Bab 13: The Result of Determination 2

97 16 9
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
[Alternate Universe]
...

Fanfiction by @Krt_hyuu
__________________________________


Waktu klub telah berakhir sore itu. Dengan diintruksi bel yang menggema keras, para penghuni gedung pun kini mulai berhamburan. Terkecuali dua orang di salah satu tempat: ruang klub daur ulang.

Hinata belum beranjak dari mengamati gadis pirang di sana. Ia baru akan menghampiri jika Ino telah benar-benar mengakhiri kegiatannya.

Sejak waktu awal klub Hinata sudah bertekad, ia akan bertanya mengenai kebersamaan Ino dan sang ibu tempo hari. Hinata merasa harus menghentikan prasangka buruknya terhadap mereka, melalui cara ini, ia harus mendapat titik terang. Toh, jika sebenarnya tak ada apa-apa, Hinata akan merasa bersalah atas tindakkannya yang terus mendelik Ino selama klub berlangsung.

"Kau tidak pulang?"

Hinata terhenyak dalam posisi tak siap mendapat sapaan dari seseorang di hadapannya. Pandangannya mulai fokus pada sebentuk wajah yang sedang menyungging senyum. Namun, Hinata tak berselera membalas.

Ino sempat bingung kala dirinya tak digubris. Sampai Hinata mendahuluinya ketika ia hendak bertanya kembali.

"Aku ingin bicara."

Sorot matanya makin tampak bingung, meski begitu kepalanya tetap mengangguk lambat. "Ya, silahkan."

"Kemarin aku melihatmu pergi bersama ibuku. Kelihatannya akrab sekali. Aku hanya ingin tahu, kenapa kalian bisa seakrab itu?" tanya Hinata tepat pada intinya. Ia ingin ini cepat terluruskan.

Sedangkan Ino tampak termangu. Merasa terciduk juga ketahuan. Rahasia yang ia simpan untuk diutarakan nanti agaknya harus terbongkar sekarang. Ia membalas tatap menuntut Hinta dengan sorot yang lebih bersahabat.

"Aku dan bibi Hikari sudah lama kenal," akunya. Walau itu tak cukup gamblang untuk Hinata yang belum merasa puas.

"Sebagai apa?"

"Aku mengenalnya sebagai teman dari ayahku. Tapi kalau bisa ... aku ingin mengenal bibi Hikari sebagai ibuku juga."

Ino tahu betul perkataannya takkan disukai oleh gadis itu, namun begitulah kenyataannya, ia menginginkan Hikari lebih dari seseorang yang mengisi waktu kosong.

"Ibumu?" nadanya terdengar ketus menahan amarah. Hinata tak bisa atau bahkan enggan mengerti maksud perkataan gadis pirang itu.

Walau sadar dirinya telah memancing amarah Hinata, senyumnya tetap tersungging. Ino mencoba tak terbawa arus suasana yang mulai berantakan.

"Aku sudah lama menganguminya. Dia seorang ibu yang penuh kelembutan. Karena itu, aku berharap bibi Hikari bisa menjadi ibuku suatu saat."

Hinata menggeleng dengan sorot mata kosong. "Dia takkan pernah memiliki seorang putri lagi ... selain diriku. Karena dia tak membutuhkannya. Kami sangat nyaman hidup berdua."

Ino meneruskan senyumnya lalu menunduk sesaat. "Aku mengerti." Dia mendongak. "Tapi, tak bisakah kita saling mengenal dulu sebagai calon saudara?"

"Apa-apaan perkataanmu itu? Saudara apa? Jangan bercanda."

"Hinata—"

"Sudah kuputuskan, aku keluar dari klub. Aku tak ingin melihatmu lagi."

Ino menyaksikan gadis itu berbalik arah. Tapi ia segera mencegahnya sebelum Hinata mengambil lebih banyak langkah.

"Peraturannya ...."

Suara langkah di sana tampak tertahan. Hinata berhenti tanpa berbalik lagi.

"Sebelum tiga bulan kau tak bisa keluar. Sepertinya kau harus bertahan sebentar lagi." Ino melanjutkan. Sayang sekali, setelah itu Hinata kembali berlalu sambil abai terhadap perkataanya.

Yellow To Red Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang