Blue Sky

682 40 12
                                    

Oniel as Langit

X

Kathrina as (?)

Hari itu matahari bersinar terang, angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjangnya yang hitam lebat. Sebuah senyum kecil tersungging di bibirnya. Terkadang, bibir merah itu mengeluarkan tawa kecil yang enak didengar.

Seorang pemuda yang duduk tak jauh dari gadis itu memperhatikannya lekat, lalu mengambil sebuah buku yang sedari tadi tergeletak di sebelahnya. Tangannya yang kurus bergerak lincah dengan sebuah pensil di genggamannya; mata coklat madunya sesekali melirik sosok yang saat ini menjadi fokusnya.

Lelaki itu tidak sadar, bahwa ia menjadi pusat perhatian di taman itu. Mata dan pikirannya terlalu fokus untuk menggambar gadis yang akhir-akhir ini berkeliaran di pikirannya.

Pemuda itu tersenyum puas, ketika melihat gambarnya yang menampilkan seorang gadis yang sedang memfokuskan pandangan ke arah laptop yang ada di pangkuannya itu.

Gadis itu cantik. Matanya bulat berbinar, menunjukkan bahwa ia seorang yang ceria. Rambut hitam lurus sepinggang yang selalu dikuncir kuda itu ikut bergerak ke kanan dan kiri saat kepalanya bergerak. Selalu ada novel atau note kecil yang dibawanya. Bibirnya yang merah, sedikit berkilat akibat lipgloss yang dikenakannya.

"Woy, Lang! Langit!"

Pemuda yang sedang asik melukis itu tersentak. Ia menoleh ke kiri. Gito, temannya melambaikan tangan. Ada bola basket di tangannya.

Langit -nama pemuda itu- tersenyum lebar. Ia kemudian bangkit dari duduknya.

"Git!" Langit meninju kecil bahu Gito, "Kemana aja lo? Tumben baru keliatan."

Gito meringis, "Sorry, Lang, gua ada acara keluarga di Bandung," Ia terkekeh sebentar, " Tenang, gua bawa oleh-oleh kok. Noh, banyak di rumah."

"Widiih... Tumben amat lo." Langit ikut terkekeh, "Eh iya, lo mau kemana? Lapangan?"

"Iya, anak-anak udah pada ngumpul juga. Lo mau ikut?"

Langit menggaruk rambutnya yang berantakan, "Mm... Gimana ya? Gua lagi mager sih, Git. Besok dah gua ngumpul bareng kalian."

"Yaudah lah. Kalo gitu, gua cabut dulu, ya! Gua udah ditungguin."

"Oke."

Gito menepuk bahu Langit dua kali dan melangkah pergi meninggalkan temannya itu. Arah pandang Langit mengikuti pergerakan Gito, lalu berbalik kearah gadis cantik berambut panjang tadi. Ia mendesah kecewa, karena sosok jelita itu sudah pergi.

"Yaelah..."

Langit mengacak rambutnya yang sudah kusut menjadi lebih kusut lagi. Merasa tak ada lagi yang bisa dilakukannya, ia berbalik pergi ke rumahnya.

°°°

Sore itu seperti sore-sore sebelumnya, Langit kembali duduk di bawah pohon rindang yang ada di taman komplek. Kembali melukis wajah cantik yang duduk di bawah pohon yang berjarak beberapa meter darinya.

Hari ini gadis itu memakai dress biru selutut dengan hiasan pita di pinggang kanannya. Rambutnya dikuncir dengan menggunakan pita berwarna senada. Ia tidak membawa laptop hari ini. Matanya berfokus pada novel tebal di pangkuannya.

Langit menahan nafas ketika bibir itu tersenyum pada beberapa anak kecil yang menyapanya. Ia semakin mengeratkan genggaman pada pensilnya.

Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh kearah Langit dan tersenyum. Langit tersentak, ia gelagapan, merasa malu karena tertangkap memperhatikan gadis cantik itu. Ia membalas gadisnya dengan kikuk, lalu kembali fokus dengan gambarnya.

COMPILER | OS Oniel x Other MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang