "Mba, tolong jangan bilang siapapun di rumah ini kalau tetangga depan duda dan aku naksir berat."

Mba Riri tersenyum sambil melakukan geram hormat. "Siap!"

Ah iya, omong-omong, Mba Riri tuh ternyata diam-diam paham dan tau kalau selama ini Reina lagi ngincer tetangga depan rumah. Ini gak tau Reinanya yang gak jago nutupin atau emang Mba Riri nih pengamat handal. Tapi yah mau ngelak juga enggak bisa. Soalnya Mba Riri udah seyakin itu kalau Nona mudanya ini lagi kasmaran dan kepincut sama tetangga depan yang ganteng banget itu. Aslinya Mba Riri juga kalo bisa mah udah maju duluan buat mepet si mas ganteng itu. Cuma ya, dia sadar diri sih.

"Informasi tambahan Kak Reina. Anaknya, Nalaraya Tanumiharja. Dan sus yang kapan hari kita liat itu berhenti hari ini. Tadi pagi, aku ketemu sama Bu Isti, ART depan. Berkat kemampuan aku yang jago basa-basi ini, mereka lagi nyari sus baru yang jago nguncir dan bentuk rambut aneh-aneh. Katanya, sampe serang belum nemu yang sesuatu kriteria itu."

Nalaraya. Nama yang bagus.

"Okay." Reina berusaha buat nenangin diri dari semua informasi dahsyat yang dibawa Mba Riri. "Terus gimana lagi Mba?" 

"Kita harus jemput bola, Kak Reina!!" Seru Mba Riri keliatan semangat membara.

"Kamu gak nyaranin aku buat daftar jadi susnya kan, Mba?" Tanya Reina agak ngeri juga.

Mba Riri malah ketawa. "Ya enggak dong, Kak. Kita harus pake cara yang keren!" Oh, oke, baik. Reina suka ini.

"Gimana?"

"Kak Reina, ketika kita mau dapet duda beranak, artinya kita harus mau juga sama anaknya. Karena duda itu gak cuma nyari istri, tapi dia juga nyari ibu yang baik buat anaknya." Reina mengangguk cepat. Ucapan Mba Riri sangat amat benar.

"Terus? Gimana?"

"Kak Reina kan jago banget kepang rambut ya, kadang rambut saya juga sering banget dijadiin bahan percobaan. Rambut Ibu juga gitu kan, sering dibentuk aneh-aneh. Nah! Aku udah rekomendasiin ke Bu Isti kalau Kak Reina ini jago ngepang."

Oh. Gila. Mba Riri benar-benar bergerak cepat.

"Terus apa katanya?"

"Bu Isti bilang mau izin dulu ke Bapak. Nanti kalau udah fix bakal dikabarin lewat WA."

Reina melotot. "Udah tukeran nomer WA?!!!"

Mba Riri tersenyum sombong, "udah dong!" Tangannya menepuk pelan bagian dada, "Kak Reina, kalau kita mau sesuatu, harus ada aksi, bukan cuma sekedar rencana." Oh, sial! Reina beneran ngerasa tertampar banget sama kata-kata Mba Riri.

Halo! Mas TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang