chapter 6 //Bulan//

32 5 7
                                    

Tanpa sadar aku tertidur di samping gadis kecil itu, ku rasakan kehangatan selimut di pundak ku. Mungkin saja Zera yang menaruhnya saat aku jatuh tertidur.

Melihat gadis kecil berambut merah yang tengah asik tertidur itu aku perlahan menjauh sedikit, namun gadis kecil itu memeluk pinggangku dengan menggunakan tangan kecilnya itu.

Aku terdiam akan hal itu, tubuhku sama sekali tidak bisa bergerak atau tidak mau bergerak? Takut jika gadis kecil itu bangun karena gerakan ku.

Menatap ke arah jam dinding yang memunculkan jam tujuh pagi, ah.. pasti Zell dan Zera sudah berangkat ke kantor mereka masing-masing.

Melihat langit-langit apartemen Zell, aku masih mengingat ekspresi tidak senang di wajah malaikat mesum kemarin. Itu membuat ku merasa tidak nyaman dan merasa bersalah.

Aku tidak seharusnya membawa gadis kecil ini ke tempat tinggal orang lain, namun di satu tempat lainnya aku tidak bisa membiarkan anak kecil mati membeku di malam bersalju yang dingin. Hal tersebut bisa membuat rasa bersalah di hatiku semakin membesar.

Tatapan ku yang tadinya melihat ke arah langit-langit apartemen Zell menjadi ke arah gadis kecil yang tengah tidur di sofa sampingku.

Tubuhnya sangat kecil seperti kekurangan gizi, bahkan kulit di tubuhnya terlihat pucat mungkin karena tidak dapat sinar matahari pagi yang cukup.

Namun bukan hal itu yang menarik perhatian ku, melainkan hawa energi aneh yang berasal dari gadis mungil itu. Itu energi yang lumayan kuat hanya untuk gadis kecil manusia sepertinya, energi tersebut mirip seperti dari Abyss.

"Ah...benar Abyss." Aku bergumam pelan.

Abyss adalah tempat mahluk hidup yang telah melakukan hal yang kotor maupun dosa yang tidak bisa di ampuni, entah itu manusia maupun iblis. Biasanya dosa-dosa tersebut menjadi energi kekuatan untuk Abyss.

Surga baru, itulah yang di harapkan oleh the madness terhadap Abyss. Celestial dan abyss tidak bisa saling rukun, karena setiap dari masing-masing pemimpin memiliki tujuan yang berbeda.

Celestial yang menginginkan kesucian dan kedamaian untuk semua mahluk hidup, sedangkan Abyss yang menginginkan kebebasan untuk semua mahluk hidup.

'Setelah di ingat-ingat lagi sepertinya aku memiliki perkerjaan yang harus ku lakukan di Abyss.'

Tersentak dari lamunan, aku bisa merasakan gadis kecil di sampingku bergerak sebelum kemudian membuka matanya memperlihatkan kedua safir berbeda warna tersebut.

"Ternyata kau sudah bangun, apa kau lapar?"

Gadis kecil itu menatap dengan tatapan kosong dia tampak tidak yakin namun mengangguk kecil, membuatku tersenyum.

Kemudian aku bangun dari tempat dudukku dan berjalan ke dapur. Walaupun aku tidak bisa memasak, setidaknya aku bisa membuat telur mata sapi dan bacon goreng untuk gadis kecil itu.

Ketika aku sedang memasak, aku bisa merasakan tatapan mata dari gadis kecil itu membuatku terkekeh pelan.

Saat selesai memasak aku langsung saja menaruh piring yang berisi telur dan bacon goreng itu di atas meja depan sofa gadis kecil itu duduk.

Tatapan mata bulat itu terlihat tidak yakin, namun aku tersenyum kecil saat tangan kecilnya itu mengambil garpu dan memakan masakan ku. Dia makan dengan sangat lahap, seperti belum makan berhari-hari.

"Siapa namamu?"

Pertanyaan ku membuat kegiatan makan gadis kecil itu terhenti, dia menundukkan kepalanya masih memegang garpu yang terdapat bacon itu.

"Nama saya Zelestia Aluna,  Biasa di panggil Aluna."

Mendengar gadis kecil itu berbicara membuatku terdiam, untuk anak kecil yang tampak berusia empat sampai lima tahun.

"Aluna yah...  Mirip dengan nama Dewi bulan, itu nama yang indah."

Aku bisa melihat dia sedikit tersentak, kupingnya sedikit memerah karena malu. Benar-benar gadis kecil yang imut.

"Namaku adalah Vielion, kau bisa memanggilku Viel. Jangan terlalu formal kepadaku, ngomong-ngomong kenapa Aluna sendirian kemarin malam?"

Tangan kecil itu semakin menggenggam erat garpu yang tengah ia pegang. Suaranya terdengar bergetar saat berbicara.

"Una kabur dari panti asuhan... Namun kemudian Una tersesat, Una sama sekali tidak tahu siapa orang tua Una karena ibu panti bilang jika dia menemukan Una di depan pintu rumah panti asuhan."

Aku terdiam mendengar cerita itu, mungkin saja gadis kecil ini tersesat saat mencoba kabur dari panti asuhan.

Hingga larut malam datang dengan udara dingin dan bersalju, membuat dia pingsan di dekat taman karena belum makan dan merasa lelah telah berjalan jauh.

"Kenapa kau ingin kabur dari panti? Apakah Meraka tidak melakukanmu dengan baik?"

Mendengar pertanyaan ku gadis itu mengangguk.

"Anak-anak di sana melakukan Una dengan buruk hanya karena mata Una yang berbeda warna ini, itu membuat Una kesal. Apalagi para kakak di sana memberikan makan sedikit dan sangat tidak enak hanya ke Una, membuat Una dulu pernah sakit karena hal itu."

Melihatnya berbicara dengan mulut penuh dengan makanan membuat ku merasa gemas sendiri, ingin sekali aku mengigit pipi chubby milik gadis kecil itu.

"Aku kembali." Suara bel dari apartemen bersamaan dengan suara milik seorang wanita mengalihkan perhatian ku. Perlahan aku melihat Zera yang tengah melepas sepatu heels nya.

"Bukan kah seharusnya kamu tengah berkerja Zera?"

Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal wanita itu hanya tertawa canggung.

"Ternyata aku salah shift, seharusnya aku besok yang berkerja."

Tatapan Zera teralihkan ke arah Aluna yang tengah mengumpat di belakang punggungku semenjak wanita itu masuk ke apartemen.

"Ah! ternyata kamu sudah bangun? Perkenalkan namaku adalah Zera, kau bisa memanggilku kak  Zera atau apapun sesukamu."

Zera berucap dengan semangat dan ceria berusaha membuat gadis kecil itu agar tidak takut.

Aluna hanya bisa mengintip kecil dari punggungku, tatapannya terlihat waspada.

"Dia benar-benar gadis yang pemalu." Wanita itu hanya bisa terkekeh pelan bersamaan dengan ku yang tersenyum kecil.

Tatapan ku teralih ke arah selimut yang masih berada di sofa, ah.. benar juga.

"Zera terima kasih karena telah menyelimuti ku saat tidak sengaja tertidur kemarin malam."

"Aku tidak pernah memberimu selimut tadi malam selain untuk gadis kecil ini..." Zera berucap dengan  bingung.

'hah?...'

Itu bukan hal yang aku kira.

11/06/2024

Author saat ini bersama dengan write block yang membandel di otak:

Author saat ini bersama dengan write block yang membandel di otak:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Past DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang