bab 1

1 0 0
                                    

Kicauan burung menyambut hari demi hari ibu dan anak ini, di ladang yang hijau yang ditumbuhi banyak sayur mayur dan buah-buhan milik kekuasaann Belanda, Marti yang sedang memetik sayur untuk di kirim ke kediaman Nyonya Dara . "Ayu kirim ini ke rumah Nyonya Dara jangan sampai telat." titah ibu dengan lembut Ayu yang mendengar bergegas mengambil sepedanya dan berangkat menuju kediaman Nyonya Dara.

Berjalanan menuju rumah Nyonya Dara tidak terlalu jauh Ayu melewati jalan yang menjadi pusat perdagangan yang di tentukan oleh Belanda, banyak orang berlalu lalang sesekali Ayu melihat tentara Belanda yang sedang patroli di daerah ini.

Ayu berhenti di depan rumah putih yang besar halamannya luas dan indah. "Permisi saya Ayu ingin antar sayur dan buah Nyonya Dara." ucap Ayu pada penjaga, penjaga itu melihat keranjang berisi sayur dan buah dan mempersilahkan masuk.

"Permisi Nyonya ini Sayur dan buah yang di minta baru saja di petik." Ayu menyerahkan keranjang yang di bawa Dara terseyum matanya tak henti melihat sosok gadis Indonesia ini. " kamu sangat cantik, siapa namamu?." tanya Nyonya Dara jari lentiknya mengusap wajah Ayu.

"Saya Ayuta Sekar Harum Nyonya." jawabnya lembut selembut sutra Nyonya Dara kembali terseyum "bagaiamana keadaan ibumu dan ladang apa semua berjalan lancar?." Tanya  Nyonya Dara sambil meminum tehnya di cangkir. Ayuta menjelaskan  kondisi yang saat ini terjadi, kekurangan pasokan  pupuk, kegagalan panen , dan barang yang di jual di beli sangat rendah oleh pihak Belanda  hingga membuat hidup Ayu dan ibunya sengsara.

Nyonya Dara ikut sedih dengan yang terjadi. "sekarang pergilah." ucap Nyonya Dara sambil memberikan uang Ayu segera pergi dari ke kediaman Nyonya Dara. Saat memutar sepedanya hampir saja roda sepeda menyentuh sepatu hitam yang mengkilap. Ayu memberhentikan sepedanya dan langsung berlutut "Maaf Tuan, saya tidak melihat." Lengan kekar itu menyentuh dagu Ayu wajah cantik jelita terlukis indah namun air matanya hampir jatuh.

"Hari ini seuasa hatiku sedang baik, aku bebaskan kau gadis Indonesia." ucap laki-laki berseragam Belanda itu dan melepaskan dagu Ayu dengan kasar. Ayu berdiri dan membungkukkan badan dan langsung pergi dengan sepedanya.

🌹🎀🌼

Krik, krik, krik. Suara jangkrik.

Malam ini dapur yang sunyi kini berbunyi mengeluarkan asap kayu bakar dan aroma singkong dan ubi rebus. Ayu membantu Ibu di dapur hasil singkong dan ubi ini dari pemberian Zainal, "Ayo kita makan Yu, ibu sudah lapar." Ayu membawa singkong dan ubi sedangkan Ibu membawa gula dan teh hangat. Suasana rumah sanya di terangi lampu minyak tanah yang tinggal setengah.

"Ini uang Nyonya Dara buk." Ayu menyerahkan uang jumlahnya memang tidak banyak namun cukup untuk beberapa hari kedepan. "Yu andaikan bapakmu masih hidup mungkin sekarang kamu bisa bersekolah sepeti anak orang Belanda itu, dan hidup kita tidak seperti ini." keluh Ibu dengan suara seraknya air matanyapun ikut membasahi pipinya.
Ayu nyarik nafas panjang "ibu masih punya Ayu, kita akan selalu bersama. " ucap Ayu sambil memeluk ibunya

Malam mulai larut udara semakin dingin namun Ayu tidak bisa tidur dengan tenang. Setelah makan ibu memberikan surat dari Zainal katanya. Dengan rasa penasaran amat tinggi Ayu membaca satu demi satu kalimat dalam surat itu.

" Untuk Ayuta Sekar Harum.

Banyak sekali yang ingin aku tulis sampai bingung ingin kutulis mulai dari mana. Sekarang aku ikut gerakan pembebasan yang dahulu aku ceritakan padamu. Mungkin kamu sudah lupa karna itu sudah lama sekali. Jaga dirimu baik-baik kamu wanita yang cantik dan cerdas jangan tertipu ucapan para lelaki yang mencoba mendekatimu jika ada beri tahu aku akanku beri pelajaran.

Aku harap kamu membalas suratku, nanti titipkan saja ke mandara. Mungkin hanya ini yang bisa aku tulis maaf tulisaku tidak sebagus tulisanmu yang rapi. Kamu jangan berkecil hati jika teman-temanmu sudah menikah kamu milikku suatu saat nanti.

Salam dari Zainal Rudy. "

Ayu tertawa membaca membaca surat pemberian Zainal, memori bersama Zainal terputar Ayu mengingat waktu kecil ia dan Zainal bersama suka dan duka mereka lewati seperti anak kembar tidak seiras. Ayu memasukan surat kedalam laci dan segera tidur dengan harapan besok lebih baik dari hari ini.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ayuta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang