Chapter II : Witness of Destruction

2 1 0
                                    

Keluarga Elvish menjalani kegiatan sehari-hari mereka seperti biasa. Tempat favorit mereka berkumpul adalah dapur, tempat yang penuh dengan aroma masakan dan canda tawa. Dapur adalah pusat kehidupan keluarga Elvish, tempat mereka berinteraksi dan saling menguatkan.

Caecilia dan saudaranya, Regan, membantu Viona, ibu mereka, yang tengah memasak, sementara Alex, ayah mereka, memahat kayu yang nantinya akan diukir menjadi pedang kayu untuk dijual ke toko pedang di pasar distrik 4.

Saat Caecilia sedang asyik memotong bawang, tiba-tiba saja ide konyol melintas di benaknya.

"Ibu... bisakah aku melawan Iblis Surgawi?" tanya Cecil dengan tatapan penuh tekad.

Viona, yang awalnya tersenyum mendengar panggilan putrinya, perlahan mengerutkan kening, senyumannya menghilang seketika. Dia berhenti mengaduk panci dan menatap putrinya dengan wajah serius.

"Apa yang sedang kau bicarakan, Cecil? lanjutkan pekerjaanmu," jawab Viona dengan nada dingin yang belum pernah didengar Caecilia sebelumnya.

Terkejut dengan respons ibunya, Caecilia tetap mencoba melanjutkan, "Maksudku... jika suatu saat nanti aku menjadi perempuan yang kuat. Bisakah aku melawan mereka?"

Viona mendesah kasar lalu menatap putri bungsunya lekat-lekat. "Kau tidak akan pernah bisa menjadi kuat, Caecilia. Tak akan bisa. Kau tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka. Kau bisa mati di tangan mereka. Ibu tidak akan mengizinkanmu, walaupun kau menangis darah sekalipun."

Cecil merasakan dadanya sesak, tangannya terkepal kuat. "Ibu, percaya padaku. Jika aku bertambah kuat, aku akan melindungi kalian semua. Aku tidak akan membuat kalian menderita lagi. Aku bersumpah atas namaku sendiri."

Viona mendesah kasar. "Sudah ibu bilang dari awal, walaupun kau memohon dan menangis darah sekalipun, ibu tetap tidak akan mengizinkanmu. Jika kau tetap ngotot, ibu tidak akan mengizinkanmu berburu lagi."

Tubuh Cecil bergetar hebat, dadanya semakin sesak. Mendengar ancaman bahwa dia tidak diperbolehkan berburu lagi membuatnya merasa lebih sakit hati daripada sebelumnya.

Regan, yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka, ikut angkat bicara. "Benar kata ibu! lagipula kau itu lemah, Cecil! kau itu sering sakit-sakitan!"

Ego Cecil berkobar. "Lagi pula aku bukan manusia, jadi apa yang harus aku takutkan?" pikirnya.

Dari sudut ruangan, Alex, ayah mereka, ternyata juga mendengarkan percakapan tersebut. Dia menghampiri Caecilia sambil tersenyum manis.

"Sebelum kau melawan mereka, lebih baik kita mencari tahu rahasia tentang Iblis Surgawi dan apa saja titik kelemahan mereka," kata Alex sambil menepuk bahu putrinya. "Ayah berjanji akan membawamu ke tempat rahasia ayah di Frost Land."

Mata Cecil berbinar mendengar kata-kata ayahnya. Dia terlihat sangat antusias untuk menguak misteri tentang keberadaan Iblis Surgawi yang mengancam keseimbangan dunia ini.

"Benarkah? kau tidak berbohong, kan, Ayah?" Caecilia melirik takut-takut ke arah Viona yang tengah berkacak pinggang, lalu menatap kembali ayahnya yang masih menyunggingkan senyuman hangat.

Alex mengangguk, senyumannya tetap tidak memudar. "Aku akan menjaganya. Percayakan semuanya padaku."

Dengan segala kelembutannya, Alex berusaha merayu Viona agar menyetujui permintaannya. Viona akhirnya tidak punya pilihan selain menyetujuinya, meski dengan berat hati.

"Baiklah," kata Viona dengan nada lirih, "Tapi pastikan dia aman, Alex. Jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri."

Alex mengangguk serius. "Percayalah, aku akan menjaga Cecil dengan segenap jiwa raga."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The RulerWhere stories live. Discover now