Fase pertama : tiga detik pertama.
Aruna mempercepat langkah kakinya, napasnya memburu bahkan dasi berwarna biru muda itu belum terikat sempurna dilehernya. Beberapa kali dia mengumpat karena kakinya itu terlalu lambat, padahal dia sudah mengerahkan seluruh tenangnya untuk berlari dari gerbang utama menuju kelasnya.
Jam yang melingkar ditangan kirinya sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima menit, dia sudah telat lima menit masuk kedalam kelas.
"ahk" Aruna mengaduh kesakitan sambil memegang dahinya, dia baru saja menabrak seseorang dan kepalanya menghantam sesuatu yang lumayan keras.
"juna lo nabrak kakak kelas woi"
Aruna berusaha melihat siapa orang yang berada didepannya, walau awalnya pandangannya sedikit kabur namun beberapa detik kemudian ia dapat melihat dengan jelas.
Seseorang yang dia tabrak tadi adalah siswa laki-laki yang berada satu tahun dibawahnya, kelas sebelas. Ia juga terjatuh, bahkan barang yang dibawanya berserakan keluar dari dalam kardus yang dia bawa.
"aduh, maaf ya saya lagi buru-buru." Aruna minta maaf dengan cepat membantu adik kelasnya itu mengumpulkan kembali barangnya.
"minta nomor WhatsApp-nya atau apa saja yang bisa saya hubungi." ucapnya.
Aruna kaget.
"YA?"
"kakak gak lihat saya bawa apa? alat praktek dari laboratorium IPA, kalau ada yang rusak saya tau harus minta pertanggung jawaban siapa." jelasnya.
"bisa cari saya dikelas 12 MIPA 2"
"tetap gak bisa menjamin, bisa aja kakak gak ada dikelas waktu saja cari."
Aruna berdecak, ia sudah benar benar terlambat ingin segera sampai dikelas saja harus mengalami kejadian seperti ini.
Lelaki didepan Aruna sudah mengarah ponsel pintarnya depan Aruna, mau tak mau agar situasi ini cepat selesai. Aruna dengan cepat mengetik nomor telepon, lalu ponsel itu ia kembali pada pemiliknya.
"sudah."
"tunggu, saya hubungi lebih dulu. Nanti nomor palsu."
Aruna kembali berdecak, "ya udah, coba aja."
Ponsel yang berada di saku rok abu-abu Aruna bergetar, ia mengeluarkan dan menunjukkan layar ponselnya dihadapan adik kelas tersebut, "see? nomor saya, bukan?"
"oke, dipercaya."
"oke, permisi."
° ° ° ° ° ° °
"kenapa minta nomor kak aru? alat praktek tadi emang udah rusak."
Ia menatap layar ponsel yang menampilkan nomor WhatsApp milik Aruna.
"woi juna, ditanya malah diam aja"
Dia yang dipanggil dengan nama Juna itu menoleh, "riki, Lo benaran gak paham maksud gue tadi?" dia malah balik bertanya.
Riki menggelengkan kepalanya.
"bego."
"lah, apasih monyet."
"soalnya kak aru, cantik."
"sialan, modus doang ternyata."
•
•
•
•
•
•
•T I G A D E T I K
© writtenbykyii²⁰²⁴
|
Parak lakon
|° Aruna Bestari Diandra
°Arjuna Aditya Lazuardi
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Detik
Teen FictionKatanya, manusia hanya butuh waktu tiga detik untuk jatuh hati kepada seseorang.