Flashback: Bukan Cinta Manusia Biasa

647 80 8
                                    

[Flashback ini pernah diunggah dalam akun X aku dulu dan aku unggah kembali agar mengingatkan kalian cerita #MOERZA saat masa-masa PDKT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[Flashback ini pernah diunggah dalam akun X aku dulu dan aku unggah kembali agar mengingatkan kalian cerita #MOERZA saat masa-masa PDKT.]


Detik berlalu, menjemput menit hingga membuih pada kepingan jam yang tidak disambut rupanya. Musik mendayu, mengiringi rentetan kalbu, dan menjelma pada bayang-bayang yang tak didapati hadirnya.

Setiap kepulan asap bak membuai kenang dalam ingatan.

Penjual jagung bakar mengingatkan berbagai rasa seolah kita sedang bercinta. Penulis menelanjangi dirinya ketika berbicara tentang cinta atau penyair yang hanya mampu menyampaikan kerinduan dari kata-kata cinta yang tak sempat tersampaikan.

Asap yang berasal dari nikotinmu adalah bukti. Ketika legit dari bibirmu bersatu pada aroma tubuhku hingga tak ada lagi sekat di antaranya.

Sekat antara dinding-dinding ketidakpastian yang engkau pertangguh dengan rasa gamang. Hingga melahirkan sabda paling meloka. Sebab di antara dinding ketidakpastian, ada cinta yang membatasi logika dan hati manusia.

Malam yang bertandus kian kekal. Muda mudi menikmati alunan musik seolah dirinya adalah pujangga yang tersakiti. Dan, di antara lautan persona yang tengah menghayati lirik sendu dari lagu yang berjudul Hampa, ada jelaga yang sudah kehilangan fokusnya.

Sosok itu melimpir sejenak. Keluar barisan dan membawa langkahnya menjauh dari kerumunan. Walau begitu, ia masih dapat melihat wajah sang idola dari tempatnya berada.

Jelaga itu kembali melirik ponselnya. Tak ada beda dari pemakaman yang sunyi. Tak ada kabar yang ia dapat dari sosok yang akhir-akhir ini memenuhi setiap jengkal kehidupannya.

Apalah daya, ketika sebait lirik yang dinyanyikan seolah menamparnya.

Entah di mana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu.

Ia bukan penikmat senja, dan bukan pula manusia yang kerap dimabuk asmara. Dawai yang baru saja didengar sangat klise dan hiperbola, menurutnya. Namun sial, malam ini ia seolah berteman dengan lagu tersebut.

Ia masih berdiri di sana. Ketika lagu berakhir, dan semua orang menebak lagu yang akan dibawakan berikutnya. Selayak penjaga keamanan sebab dari ujung kepala hingga ujung kaki, pakaian yang ia kenakan malam ini didominasi oleh warna hitam.

Laki-laki itu sempat berpikir untuk meninggalkan konser sebab dahaga hampir saja membunuhnya, sedangkan air dalam botol minumnya sudah habis.

Tetapi, niatnya itu urung saat vokalis dari Dewa 19 menyebutkan judul lagu yang akan dibawakannya dan disambut dengan tepukan tangan dari manusia yang sudah tidak sabar ingin bernyanyi.

Iringan musik yang diawali oleh piano, gitar listrik dan drum menjadi pembuka, dan dalam hitungan detik mampu menghipnotis para pendengar di sana, termasuk Moeza.

Ku tetap mencintaimu masih
Meski kau tak cinta aku.

Sesaat, Lobus Moeza membayang pada satu nama yang sejak tadi sudah di nantinya. Namun mungkin ketidakhadiran sosok itu dapat menjadi cara untuk Moeza membuktikan perasaannya sendiri yang ia sangka adalah abu-abu.

Ku tetap merindukan
Meski kau tak pernah merasa
Sedikitpun untuk merindukan aku.

Kenyataannya, selama ini Moeza telah mengelabui perasaannya yang sangat menginginkan sosok itu. Dan ketika menuju reff pertama, ia memejamkan netranya. Menghadirkan sosok tersebut ke dalam ingatannya dan menyugar kembali percakapan di antara mereka.

Cintaku ini
Bukan cinta milik manusia biasa.
Cintaku ini
Cinta sejati yang paling sejati.

Ketika reff pertama terlewati. Moeza diam-diam berharap bahwa setelah ia membuka mata, maka kisah cintanya akan seperti di dongeng-dongeng. Di mana pada waktu ini, Sang Pangeran akan tiba untuk —

"Moeza?"

Suara itu. Radarnya menyapu ilalang manusia dan ketika obsidiannya menyisir satu per satu sudut di ruang yang penuh gema, ia menemukannya.

Ia berhasil menemukan Erza-nya.

Sudut ranumnya mengembang, membuat hatinya merasa terbang. Sosok yang ditunggu telah tiba. Melangkah secepat udara yang menjatuhkan laju dedaunan di musim gugur.

Ketika langkah sosok itu kian dekat dalam gapaian. Moeza buru-buru mengikis jarak hingga sekarang tidak ada celah lagi yang memisahkan mereka.

"Kamu datang?"

"Saya datang untuk kamu."

Di antara ribuan cahaya yang bersinar dalam ruang itu, hanya manik Erza yang mampu membuatnya tenggelam. Pun, ia rela jika harus menjamu manik itu lama-lama hingga melawan pasang badai yang bergelombang di dadanya.

Sebab kini, ia telah menemukan dermaga paling permai yang ingin disinggahinya. Dan sekarang, sudah tidak ada lagi keraguan di hatinya. Karena getaran pada hatinya begitu nyata, dan itu semua karena sosok yang bernama Erza Erlangga.

Bahkan, hanya menyebut namanya saja sudah membuat pipinya bersemu.

"Kapan tiba di Jakarta?" Tanya Moeza.

"Sejak pagi tadi. Dan, maaf saya belum sempat memberi kamu kabar."

Moeza menggeleng. Semua penantiannya sudah terbayar karena sekarang Erza-nya sudah di sini.
"Kakak pasti lelah karena baru pulang tadi pagi."

"Semua itu terbayar sekarang. Karena rasa lelah saya nggak sebanding dengan rasa rindu saya ke kamu." Ucap Erza.

Ia menarik yang lebih muda untuk membalikkan tubuhnya dan dari belakang sana, Erza memeluk Moeza tanpa ragu.

"I'm home."

"Lagu kesukaan kamu." Ucap Moeza, hingga Erza terkekeh kecil. "Baru pertama saya mendengarkan lagu kesukaan saya sambil memeluk manusia yang paling saya suka."

"Kamu bilang baru balik minggu depan?" Tanya si kecil. "No, I just miss you, Little Mo. Saya takut, semakin saya lama di sana maka semakin sering saya marah-marah ke kamu." Jelas Erza, hingga membuat keduanya tertawa.

Perlahan, Moeza menyenderkan bahunya di dada bidang milik Erza. Ia seakan tidak peduli apabila teman kecilnya memergokinya saat ini. Meski itu tidak berlaku untuk Miuza.

"I like you, Little Mo." Bisik Erza. Dagunya sudah mendarat pada bahu Moeza. "Saya kangen sekali sama kamu." Lanjutnya, seraya mengeratkan pelukan mereka.

"Kak..." Panggil Moeza, yang hanya dibalas dengan gumaman oleh Erza. "I miss you too."

Keduanya sama-sama menikmati bait terakhir dari lagu tersebut. Tubuh mereka bergoyang mengikuti irama. Bahkan, Erza ikut bernanyi sambil netranya terus menatap manusia di sampingnya.

Sebelum lagu itu benar-benar berhenti, Erza lagi-lagi melakukan aksi yang buat Moeza terkesima.

Cup.

Erza mengecup leher yang lebih muda. Keduanya terdiam. Dan, dalam gelapnya malam yang minim pencahayaan, tidak serta merta membuat Moeza buta untuk melihat senyum Erza yang menawan.

"Pacaran, yuk?"
















ada yang kangen #MOERZA jaman PDKT nggak? 🥲 semoga aku bisa update mereka minggu ini 😞

#MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang