Garis Takdir 2

30 4 0
                                    


Pov Alba

3 hari setelah acara pernikahan Zoya dan Bintang, kini Alba hanya mengurung diri dikamarnya. Apakah seperti inikah takdir yang telah Allah siapkan untuknya?, Ia lagi-lagi termenung sembari melihat terangnya rembulan. Tanpa sadar air matanya menetes, membasahi pipinya mengingat kejadian beberapa hari lalu.

Ia tahu ini salah, ini tidak baik untuk dirinya. Namun perasan sedih serasa mengelilinginya. Lihatlah cinta begitu menyakitkan bukan?. Bahkan beberapa hari belakangan ini ia tidak mengunjungi butiknya. Untungnya ada Rossa yang selalu menghandle semuanya ketika ia sedang sibuk-sibuknya membuat baju atau seperti sekarang ini.

Tok..tok..tok…

Ceklek…

“Al…udah makan?”. Suara Wanita yang sangat ia kenali, umma?.

“Udah umma, tadi Alba udah makan”. Balas alba sambil tersenyum. Hati Wanita tersebut terenyuh ketika melihat wajah gadis didepannya. Wanita tersebut langsung memeluknya sembari menepuk pelan punggung gadis tersebut unjuk menenangkannya. Lagi-lagi mata gadis itu mengeluarkan air setetes demi setetes.

Omera mengajaknya duduk agar lebih nyaman.

“Al… udah ya, ikhlasin. Allah akan ganti yang lebih baik. Dia telah menemukan tulang rusuknya”. Tutur Omera pada putri semata wayangnya. Dia tidak tega melihat putrinya terus-terusan mengurung diri.

“Alba, mau ikhlasin umma, tapi susah. 8 tahun Alba mencintai sendirian ternyata”. Omera lagi-lagi menenangkannya sesekali menepuk pelan bahu gadis tersebut.

“Kembalikan lagi cintamu kepada Allah. Hanya DIA yang berhak kamu cintai segitu dalamnya. Mungkin DIA cemburu melihat hambanya begitu mencintai ciptaannya”.

“Udah ya, Alba berhak untuk dicintai. Masih ada Abah, sama umma yang selalu sayang sama kamu. Kami sedih liat kamu seperti ini”. Lanjut Omera sembari mengusap jejak air mata di pipi putrinya.

“Makasih umma udah selalu ada buat Alba. Alba akan berusaha untuk ikhlasin semuanya”. Ucapnya sambil tersenyum, memperlihatkan pada ummanya. Omera tersenyum. Lihat, putri kecilnya sudah besar. Sedetik kemudian tersadar dan memberikan bunga-bunga yang ia bawa.

“Oiya, ini bunganya. Kamu pesan lagi?”. Tanya Omera sembari memberikan 3 buket bunga matahari ditangannya. Melihat itu Alba memasang majah bingung. Bunga matahari? Pesan lagi? Apa maksud umma?, pikirnya.

“Tapi Alba ngga pernah pesan bunga Umma, apalagi sebanyak ini”. Papar Alba kebingungan. Ia yakin bahwa ia benar-bebar tidak memesan bunga akhir-akhir ini.

“Tapi ini dikirim 3 hari berturut-turut lho Al. Mang ujang yang ngasih sendiri”.

“Mang ujang satpam depan? Mungkin salah Alamat itu umma”.

“Yaudah bunga-bungannya taruh aja disini. Nanti biar Alba tanyain sama Mang Ujangnya langsung”.

“Umma juga udah nanya Al, tapi Mang Ujangnya bilang gatau”. Terang Omera membuat Alba semakin bingung. Ia pun kembali mengambil salah satu bunga tersebut dan mengeceknya, apakah ada nama tokonya atau tidak.

“Ini Umma, Alba dapat nama tokonya. Besok alba kembaliin, mana tahu mereka salah kirim” Lanjut Alba sembari memperlihatkan nama toko kepada Omera.

“Yaudah tidur lagi, udah malam. Jangan lupa sholat witirnya. Umma keluar dulu”. Alba menggangguk dan tersenyum.

Pov off

Keesokan harinya…

“Sun florist”. Ejanya melihat banner yang terpampang didepan bangunan tersebut.

Garis Takdir (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang