Tangisan yang mengalun masih mengudara begitu lepas dari belah bibir Jiyeon. Sayangnya, Yumi bukanlah tipikal gadis yang pandai menghibur, ia tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk berbicara disituasi yang cukup krusial ini. Yumi mungkin bisa menjadi pribadi yang dapat berkontribusi secara aktif pada kebahagiaan orang lain, tipe orang yang selalu bersedia membantu, memberikan dukungan disaat-saat sulit—itulah yang dapat menjelaskan pribadinya.
Lantas, kenapa hari ini sisi positif tersebut tidak berpihak kepadanya? Ini menyakitkan hatinya. Apalagi, kondisi Jiyeon yang kacau balau dan tatapan kosong melompong mengisi netranya.
Kendati begitu, ia hanya mampu menyalurkan afeksi berupa pelukan. Bibirnya kelu berujar, lidahnya terasa sulit digerakkan, pun suaranya seperti ditenggelamkan oleh isak tangis Jiyeon yang menjadi dominan.
Irisnya bergulir, menatap layar ponsel Jiyeon yang masih menyala. Ia lekas meraihnya dengan satu tangan yang bebas. Masih dengan bibir yang terkatup teramat rapat, seperti baru saja diberikan perekat. Yumi hanya mampu menelan ludah getir, menyakiti kerongkongannya.
Sungguh? Kak Jungkook dan Yuri? Difoto itu mereka seperti sepasang kekasih yang saling bercumbu.
"Oh, Yumi. Kepalaku sakit."
Kesadaran Yumi kembali lantaran ia mendengar suara parau Jiyeon yang mengeluh. Napas gadis itu tersengal-sengal, visualnya berantakan, warna kemerahan akibat menangis dihidungnya, dan surai yang kusut tak beraturan.
Satu tangan Jiyeon berusaha menekan pertemuan antara kedua alisnya, memejamkan mata begitu kuat. Hanya beberapa saat, sebelum ia kembali tersedu.
"Ayolah, Ji. Sudah cukup menyiksa dirimu, berhenti menangisi dia, oke?" Yumi sekuat tenaga menahan air matanya yang ikut luruh, ia defensif—apatis dengan sepasang irisnya yang mulai terasa memanas. "Aku sudah membiarkan mu menangis begitu lama, tapi itu bukan berarti kau boleh menangis terus-menerus. Bagaimana jika aku menghubungi Kak Jimin?"
"Jangan," sergah Jiyeon cepat. Suaranya berubah serak, karena terlalu lama menangis. "Kita tidak boleh mengganggu liburannya."
Benar, Jimin sedang berlibur dengan kekasihnya. Pemuda Shin itu rela mengambil cuti kuliah hanya untuk pergi berwisata, menciptakan memori indah bersama pasangannya, dan Jiyeon tidak ingin mengacaukan itu semua.
"Tapi kau terus menangis, aku tidak menyukai situasi ini, Ji. Sungguh, lihatlah kondisimu." Helaan napas panjang Yumi terdengar. "Sekarang istirahatlah, aku akan menemanimu." Jemarinya memperbaiki tatanan tiap helai rambut Jiyeon.
Memaksa Jiyeon berbaring di atas ranjangnya setelah mengambil benda pipih milik gadis itu, lantas Yumi menyembunyikannya dengan gesit. Tidak ingin Jiyeon berada dalam keterpurukan yang semakin menyiksa entitasnya.
Tapi, agaknya belum sirna. Sebab, Jiyeon yang berbaring memunggunginya mulai terisak lagi. Bahunya bergetar, dan Yumi lekas memberikan usapan-usapan lembut untuk temannya.
"Ini menyakitkan, Yumi." Ada jeda lantaran napas Jiyeon yang tersendat memaksanya berhenti. "Benarkah Kak Jungkook dan Kak Yuri—"
"Ssh, jangan berspekulasi yang tidak-tidak."
"Spekulasi apa?!" Tukasan Jiyeon dengan aksen yang naik beberapa oktaf mengejutkan Yumi. Gadis Yoon itu berbalik—berbaring menghadapnya. Air mata yang mengucur begitu deras, dengan bengkak yang mengitari tiap sisi bagiannya. Lekas, Jiyeon menambahkan, "Bukankah foto tadi menjadi bukti yang cukup kuat untukmu?!" Ia mengatur napasnya yang sejemang, berusaha berungkap lagi, "Berhentilah denial dan lihatlah faktanya, Yumi. Kau justru membuatku terlihat seperti pecundang dengan kalimat-kalimat penenangmu itu."
Hampir saja tersulut emosi atas frasa dari Jiyeon untuknya, pun Yumi membalas penuh eksplisit, "Aku tidak berusaha untuk menenangkan mu, Ji. Kita belum tau kebenarannya selama kita belum mendengar penjelasan dari Jungkook itu sendiri." Nada bicara yang kelewat tenang, sebab tidak ingin memberikan Jiyeon tekanan yang memperburuk keadaannya. "Ingat!" Satu tangan Yumi meremas lengan gadis Yoon itu. "Ini Haerin, Jiyeon. Kau jelas masih mengingat peringatan dari Jungkook tentang gadis ini, bukan?!"
![](https://img.wattpad.com/cover/195928856-288-k49132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderfall ✔
Hayran KurguKeberadaannya membelenggu kebebasan, menyerang kewarasan, membuatnya sinting secara bersamaan; definisi yang tepat untuk mendeskripsikan eksistensi Shin Jungkook. Seorang pemuda yang dipersilahkan untuk ikut campur mengambil alih separuh diri Jiyeon...