1: 451 hari sebelum itu

78 31 153
                                    

Jakarta, 13 September 2018

Di sebuah rumah di daerah Tebet, Jakarta Selatan, seorang gadis nampak sedang merias wajahnya. Gadis itu mengenakan setelan yang cukup berbeda dan mencolok pada masanya. Celana kargo, sepatu boots, crop top, dan kemeja oversize sebagai luaran.

"Ya ampun, anak mama... Sekali-kali dandan jangan kayak preman coba," seru sang ibunda melihat penampilan anak gadisnya.

"Bagus, lah. Biar gak dideketin buaya darat," balas sang gadis.

"Heh omongannya!" jawab Mama sembari merapikan meja makan.

"Kayak Om Jelek, tuh, Ma!" Sontak, gadis itu bergegas mengambil kunci motornya dan helm cakil retro miliknya, meninggalkan Ibunya sendiri di meja makan.

"Astagfirullah, Fel-" belum sempat sang ibunda memanggilnya, gadis tersebut lantas mengucap, "Berangkat ya, Ma. Assalamualaikum!".

"Waalaikumsalam..." balas sang ibunda pasrah.

Gadis itu lantas menyalakan motor custom-nya yang dirakit bergaya bobber berwarna hitam dengan vinyl api biru.

"Cia!" Seru seorang pria dengan perawakan besar dan tinggi.

Gadis itu segera mematikan motornya setelah dipanggil oleh pria itu.

"Kenapa, bang Owen?" Tanya gadis yang bernama "Cia" itu.

"Lo gak mau gue anterin pake mobil aja? Panas, lho," balas pria berambut french crop berkacamata yang dipanggil "Owen" itu.

"Gak mau, nanti bang Owen telat kerja gara-gara Cia. Lagian mau kena panas juga Cia tetep cakep, wle!" Balas Cia sembari menjulurkan lidahnya.

"Batu banget ya ini MABA satu! Udah buru-" belum sempat Owen menyelesaikan perkataannya, Cia kembali menghidupkan motornya dan pergi meninggalkan garasi rumah yang luas itu.

________________________________________

Seorang pemuda tiba di sebuah kafe di daerah Blok M. Pemuda berambut keriting itu lantas segera berlari ke dalam kafe tersebut lantaran khawatir kalau dirinya telat untuk sebuah pertemuan.

"Nah, ini dia!" Seru Reynord melihat seorang yang telah ia nanti akhirnya tiba.

"Eh, sorry banget gua telat! Gua udah buru-buru," ujar sang pemuda dengan napas terengah-engah.

"Buru-buru amat kayak lagi dikejar debt collector!" Timpal Cia melihat pemuda yang menarik perhatiannya itu.

Ia terdiam, merasa canggung karena tidak mengenal gadis di depannya tapi gadis tersebut menyapanya seolah-olah sudah akrab.

"Hahaha! Kenalin nih, Tan, Cia. Cia, ini Tristan, sahabat gue dari SMP!" Reynord nampak tergelitik karena tak biasanya sahabatnya diejek seperti itu.

"Salam kenal," Sontak, Cia berdiri dari kursinya dan mengulurkan tangannya kepada Tristan untuk berjabat tangan.

Tristan hanya membalas dengan, "Iya," dan sebuah anggukan tanpa menerima jabatan tangan tersebut, membuat Cia tersenyum tipis karena tak biasanya seorang lelaki memberikan balasan seperti itu kepadanya.

Tristan pun menduduki bangku di sebelah Reynord dan menaruh barang bawaannya yang terasa berat. Cia pun juga berhasil menarik perhatiannya lantaran gaya berpakaiannya yang tak biasa. Ia bahkan terlihat lebih garang dibanding Tasya yang duduk di sebelahnya.

"Yaelah sombong banget lu kayak artis aja, Tan! Diajak salaman malah nolak," seru Reynord sembari menyenggol lengan sahabatnya.

"Maklum pak, capek banget gua otw dari Bandung, jadi kena jet lag," jelas Tristan seraya membakar sebatang rokok.

Just Be Friends: Heart to HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang