Jika kamu tidak menginginkan bunga itu tumbuh, maka jangan beri ia pupuk
"Langit!." Seorang laki-laki menghampiriku dengan membawa sebuah bungkusan ditangannya.
"Liat aku bawa apa?." Aku menggeleng, laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari bungkusannya, sebuah buku kumpulan sajak Chairil Anwar. Buku yang sedari dulu kuincar kini mendarat lembut ditanganku.
"Tama, ini kan.... Susah nyarinya." Aku masih menatapi buku yang masih terbalut plastik tipis itu.
"Iya, tapi aku nemu loh langsung aku beli karena aku inget kamu lagi cari itu kan." Laki-laki bernama Tama itu menyeringai, ia jauh lebih tinggi dariku hingga sinar matahari yang menyengat tertutup oleh kepalanya. Aku membuka plastik yang membalut buku itu, aroma buku baru selalu membuatku mabuk kepayang. Kubuka lembar demi lembar, membaca tiap bait yang tertulis.
Tama duduk dibawah pohon jambu yang berbuah, begitupun aku. Melihat buah jambu yang menjuntai laki-laki itu tidak bisa menahan keinginannya untuk memetik. "Bacain aku dong, malah baca sendiri." Ujarnya.
"Emang kamu ngerti?." Tanyaku
"Ngga, tapi gapapa aku mau tau aja, sajak itu sebagus apa." Aku membuka-buka lembar buku, laluberhenti pada halaman ke duapuluh pada buku Aku Ini Binatang Jalang, dan mulai kubacakan sebuah syair yang berjudul 'Taman'.
Taman punya kita berdua
Tak lebar luas, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
Halus lembut dipijak kaki
Bagi kita bukan halangan
Karena
Dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, kau kembang
Kecil, penuh surya taman kita
Tempat merenggut dari dunia dan 'nusia'
"Bagus, kok bisa ya dia bikin sebagus itu." Tama masih sibuk memetik jambu-jambu itu menggunakan galah, sementara aku masih membaca baris sajak 'Taman' ini, aku pun menyukai syair ini, taman yang dikatakan Chairil, bagaikan taman yang terdapat aku dan Tama di dalamnya. Aku adalah kembang dan Tama adalah kumbang, aku adalah kumbang maka Tama adalah kembang. Naratama adalah laki-laki yang kusukai sejak aku memasuki semester tiga, ia adalah laki-laki yang ramah juga selalu mengerti tentang diriku, hanya saja aku selalu menutupi perasaanku hanya karena aku menyadari sepertinya Tama tidak menyukaiku.
YOU ARE READING
Langit dan Lautnya
Teen Fictiontentang keluarga tentang persahabatan tentang cinta tentang luka tentang memaafkan tentang kehilangan