Jebakan!

5 0 0
                                    

Persik dan Dayang Fu sudah berada di sungai perak. Keduanya tampak menikmati pemandangan sungai jernih dengan berbagai warna ikan dan bentuk yang beragam.

'Sungguh indah sekali sungai ini sangat berbeda dengan sungai yang ada di desaku di masa depan,' batin Persik melihat sungai perak lebih dekat. Dia melihat pantulan wajahnya sendiri di dalam air dan tersenyum lembut.

"Ternyata memang ada sungai sejernih dan secantik ini di kerajaan kita, saya baru melihatnya secara langsung, namun bagaimana bisa orang-orang menyebut ada monster di dekat sungai ini."

"Mungkin untuk melindungi kawasan sungai ini, agar tidak rusak begitu saja, karena banyak orang-orang yang selalu merasa kurang jika sudah mendapatkan nikmat yang ada."

"Kamu memang bijak Dayang Fu, benar apa yang kaku katakan, mungkin orang tertentu melindungi daerah ini dari kehancuran, dan akhirnya kita menikmati keindahan alam yang dewa ciptakan untuk kita."

"Tapi, Nona bagaimana Nona tahu jika tadi ada yang mengikuti dari belakang?"

"Aku mendengar suara jejak kaki mereka meskipun samar, dan itu begitu mencurigakan."

"Nona sangat keren."

"Kan aku sudah berjanji sama kamu untuk melindungi kamu dari bahaya bukan?"

"Iya, Nona terimakasih."

Dayang Fu sebenarnya ingin sekali bertanya banyak dengan Nona mudanya tersebut, namun wanita cantik itu terlalu sungkan dengan keadaan apalagi bertanya masalah pribadi, hal itu dianggap kurang ajar.

Persik segera melepas bajunya dan mengganti dengan pakaian yang mudah digunakan saat bergerak nanti, jubah panjang tersebut sangat pas dipakai oleh Persik.

Wanita muda yang merupakan putri mahkota tersebut segera melakukan gerakan ringan mengikuti langkah kaki seperti sudah mahir. Dayang Fu yang baru pertama kali melihat Nona mudanya sedang berlatih, terlihat sangat tercengang.

'Nona sangat mahir, tetapi aku sendiri tidak melihat Nona berlatih beladiri dan hal itu juga dilarang oleh Raja karena takut jika Nona bisa saja berulah. Tetapi lihat sekarang, Nona tetap saja rendah hati meskipun memiliki banyak kelebihan yang orang lain tidak tahu,' batin Dayang Fu takjub dengan semua hal yang dilakukan oleh Persik.

Setelah dirasa sudah cukup berlatih, Persik meminta Dayang Fu untuk segera pulang, wanita cantik itu takut jika Raja mencari dirinya.

Dayang Fu juga berpikiran sama, lalu keduanya mengenakan kembali  pakaian untuk menyamar. Begitu sampai di istana, Persik terkejut dengan sosok di depan kamar Persik yang bersedekap dada dengan angkuh.

"Kemana saja kamu, Kak? Sudah lama aku mencarimu dan tidak menemukan kamu," ujar Liu Hongli dengan ketus.

"Kenapa kamu mencari keberadaanku?"

"Aku hanya ingin melihat jabatan kamu yang akan aku ambil alih," sahut Liu Hongli dengan percaya diri.

"Oh begitu, tapi bagaimana bisa."

Persik mengetes Liu Hongli dengan santai.

"Lihatlah dirimu sendiri, badan saja sudah kayu dan jalan seperti itu apa masih bisa dikatakan sebagai putri mahkota, aku rasa tidak mungkin Raja memberikan tahta dengan putri yang cacat seperti kamu."

Persik tersenyum sinis, 'Oh ini sifat aslinya, baiklah aku pun tidak akan segan untuk lebih jauh membalas perbuatan kamu.'

Dalam hati Persik sudah ada rencana yang akan dia jalankan untuk membuat Liu Hongli menjadi putri yang terbuang.

"Wahai adik tiriku yang cantiknya cuma sementara saja, bahkan ancaman kamu pun aku tidak pernah takut, harusnya kamu yang lebih melihat diri sendiri atau........ Oh iya kamu tidak punya kaca jadi...... "

Komentar yang keluar dari bibir Persik membuat Liu Hongli menghentakkan kaki karena kesal, lalu di pergi dengan perasaan kacau akibat ucapan dari Persik.

Sedangkan Dayang Fu tertawa lirih melihat kekesalan dari Liu Hongli.

"Apa itu lucu? Kamu ternyata bisa tertawa," ucap lembut Persik kepada Dayang Fu.

"Melihat wajah kesalnya adalah hiburan, Nona. Dia selalu semena-mena dengan Nona tapi Nona dulu tidak pernah membalas sedikit pun, hingga Nona jatuh sakit dia juga tidak peduli dengan keadaan Nona yang ada tubuh Nona dia pukuli dan disakiti," terang Dayang Fu mengingat kejahatan dari Liu Hongli.

"Kayaknya aku akan memanggil dia dengan sebutan tikus kecil saja, lebih cocok karena selalu menjadi benalu. Tapi dia bisa bersenang-senang selama aku dalam pemulihan, tapi besok akan aku pastikan dia yang minta ampun kepadaku dan berakhir malu."

"Saya suka dengan Nona Liu Jia Li yang sekarang, lebih berani dan tegas dengan orang-orang seperti Liu Hongli dan Selir Liu Chyo."

"Karena aku tidak mau ditindas untuk kesekian kali, bahkan aku bisa membalas perbuatan mereka nanti, hanya saja butuh rencana yang sangat matang untuk merealisasikan semuanya, dan aku mohon bantuan kamu Dayang Fu."

"Dengan senang hati, Nona."

Sementara itu di kamar Liu Hongli, gadis yang memiliki sifat sombong dan angkuh tersebut mengeluarkan kekesalannya karena kalah debat dengan Liu Jia Li.

Dia melempar semua barang hingga dua Dayangnya yang selalu menjadi kompor terlunjak kaget.

"Sekarang dia semakin pintar bicara, aku akan membuat dia seperti dulu dan aku yang akan menjadi putri mahkota," ucap Liu Hongli dengan mata obsesi.

"Bagaimana kalau Nona pakai cara klasik seperti dulu, campurkan obat tidur dalam minuman Liu Jia Li dan jika dia sudah tidak sadar, kita ikat di dalam gudang dengan cambukan yang menyakitkan."

"Ide kamu begitu licik dan juga cerdas, bisa juga membalas dendam dengan cara lembut. Nanti malam kamu ke kamar Liu Jia Li dan berikan minuman atas nama permintaan maaf ku tadi."

"Baik Nona akan aku buatkan untuk kakak Nona."

Di dalam kamar Dayang Fu menemani Persik membaca buku obat tradisional dan beberapa teknik pengobatan, Dayang Fu tampak sabar dan tetap tenang menunggu Nona mudanya selesai belajar.

"Nona apa ada yang ingin Nona mau? Saya bisa ambilkan untuk Nona."

"Mungkin teh lavender seperti biasa saja."

"Baik Nona akan saya...."

"Nona Liu Jia Li ini saya Dayang Nona Hongli," ucap wanita yang setia bersama dengan adik tiri Liu Jia Li dengan nada ramah.

"Masuklah!" perintah Persik sambil menyembunyikan buku yang baru dia pelajari.

"Nona saya ke sini atas permintaan Nona Hongli yang memberikan minuman untuk Nona atas permintaan maafnya tadi siang karena membuat Nona Liu Jia Li merasa sakit hati," tutur lembut wanita yang tersenyum sinis sambil menunduk.

"Baiklah taruh saja di meja, berikan salam terima kasihku untuk adikku itu," jawab lembut Persik mengikuti alur yang dibuat oleh adik tirinya dan sekutunya.

"Baik, Nona kalau begitu saya permisi dulu."

Setelah pintu tertutup dan bayangan sekutu Liu Hongli hilang, Dayang Fu buka suara, "Nona jangan di minum pasti itu ada obatnya seperti beberapa bulan yang lalu dan Nona akan dicambuk di kamar pengap dengan banyak jerami serta debu."

Persik memeriksa minuman yang diberikan oleh adik tirinya, dan itu memang benar ada aroma obat di dalamnya.

"Ah tikus kecil itu tidak menggunakan otaknya untuk menjebak singa dengan jebakan yang sama, tapi kita ikuti saja alurnya dan aku akan membuat kejutan setelahnya..."

Transmigrasi Sang Dokter Jenius (Terbit Cetak) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang