Seven Days (1)

970 47 8
                                    

Daniel
X
Shenina

Yogyakarta, 2024

Suara rintik hujan yang beradu dengan genting mengisi keheningan di dalam kamarku sore ini. Di dalam dekapanku, ada sebuah bingkai foto yang selalu aku jaga sebaik mungkin.

Mataku terpejam, lantas kembali terbuka dan memandang sendu ke luar jendela.

Hujan, ya...

Seketika saja semua kepingan cerita sederhana itu kembali terlintas tanpa hambatan, membuatku menghembuskan napas yang terasa sesak.

Aku mendekat ke sebuah meja di mana laptopku berada, dan menduduki sebuah kursi cokelat yang memang berada di sana sejak tujuh tahun yang lalu.

Dengan hati-hati, aku meletakkan bingkai itu dan menyalakan laptopku. Jemari tanganku mulai menggerakkan kursor, membuka sebuah dokumen kosong dan berpikir sejenak. Tatapanku beralih dari layar laptop ke arah bingkai foto itu lagi. Lelaki itu ... Aku merindukannya.

Memantapkan hati, aku menghela napas panjang sekali lagi.

Kemudian jemariku pun mulai mencari di atas keyboard, menyusun huruf demi huruf, kata demi kata, membentuk kalimat-kalimat yang ku namai cerita tentang kenangan, dan semua itu tentang dia. Tentang ia, lelaki yang hadir ke dalam kehidupanku sebagai kenangan.

Namaku Shenina Abyasa, dan lelaki yang merangkulku di dalam bingkai foto itu adalah Daniel. Si lelaki abstrak yang dulunya menghiasi kisahku saat SMA dulu.

Kisah cintaku dengan Daniel di mulai di tempat ini tujuh tahun yang lalu. Di sebuah kota yang dijuluki dengan Kota Pelajar, Yogyakarta namanya.

Yogyakarta, 2017.

Day 1.

Sore itu, aku berjalan gontai menuju taman yang ada di dekat rumahku. Aku terus berjalan dengan tatapan kosong, sampai sebuah motor menyerempet ku dan pergi begitu saja.

Lutut, siku, dan telapak tanganku lecet dan sedikit membiru. Aku bangkit berdiri meski sedikit gemetaran dan melanjutkan perjalanan menuju taman.

Aku tidak perduli pada luka, aku hanya butuh tempat yang bisa membuatku merasa tenang.

Sesampainya aku di sana, aku menduduki sebuah kursi taman berwarna cokelat tua. Memandang lurus ke depan dengan tatapan hampa.

Sebuah keluarga kecil berjalan melewatiku dengan senyuman lebar yang terpampang jelas di wajah mereka. Ada seorang ayah, ibu, dan seorang anak perempuan kecil dengan rambut panjangnya yang diikat menjadi satu dengan pita berwarna merah muda. Ada rasa iri yang terbesit di hatiku, dan aku mulai mengingat-ingat, kapan terakhir kali aku datang bersama dengan Papa dan Mama ke taman ini?

Aku menghela napas pelan, lalu menyandarkan punggungku di sandaran bangku. Aku menatap ke arah langit yang awalnya biru, kini sudah mulai kelabu.

Dengan pelan, aku merogoh saku celanaku dan mengeluarkan sebatang rokok beserta korek gas. Aku menyelipkannya di antara bibir lalu membakar ujungnya dengan korek. Baru saja rokok ku menyala, seseorang telah merampasnya dengan tangan kosong.

Aku berdecak kesal, siap untuk menyumpah serapahi lelaki yang kini tengah menginjak-injak rokok milikku dengan sepatu converse hitam miliknya.

COMPILER | OS Oniel x Other MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang