1. VELATHERA

328 17 6
                                    

Windu bersandar gusar di dinding lorong panjang yang dilewati para remaja berseragam putih abu-abu. Bel waktu istirahat pertama telah berbunyi hampir lima menit yang lalu. Selama itu juga Windu berdiri di sana, menunggu manusia menyebalkan yang menjelma menjadi temannya.

Semester ganjil sudah berjalan dua pekan. Banyak wajah baru hadir di seluruh sekolah di Jakarta. Termasuk SMA Velathera yang menjadi puncak sekolah elit di ibukota. Butuh perjuangan dan usaha lebih untuk masuk ke Velathera. Hal itu yang membuat Windu kesal dan sedikit menyayangkan keputusan yang diambilnya saat ujian akhir dulu.

Aroma ambisi dan persaingan sudah tercium dari pintu gerbang besar yang menjadi jalur masuk menuju sekolah. Gaya hidup serta seleksi pergaulan atas materi juga menjadi hal wajar. Andai waktu bisa diulang, Windu lebih memilih masuk SMA lain daripada sekolah elit yang berada di puncak persaingan sekolah ibukota ini.

Masa-masa adaptasi di awal semester cukup menyulitkan Windu yang sedikit berandal. Ia tak betah berkencan dengan buku pelajaran setiap menit, atau menghafal rumus-rumus yang menyebabkan kepala pusing tujuh keliling.

Untungnya, Windu punya teman yang bisa menjadi pemandu wisata, setidaknya untuk semester awal.

Dari kejauhan, tampak seorang siswa dengan wireless headset yang melingkari pangkal lehernya berjalan diantara kerumunan menuju Windu. Rambut ikalnya kusut seperti habis mengerjakan seratus soal aljabar.

Dengan santai ditepuknya pundak Windu yang tengah sibuk memperhatikan arah lain. Windu menoleh, terlihat jelas raut kesal di wajahnya.

"Kurang lama lu, Zaf. Udah mau lulus gue nungguin lu."

Tawa Zafran meledak, membuat Windu semakin yakin untuk menghajar temannya itu di tempat.

"Lebay lu, Windu. Masih kelas satu juga udah mau lulus aja. Yang mau lulus mah gue!" seru Zafran.

Windu mengurungkan niatnya. Ia segera berjalan meninggalkan koridor. Zafran dengan segera menyejajarkan langkahnya dengan Windu.

"Lu kenapa sih Zaf lama banget?" Windu bertanya dengan sisa-sisa kekesalan.

Zafran menoleh. "Kaya nggak ngerti murid semester akhir aja lu, Ndu."

"Jadi, kapan lu mau ngejelasin tentang Velathera?"

"Cari tempat makan deh, ntar gue ceritain, gimana?" tawar Zafran.

Windu mengangguk tanda setuju. Ia tak bisa mendengarkan dongeng Zafran tanpa cemilan.

"Ikutin gue, Ndu. Gue tahu tempat siomay terenak di Velathera."

Setelah berjalan kaki dan bersusah-payah membelah lautan manusia yang memenuhi
kantin, Windu serta Zafran akhirnya berhasil mendapatkan dua piring siomay beserta bangku kosong di pojok kantin. Satu-dua gadis sempat menyapa Zafran yang duduk di hadapan Windu.

Zafran menusuk siomay pertamanya dengan garpu di tangan kanan. Windu juga menyantap siomay di piringnya yang dibaluri kuah kacang hangat.

"Jadi, apa yang pengen lu tahu?" Zafran membuka pembicaraan.

Windu membuka mulutnya yang setengah mengunyah. "Semuanya. Semua yang lu tahu tentang sekolah ini, Zaf."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DECISIETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang