BAB 2 - Hasil Penelitian

218 35 9
                                    

"Maaf aku terlambat," Aksara membukakan pintu mobil mengajak Aca masuk.

"Dimaafin," Jawabnya ketus. Perempuan itu buru-buru masuk ke mobil karena cuaca malam semakin dingin, duduk sambil melipat kedua tangannya.

"Lama ya?" tanya Aksara masih berdiri, belum menutup pintu mobil.

"Bentar, sejaman doang," Aca menyindir sambil mengerlingkan mata.

"Oh yaudah," Aksara menutup pintu, seolah menganggap satu jam benar-benar sebentar.

Aca melirik Aksara yang bergerak berjalan menuju bagasi, lalu melangkah hati-hati memasuki mobil. "Itu lama..." ucap Aca samar.

Aksara terkekeh. "Maksudnya yaudah nih buat kamu!"

Tangannya mengulurkan sebuket bunga mawar harum dan sekotak cokelat, yang awalnya disiapkan dengan niat untuk menyenangkan Aca. Namun sekarang berubah sebagai simbol permintaan maaf. Aca senyum-senyum sendiri saat menerimanya. Harganya memang tidak seberapa, tapi usaha yang dilakukan Aksara membelikannya bunga di tengah kesibukan membuat hati Aca menghangat.

"Maaf terlambat, lain kali aku usahain hal ini nggak terjadi lagi," Aksara meminta maaf.

"Oke dimaafin beneran," Aca menepuk-nepuk kedua pipi Aksara pelan.

Aksara menyunggingkan senyuman lega. Dia menyalakan mobilnya lalu mereka melaju pergi meninggalkan gerbang universitas.

Dari balik kaca depan mobil, pemandangan langit menjadi seribu kali lebih indah karena banyak benda-benda antariksa yang menghiasi cakrawala. Mereka melihat pepohonan yang berbaris rapi di sepanjang jalan universitas, daun-daunnya bergerak pelan ditiup angin. Cahaya dari berbagai planet menembus sela-sela dedaunan, menciptakan warna-warna indah di udara. Mereka membuat malam hari di bumi menjadi lebih terang.

Sistem audio mobil mengalunkan musik pop retro kesukaan Aca. Mereka berbincang-bincang santai. Membicarakan Profesor Kendra yang seenaknya mempublikasikan penelitian Aksara, hingga membicarakan rencana-rencana bersama yang ingin mereka wujudkan. Topik perbincangan tidak ada habisnya, sudah lama dua insan ini tidak bertemu karena Aksara yang sibuk dengan penelitiannya.

"Nanti kita KKN-nya satu kelompok!" Aca berseru antusias memberi tahu.

"Oh ya?" Aksara ikut antusias.

"Iya, terus nanti juga ada Raga di kelompok kita." Aca semakin senang saat mebicarakannya. Raga adalah saudara kembar Aca, mereka berdua kembar tidak identik sehingga memiliki ciri fisik yang berbeda.

Aksara menggerakkan kepalanya ke kiri, bingung. Sangat kebetulan sekali dia, Aca, dan Raga satu kelompok KKN. "Kamu minta ke Mama agar kita satu kelompok?"

"Enggaklah!" Aca mengelak, padahal ucapan Aksara seratus persen tepat sasaran. Aca menggeleng-geleng seolah ucapan Aksara salah, dia tidak mau dianggap sebagai orang yang berkepribadian buruk karena melakukan hal itu.

Aca menggunakan koneksi Mamanya, seorang politikus yang memiliki relasi kuat dengan kampus. Saat dia mendengar bahwa pembagian kelompok dilakukan secara acak, Aca sangat panik, apalagi dirinya tipe orang yang sulit bergaul. Dia buru-buru meminta agar Aksara dan Raga ditempatkan pada satu kelompok KKN yang sama dengannya, Aca tidak mau pergi sendirian bersama orang yang tidak dikenal. 

"Percaya nggak ya?" Aksara menggoda Aca, dia bisa tahu pacarnya berbohong hanya dengan melihat gelagatnya.

Aca memutar otak, memikirkan hal lain agar Aksara tidak membahas topik itu terus. "Eh liat foto aku, aesthetic kan? Like-nya juga banyak banget." Aca memperlihatkan potret dirinya dibawah langit yang berhiaskan benda-benda antariksa. Sekarang, keindahannya menjadi tren utama di sosial media.

(KKN) DIMENSION OF NUSANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang