Langkah kaki yang semula berirama normal perlahan mulai mengurangi kecepatannya, mata bulat itu sedikit menyipit setelah melihat motor Yamaha xsr 155 terparkir berdampingan dengan motor vesmet putih milik abang sepupunya di garasi rumah.
Detak jantung Kinaeya berdegup tak beraturan menyadari siapa pemilik motor itu, entah perasaan senang atau takut yang sedang di rasakan. Kinaeya menggenggam erat tali paper bag yang di jinjingnya, memberanikan diri untuk memasuki rumah.
"Assalamualaikum, Kina pulang!"
Yang pertama kali di tangkap oleh penglihatan Kinaeya adalah laki-laki dengan hidung mancung dan rambut acak-acakannya yang sedang duduk santai di atas sofa ruang tamu. Mata tajamnya balik menatap Kinaeya, sedangkan yang ditatap refleks memalingkan wajahnya terlalu gugup.
"Abang Athar kemana?" Tanya Kinaeya tanpa menatap laki-laki itu.
Hening sesaat, bahkan suara detik jam pun terdengar. Kinaeya mendengus kesal tetapi enggan memalingkan wajahnya menghadap Andra, teman abangnya itu.
"Lo nanya ke siapa? Kalo nanya tuh sebut nama atau tatap matanya."
Kinaeya langsung menghampiri Andra yang sedang sibuk memainkan handphonenya, merasa ada yang mendekat laki-laki mancung itu mengalihkan pandangannya menatap mata bulat perempuan di depannya.
"Bang Athar kemana? Tolong di jawab." Tanya Kinaeya penuh penekanan.
Andra menarik sebelah ujung bibirnya melihat Kinaeya menuruti apa yang dia perintahkan, "Di kamar mandi."
Tanpa basa-basi lagi Kinaeya meninggalkan Andra sendirian di ruang tamu, berjalan penuh amarah menuju kamar mandi untuk mencari sang sepupu.
Tangan lentik Kinaeya terulur mengetuk pintu tak sabaran saat mendengar suara air kran yang menyala menandakan jika Athar masih berada di dalam sana.
"Cepetan keluar ih!"
Tak berselang lama bunyi nyaring air yang keluar dari kran berhenti disusul suara kunci pintu yang terbuka. Athar keluar dari kamar mandi sambil menutup kembali resleting celananya.
"Naon sih ai manéh meni riweuh!"
Kinaeya yang melihat kelakuan abang sepupunya itu refleks berbalik badan dan menutup wajahnya.
"KENAPA GAK DI TUTUP DI DALEM KAMAR MANDI??!!" Teriak Kinaeya.
"Heh kocak! Lu yang nyuruh gue buru-buru keluar ya! Pup gue kaget jadi masuk lagi ke dalem gara-gara elu gedor-gedorin pintu tiba-tiba!" Ucap Athar kesal seraya menarik rambut Kinaeya pelan agar kembali menghadapnya.
Kinaeya menepis tangan yang masih menggulung-gulung rambut panjangnya, ia maju beberapa langkah mendekatkan kepalanya pada telinga Athar.
"Lo ngapain bawa Andra kesini?" Tanya Kinaeya penuh penekanan dengan volume yang mengecil pada nama Andra.
"Ya mang napa? Dia kan temen gua, lagian bukannya lu berdua udah akrab ya?" Jawab Athar ikut mendekatkan wajahnya pada telinga Kinaeya.
"Udah gak tegur sapa lagi gue semenjak Andra di labrak sama si Jean."
"Oh mantan lu yang posesif itu ya?" Tanya Athar mengalihkan topik.
"Iyaa padahal waktu itu gue minta jemput sama dia jawabannya lagi latihan futsal eh gue malah liat pake mata kepala sendiri dia bonceng cewe lewat depan gue, kan ee kambing banget! Yaudah waktu Andra tiba-tiba datang nawarin bareng gue iyain aja, malah di labrak sampai berantem."
"Pantesan kata si Andra pas dia kaga sengaja ketemu sama lo malah buang muka!" Ucap Athar seraya berkacak pinggang mengerti situasi.
"Gue malu! Lagian lo seenak jidat banget ngajak dia ke rumah gue, kaya rumah sendiri aja!" Kesal Kinaeya sambil mencubit-cubit perut Athar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hoge Muur
Short StoryMenyalahkan takdir pun tidak akan mengubah alur hidup, sebagai manusia kita hanya bisa berencana dan menerima. Cowo tengil memang seleranya, tapi jika orang itu adalah teman abangnya apakah selera itu masih sama? Lalu jika di hadapkan oleh dua pilih...