Happy reading
•Devina Hazia Archandra
•Ferran Stevano Xavier
Bagi Devina arti kebebasan adalah dimana seseorang dapat melakukan banyak hal tanpa ada seseorang yang melarangnya ini itu. Dari kecil ia sudah dimanja, diprioritaskan, disayangi, diberikan apapun yang ia inginkan. Semuanya terasa mudah karena ia sudah terbiasa mendapatkan apapun yang ia mau.
Saat Devina dan Dave —Saudara kembarnya berulang tahun, Devina yang mengusulkan agar merayakan hari ulang tahunnya dengan menggelar acara piknik kecil-kecilan di taman bersama keluarga mereka.
Mommy dan Daddy langsung setuju, mereka merencanakan piknik bersama keluarga kecil mereka. Daddy segera menjemput Dave yang saat itu masih tinggal bersama Opa di LA, mereka menggelar acara piknik di taman dekat danau yang ada di daerah sana.
Semuanya terencana dengan baik. Devina sangat antusias dengan piknik kecil-kecilan nya, ia menyiapkan banyak hal. Devina juga memilih-milih dress cantik dengan motif princess, corak bunga-bunga yang manis membuat kesan imut pada gadis kecil itu. Devina juga memakai pita kecil di anak rambutnya, sangat cantik dan manis.
Umurnya saat itu baru sembilan tahun, saat itu juga Devina tengah sangat-sangat menyukai kartun princess dan cerita fantasi bertemakan kerajaan. Jadilah ia memakai gaun yang manis ini.
"Mom, semuanya sudah siap?" Tanya Devina berlari menghampiri ibunya.
"Sudah sayang, tinggal nunggu Dad dan Dave, mereka lagi di perjalanan sekarang." Jawab Devia tersenyum manis, ia merapikan anak rambut putri kecilnya.
Tidak lama Daddy beserta Dave datang. Mereka langsung pergi ke tempat tujuan guna menjalankan rencana Devina.
Hampir menghabiskan satu jam perjalanan, akhirnya keluarga kecil itu sampai juga di tempat tujuan. Devina langsung berlari ke taman dekat danau itu, disana juga ada ayunan yang menggantung di pohon, sangat indah. Gadis kecil itu begitu antusias sekali.
Kue-kue dan makanan ringan serta buah-buahan sudah disediakan diatas karpet. Sang ibu mulai menyalakan lilin kepada kedua anak-anaknya, mereka bertepuk tangan sembari menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Dengan kompak, si kembar meniup lilin dengan berbarengan.
Mereka berfoto bersama, saling menyuapkan kue juga bercanda tawa.
Dari kecil Dave dan Devina memang tidak terlalu dekat, Devina merasa bosan karena Dave yang diam saja. Merasa didiamkan, Devina memilih bermain di tempat lain, cukup jauh dengan keberadaan orangtuanya. Ia menenteng piring berisikan kue ulangtahunnya, nanti akan ia makan ketika lelah bermain.
Disana ia dapat melihat seorang anak kecil seumurannya yang sedang memberi makan bebek-bebek yang ada disana. Anak kecil itu berjongkok menatap bebek-bebek yang sedang memakan pakan pemberiannya.
"Bebeknya suka kue nggak?" Tanya seorang gadis kecil yang tiba-tiba duduk di samping anak itu.
Tampak bocah seumuran Devina itu merengut, ia tidak suka ada yang mengajaknya berbicara tiba-tiba. Tetapi meskipun tidak suka, bocah itu tetap menjawab pertanyaan aneh Devina. "Bebek gak suka kue," jawabnya datar.
Devina mengerucutkan bibirnya, ia mendengus kesal namun kembali menatap anak kecil itu. "Kalau kamu, suka kue nggak? Buat kamu aja." Tiba-tiba Devina memberikan piring plastik berisikan kue itu ke tangan anak kecil yang ada di depannya.
Tidak sempat menolak, anak itu hanya menatap kue di tangannya dengan bingung.
Tunggu, anak laki-laki itu baru menyadari jika gadis kecil yang aneh ini mengenakan pakaian yang cantik, seperti putri kerajaan. "Putri?" Gumam anak laki-laki itu seolah-olah ia adalah pangeran yang bertemu putri.
"Namaku Devina, bukan putri."
Tanpa sadar senyum tersungging di bibirnya. "Devina?" Gumam anak laki-laki itu.
Devina mengangguk-angguk. "Aku putri cantik, kamu pangeran kodok."
"Eh, pangeran bebek deh, kamu kan baru ngasih makan bebek." Ucap gadis kecil itu sekali lagi, ia meralat ucapannya.
"DEVINAA..."
Gadis kecil itu menoleh mendengar suara ibunya yang tengah memanggilnya. "Aku pulang deh, udah di cariin. Dah, pangeran bebek." Devina melambaikan tangannya sembari tersenyum manis, ia membetulkan letak jepitan di rambutnya.
Semua yang Devina lakukan terhadap anak laki-laki itu tanpa sadar memancing sebuah rasa yang tak pernah anak itu rasakan sebelumnya. Entah apa, anak kecil itu belum mengerti perasaan apa ini, namun dimatanya Devina —gadis aneh itu tampak sangat cantik dengan gaunnya. Devian seolah-olah datang untuk mewujudkan semua imajinasi nya tentang putri kerajaan yang ia dambakan.
"Ferran, kamu ngapain disini? Papa nyariin kamu." Tegur sang ayah kepada anak laki-laki itu.
"Papa, Ferran mau sesuatu." Jawab anak laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaan sang ayah sebelumnya.
Xavier berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang putra. Ia memegang bahu putranya lalu berdeham seolah bertanya. "Apa yang kamu mau?"
"Ferran mau seorang gadis," jawab anak laki-laki itu tegas.
Senyum Xavier tertarik, ia penasaran siapa yang menarik perhatian putra kandungnya. "Siapa?"
TBC
waww
ramein ya guys biar aku semakin smngat nulisnyaaa
Baru prolog nih, gimana? Suka engga?
Siap dengan semua tingkah laku Ferran kedepannya?
Kira-kira lebih gila siapa nih, Ferran atau Dave ya wkwkw
Next?
Spam next dongg
Sorry for typo
Vote&komen
Seeee uuuuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Shackled In Bonds
Teen Fiction•obsession series• Ferran memiliki ketertarikan akut terhadap kisah-kisah dongeng kerajaan zaman dulu, ia sangat menyukai cerita-cerita kerajaan. laki-laki itu juga sangat terobsesi pada hal-hal terkait putri kerajaan. Sampai akhirnya ia menemukan D...