{Don't forget tap the vote button.}
{Beri tanda jika ada typo.}
.
.
.
[ 6 ]
.
.
.
.
"Apa yang kau inginkan?"
Aku menatap aneh ke arah Matvey yang duduk di depan ku, kami sedang ada di taman saat ini. Zera, Zell dan Aluna tengah bermain ayunan bersama, kedua saudara itu tidak ingin anak kecil mendengar pembicaraan orang dewasa.
"Sudah lama kita tidak bertemu, kau tidak merindukan ku?" Tanyanya.
"Tidak. Aku tidak merindukan mu, bahkan aku tidak ingin melihat mu."
Jujur saja, dia adalah orang terakhir yang tidak ingin ku temui. Aku ada sedikit dendam dengannya, apalagi sifatnya yang bermasalah itu.
Obsesinya terhadap kesempurnaan dalam hidupnya, prinsip yang ia tetapkan itu merepotkan. Dulu aku sering sekali tidak setuju dengan pendapat nya karena prinsip itu, ingin sekali ku hancurkan kepalanya.
"Kenapa kau menyerang Abyss?"
Dia tampak terdiam sebentar, menatap kearah langit malam yang indah. Banyak bintang-bintang bersinar di langit, jarang sekali kota Gerno memiliki pemandangan malam yang indah seperti ini.
"Maksudmu surga palsu itu?" Tanyanya, manik merahnya menatap ku.
"Singkat saja, aku tidak akan berulah jika tidak ada yang memulai. Bawahan iblis dari pria itu memasuki wilayah yang sudah dijanjikan untuk tidak di masuki ke-dua belah pihak, tanpa ada persetujuan salah satu pihak maka itu dianggap sebagai ancaman. Janji tetaplah janji, kau berjanji tentang hal kecil saja janji itu tetap terus berjalan."
Lanjutnya, ucapan dari Matvey tidaklah salah. Namun haruskah pihak Celestial melakukan hal seperti mengirimkan bom sihir kepada mereka? Yah, tidak seperti aku peduli dengan urusan mereka.
"Apakah kaki kalian tidak bisa diam? Kenapa kalian berbicara tentang hal berat sambil menaiki permainan jungkat jungkit, pria dewasa seperti kalian terlihat aneh memainkan permainan untuk anak kecil. Lihatlah bocah-bocah yang hanya melihat kalian sedari tadi, mereka ingin bermain permainan itu."
Suara dari Zell mengalihkan perhatian kami, memang benar sedari tadi aku dan Matvey duduk di permainan ini karena terlalu larut dengan topik pembicaraan yang tengah kami bicarakan.
"Maaf ya anak-anak, paman tidak tahu jika kalian ingin bermain jungkat jungkit. Kau, ikut aku."
Aku langsung menarik Matvey menjauh dari tempat itu, kami duduk di bangku taman. Menatap anak-anak yang tengah bermain perang bola salju di taman, bahkan Zell terkena lemparan mereka yang membuat ekspresi wajahnya kembali menekuk. Sedangkan Zera tertawa melihat hal itu dengan Aluna yang menahan tawanya.
"Kau tahu... Aku melihatnya, aku menerobos masuk ke dalam tempat harta Celestial. Buku suci itu, terdapat takdir mu di sana."
'Takdir lagi...'

KAMU SEDANG MEMBACA
Past Desire [Hiatus]
AcciónLembaran dan detikan waktu yang terus berlanjut, tidak diketahui oleh Vielion apa yang akan terjadi atau sebenarnya dia tahu? Kita lihat saja apa yang akan terjadi untuk kedepannya. Warning⚠️‼️ •Ini adalah cerita original! •Cerita ini fiksi, tidak a...