Di era revolusi industri 5.0 saat ini dunia immortal bukanlah sesuatu hal yang menarik lagi, banyak diantara mereka berspekulasi bahwa makhluk keabadian itu hanyalah ilusi semata. Berbeda dengan gadis bermata coklat terang itu, ia meyakini makhluk keabadian seperti guardian, dragon, werewolf dan semacam vampir itu benar-benar ada. Cleona Zenaya, mahasiswa semester 6 jurusan arkeologi. Ia sudah terbiasa dengan hal berbau mitologi seperti itu.
Tepat sehari sebelum manusia diciptakan tuhan sudah terlebih dahulu menciptakan malaikat pelindung untuk setiap manusia. Mereka biasa disebut Guardian Angel, makhluk yang diciptakan untuk membimbing serta melindungi manusia. Dikalangan makhluk keabadian, manusia dikenal dengan makhluk paling lemah, tidak berumur panjang dan tidak mempunyai sihir. Maka dari itu terciptalah sang Guardian Angel.
Dua puluh satu tahun lalu, tepat di bulan purnama pertengahan Juni lahirlah seorang gadis kecil dengan simbol api di punggungnya. Malang, ibu dari anak itu menutup usia disaat sang buah hati belum sempat melihat dunia. Mimik wajah senang sang ayah berubah menjadi masam, perasaan benci menyeruak begitu cepat. Belum sempat mengendong sudah memandang jijik sibuah hati.
Sang Guardian memandang iba, apakah anak sekecil ini bisa bertahan di atas perasaan benci sang ayah. Seperti sudah memprediksi nasib sang gadis kecil, guardian itu bertekad akan melindungi gadis kecil itu apapun yang terjadi.
Seiring berjalannya waktu, gadis kecil itu tumbuh menjadi gadis yang ceria. Ia tak pernah mengeluh ketika mendapat siksaan dari ayahnya, ia selalu memaafkan apa yang sudah ayahnya lakukan. Sekarang adalah hari dimana ia menginjak usia delapan tahun, tak seperti anak lainnya yang menggunakan kue. Ia harus menyiapkan punggungnya untuk segera dipukul ayahnya.
Ia menunggu dirumah dengan perasaan kalut, ia tak bisa fokus sedari tadi. Ia ragu apakah ia akan benar-benar siap untuk disalahkan atas Kematian ibunya lagi, menerima caci maki ayahnya lagi. Apa dia akan benar-benar siap untuk memaafkan ayahnya kali ini, tidak ada yang tau sedalam apa luka gadis itu. Semua terlihat biasa-biasa saja, namun hatinya sudah terlalu rapuh. Isak tangisnya mulai terdengar, ia tertunduk mengusap lelehan air mata yang sudah sering kali terjatuh.
Seperkian jam menunggu, sang ayah tidak juga tampak. Cleona mulai bertanya-tanya kemana sang ayah pergi, tidak biasanya seperti ini. Sayup-sayup langkah kaki mulai terdengar, ia bersembunyi takut-takut. Namun siapa sangka orang itu menghantam kepala gadis itu dengan balok kayu yang cukup besar. Seperti tak cukup puas, ia mulai menyeret Cleona dengan kasar ketika gadis itu mulai kehilangan kesadarannya.