Chapter 4 : Sang Bintang Hitam

6 1 0
                                    


Rindu langsung lari bergegas ke ruang kepala sekolah "Permisi." ucap Rindu memasuki ruangan kepala sekolah, mata Rindu langsung terpaku melihat kaka kelas cewe yang dia pukul kemarin berada disana juga. "Rindu Anggraini, kelas 10 IPS 4. Kamu baru masuk kemarin dan sudah bikin masalah?" ucap Kepala sekolah dengan tegas. "Ta...tapi bukan saya yang mula]-" Kalimat Rindu pun disela oleh kaka kelas itu. "Bohong pak, dia main fisik duluan padahal kita ga ada urusan ama dia, dianya aja yang cari muka ama kaka kelasnya." Rindu yang mendengar itu pun mulai geram dan menggenggam tangannya, tapi dia harus berusaha menaha emosinya dikondisi seperti ini. "Udah cukup, kamu baru sehari disini dan kamu udah merasa jagoan, kekerasan fisik ga bisa ditoleransi, kamu akan dikasih bintang hitam pertama, yang dimana kalau bintangmu mencapai 10 kamu akan dikeluarkan dari sekolah ini." ucap kepala sekolah dengan tegas. Rindu pun shock karena dia benar-benar engga dikasih waktu buat menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi, terlihat dari raut wajah kaka kelas kamfret itu terlihat tersenyum tipis kearah Rindu. Rindu pun hanya bisa terdiam dan menggenggam tangannya dengan kuat karena harus menahan emosi. "Baiklah Maaf atas kesalahan saya pak kalau sudah saya permisi dulu pak, terima kasih." ucap Rindu dengan senyuman yang tulus sambil menundukan kepalanya. Rindu pun berjalan keluar ruang kepsek. 'Dasar baj*ngan tengik itu, berani-beraninya dia begitu kepadaku, dia harus dapet balesan suatu hari ini.' ucap Rindu dalam hati. sesampainya dikelas Rindu pun langsung di lirik oleh seisi kelas, Rindu pun merasa ada yang ga beres diisini. tiba-tiba Elisa dan Ayu menghampiri Rindu. "Rindu ma...maafkan aku, gara-gara aku kamu jadi dapet bintang hitam." ucap Ayu dengan muka sedih. Rindu pun kebingungan kenapa Ayu bisa tau dengan masalah diruang kepala sekolah, Elisa pun menjelaskan bahwa system disekolah ini transparan, jadi apa yang terjadi diruang kepsek akan terdengar satu sekolahan. Rindu tidak mengetahui hal itu karena dia tidak masuk ke aula karena terlambat dihari pertamanya. 'transparan sih transparan. tapi apa ini ga terlalu berlebihan.' ucap Rindu dalam hati. dan itu pun menjawab kenapa seisi kelas menatap dia karena Rindu adalah murid baru pertama diangkatan mereka yang mendapat bintang hitam. tidak lama setelah itu bel pelajaran pertama pun dimulai. 5 detik setelah bel berbunyi tiba-tiba ada seorang pria paruh baya yang langsung menggeser pintu dan masuk kedalam kelas, seketika kelas yang berisik langsung menjadi hening, beberapa murid terdiam karena pak guru itu masuk terlalu tepat waktu, dan aura yang dikeluarkan oleh pak guru itu terlalu gelap, Rindu yang melihat fenomena itu pun langsung berbisik ke Elisa. "Gilak cepet banget datangnya, dia stay dulu didepan pintu ga sieh?" "Lupakan soal itu, coba kamu liat aura tuh guru gelap banget jir." ucap Elisa. dari situ satu kelas dapat menyimpulkan bahwa guru ini adalah seorang guru Killer. pak guru itu lansung duduk dimeja guru dan membuka buku absen dengan muka yang keras. "Ok, hari ini hari pertama kalian ya." ucap pak guru itu sambil menatap para murid dengan tajam, dia langsung berdiri mengambil sebuah spidol dan menuliskan namanya, disitu tertulis Adji Nuswantoro. "Ya jadi ini nama saya, saya adalah Guru Ekonomi kalian. sekarang saya akan menjelaskan semua peraturan dikelas saya." Pak Adji pun menjelaskan seluruh peraturan dikelas dia yang sangat amat ketat dan menyiksa telinga murid satu kelas, setelah menjelaskan semua peraturan tadi, dia pun kembali duduk dan mengabsen semua murid. "Ok semua sudah, sekarang buka buku paket Ekonomi kalian halaman lima, saya akan menjelaskan rumusnya didepan." Pak Adji pun langsung menjelaskan serentetan pelajarannya didepan kelas, dengan pembawaannya yang seperti gebetan alias selalu bikin deg deg an, akhirnya seluruh kelas pun menjadi tidak terlalu fokus. Sejauh ini Rindu masih bisa mengikuti dengan baik, dan terlihat Elisa yang seperti kepalanya sudah mulai berasap, dia pun berbalik arah sedikit dan mencoba mengajak Rindu mengobrol. "Bosan banget ga sih, dia ga berenti mengoceh ini sudah hampir 3 jam." ucap Elisa yang terlihat depresi. "sabar aja kira-kira 10 menit lagi kita istirahat kok." ucap Rindu dengan muka datar dan terus mencatat penjelasan dan rumus dipapan tulis. " Kok kamu bisa tahan sih, aku aja udah tak sanggup lagi huhu." ucap Elisa yang terus merengek. " Ya kan ak-" "Yang dibelakang mengobrol ayo sini maju kedepan!" Teriak Pak Adji dengan tatapan penuh amarah dan tidak senang. "Dasar berandal tidak memperhatikan, ga puas emangnya dapat bintang hitam, malah ngobrol dikelas saya, MAJU KAMU KESINI KERJAKAN SOAL DI PAPAN TULIS!!!!" Teriak dia ke Rindu. Elisa yang ingin berusaha menjelaskan bahwa dia yang ngajak bicara pun terhenti karena Rindu tanpa aba-aba langsung berdiri dan maju kedepan, dia mengambil spidol dan langsung menyelesaikan soal didepan dengan rumus yang sempurna tidak ada selisih pun dari hasilnya. semua kelas tercengang karena Rindu berhasil membungkam mulut guru Killer itu. Rindu pun meletakan spidol itu ditempatnya dan berkata. "Udah selesai, Saya sang Bintang Hitam duduk dulu ya pak." ucap Rindu sambil tersenyum memandang ke Pak Adji. Pak Adji pun terlihat sangat geram tetapi murid dikelas terlihat kagum dengan mental Rindu yang bahkan tidak ketar-ketir di hadapan guru killer itu. tak berselang lama dari itu bel istirahat pun berbunyi, Pak Adji langsung mengambil tasnya dan keluar dari kelas tanpa sepatah katapun. setelah Pak Adji keluar seisi kelas pun langsung ricuh dan mengobrol masalah tadi, bahkan ada beberapa murid yang mendatangi Rindu karena tingkah kerennya. "Hahaha Kena Mental ga sieh, salah pick lawan lu boss." ucap Rindu dengan puas mengatain Pak Adji. "Tapi kok bisa sih kamu jawab sempurna? padahal aku aja pusing, dan awalnya aku berharap masuk jurusan IPS biar ga ketemu hitung hitugan, aduh aku salah besar huhu." ucap Elisa. "Kalo soal itu sebenarnya kan aku sudah memperhatikan dari tadi, dan aku juga demen ngitung, tapi ngitungnya ngitung duit makanya aku tinggal mengimplementasikan rumusnya sebagai formalitas, yang sebenarnya menurutku itu hanyalah cara buat memanage uang di akhir bulan aja hahaha." ucap Rindu. "oh...Begitu..." ucap Elisa yang bahkan masih tidak mengerti dengan penjelasan Rindu, dasar berotak dongo.

Highschool memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang