Balik

61 2 2
                                        

Deza's POV

Gue sudah tidak tahu apa yang ada di otak Joan. Gue pikir ia bakal menjauh setelah pertarungan kami di toilet sekolah, tapi ternyata malah mendekat seolah tidak terjadi apa-apa.

Lihat saja kelakuannya sekarang, baru tadi siang kami berantem hebat sekarang ia sudah menunggu gue pulang di depan gerbang, dan ada Junta di sana. Mampus.

"Hai, say-"

"Dede, ayo gue anter"

Hening, langkah gue terhenti. Junta yang ucapannya terpotong menoleh ke Joan.

"Dede?" Tanya Junta heran.

"Ayo buruan ke Cafe, sudah telat" Joan melingkarkan tangannya di leher gue. Junta melihat dengan kesal.

"Eh bangke, lepasin tangan lo dari pacar gue" Ucap Junta dingin menghentikan Joan yang ingin menaiki motornya.

"Hah? Pacar?" Joan berbalik melihat ke arah gue yang ikut terkejut mendengar pengakuan tadi, sementara Junta mendekat dan menarik tangan gue namun Joan menahannya.

"Lo belum tahu kalau Deza udah jadi milik gue? ya kan, sayang?" Ucap Junta dengan sombong menatap gue yang ikut menatapnya. Kemudian gue menoleh ke Joan yang sedang terlihat kesal, menantikan jawaban dari gue. Tangannya yang kekar mencengkeram erat lengan gue.

Gue harus bisa keluar dari situasi ini, memikirkan langkah yang akan gue ambil jangan sampai dua pemuda gila ini berantem hebat di lingkungan sekolah.

"Junta pacar gue" Ucap gue dengan gugup, sedangkan Joan terlihat menghembuskan nafasnya berat dan tersenyum kecut kepada gue. Ia menggigit bibirnya dengan tangan mengepal.

"Ayo sayang, kita sudah telat"

Junta segera melapaskan tangan Joan dan menarik gue pergi. Menoleh ke belakang, Joan yang terlihat kecewa menatap gue.

.

.

.

"Thanks, Jun" Ucap gue berterima kasih kepada Junta.

"Untuk sementara lo nggak bakal diganggu dia" Junta mengusap rambut gue.

"Huum" Ucap gue mengangguk.

"Tapi kalau mau selamanya ayo pacaran beneran" Ucapnya dengan santai membuat gue tertegun.

"Lo aja nipu gue tentang status sosial lo" Ucap gue melawan.

"Ya kan gue mau ngetes  calon bini gue" 

DEG

Balasan Junta kembali mengenai gue.

"Siapa yang mau jadi calon bini lo? Ogah" Gue kembali membalas.

"Lo. Udah kelihatan ge-ernya" balasnya berhasil membuat gue malu, kenapa cowok seperti Junta harus suka sama gue sih?

.

.

.

Benar ucapan Junta, Joan tidak lagi mengganggu gue. Sudah satu minggu kami tidak berinteraksi. 

Saat kelas olahraga kami digabung dengan kelas lain dan kami diharuskan untuk membuat tim dengan setengah dari kelas kami dan setengahnya dari kelas sebelah, karena akan ada praktikum sepak bola dan voli. Gue melihat para siswa sibuk mencari anggotanya. Beda dengan Joan yang malah sibuk ditanya dan diajak.

Seseorang menarik gue ke tim Joan namun terlihat wajahnya yang dingin melihat ke arah gue. 

"Dia nggak bisa main bola" Ucap Joan menolak keberadaan gue.

(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang