Prolog

24 6 0
                                    

"Alvian Agandhi"
Sebut pak Gio yang sedang mengabsen di jam pertama pelajaran.

"E-Eh Hadir pak"
Saut diriku yang agak kaget karena dipanggil.

"Alvian jangan melamun terus! Masih pagi harusnya kamu semangat"

"Iya pak maaf"

Akhir akhir ini aku memikirkan banyak hal dan akhirnya melamun. Ini bukan kebiasaan yang baik dan kurasa perlu kuhilangkan.

Pak gio pun melanjutkan mengabsen murid-murid lain.

"Masih pagi udah panas aja ya"

"Iya nih males banget mapel olahraga panas-panas gini"

Kudengar 2 orang perempuan yang sedang menggerutu tak jauh dari diriku. Memang benar pagi ini agak panas jadi tak heran jika ada yang mengeluh tentang itu.

Setelah selesai mengabsen pak Gio pun berdiri dari bangku yang ia duduki.

"Oke anak-anak pada pagi hari ini kita akan tes lari 100 m. Jadi kalian silahkan pemanasan dan bersiap siap, jika ada yang sudah siap bisa menghampiri saya di sana" Pak gio menunjuk pohon mangga yang terletak dekat dengan lintasan lari.

Jujur saja aku tak pandai dalam olahraga. Aku tak membencinya tapi aku juga tidak begitu menyukainya. Tapi ini harus dilakukan mau tidak mau

Aku pun melakukan pemanasan sambil menperhatikan siswa yang sudah siap memulai tes sebagai contoh. Setidaknya aku harus mendapat nilai diatas kkm dan aku tak boleh cedera karena lari konyol ini.

Aku menghampiri pak Gio dan menunggu siswa lain selesai mengambil nilai.

"Alvian gimana kabar kakak kamu ?"

"Kak Fila ? Sehat kok pak kenapa emang nya"

"Syukur deh, dia salah satu murid kebanggaan bapak. Dia sekarang kuliah dimana ?"

"Hmm dia diterima di ITB tahun lalu"

"Wah Fila memang hebat, kamu harusnya mencontoh kakak mu. Dulu saat dia masih SMA dia berprestasi dan memiliki nilai yang bagus"

Ah sialan, mendengar hal-hal sampah yang guru sialan ini katakan hanya membuatku muak. Apakah semua guru hanya bisa membanding-bandingkan murid seperti ini ?

Namanya Filaera Agandhi biasa ku panggil kak Fila tapi banyak dari teman nya yang memanggil dia degan sebutan "Era" Yah menurut ku itu bukan panggilan yang buruk sih.

Dia kakak yang sangat kubanggakan, bagaimana tidak ? Dia memiliki paras yang sangat cantik kudengar banyak senior yang menembaknya saat dia masih di sekolah.

Tak hanya itu, nilai dia di seluruh mata pelajaran sempurna. Pantas saja dia menjadi murid favorit bagi banyak guru. Dia punya kemampuan komunikasi yang bagus dan mempunyai banyak teman.

Berbanding terbalik dengan ku yang cuman bocah ingusan pengisi bangku kosong di kelas. Nilai pelajaran yang biasa saja dan paras yang tak bisa dibilang "lumayan" Ini membuat diri ku sering dibanding-banding kan dengan kakak ku. Wajar saja sih, tapi tetap saja itu membuatku sedikit kesal

"Yaudah pak ayo mulai ambil nilai nya"

"Yaudah kamu ke lintasan lari sana"

Aku pergi ke lintasan lari yang tak jauh dari pak Gio.

"Oke hitungan ketiga langsung lari secepat yang kamu bisa ya.. "

"Ya pak"

Aku pun bersiap dan menunggu aba-aba dari pak Gio.

"Oke 1.. 2.. 3!! "

Setelah mendengar aba-aba dari pak Gio aku berlari dengan sekuat tenaga.

"Waktu kamu 24 detik" Ucap seorang siswa yang memegang stopwatch

Setelah mendengar hal tersebut aku menghampiri pak gio.

"Waktu saya 24 detik pak"

"Oke, nilai kamu berarti cuman 78 agak dibawah rata-rata. Kamu harus meningkatkan kemampuan fisik mu"

Ya ya ya terserah lah.

"Baik pak. Saya izin ke kelas duluan ya pak"

"Silahkan"

Pada akhirnya aku pergi ke kelas. Yah sudah biasa aku mendapatkan perlakuan seperti itu.

Kriettt
(Bunyi pintu dibuka)

"Lho ? Kamu sudah kembali ? "

"Aku tak punya alasan berlama-lama disana"

Aku pergi ke tempat duduk ku dan mengambil baju ganti.

"Kudengar tadi ada tes lari. Berapa waktu yang kau dapatkan? "

"Kenapa aku harus memberi tahu dirimu ? "

"Tak apa sih. Palingan juga kamu dibawah rata-rata hahaha!! "

"Tch, Ya kamu tak salah. Jadi diam dan jangan berisik"

Aku meninggalkan ruang kelas dan pergi ke toilet untuk mengganti pakaian.

Yang berbicara dengan ku tadi adalah seorang perempuan yang bernama Haira Yudhistira, anak-anak kelas biasa memanggilnya ira atau Haira. Dia memiliki rambut yang panjang dan paras yang terbilang cukup cantik.

Dia juga kelihatan nya memiliki banyak teman. Meskipun kadang aku bisa melihatnya hanya sendirian ditemani oleh smartphone di tangan nya.

Tetapi kami berdua sangat tak cocok dan aku tidak begitu menyukainya. Entah mengapa jika kami berbicara satu sama lain, ada saja hal yang membuat salah satu dari kami tersinggung.

Setelah berganti pakaian, aku kembali ke kelas dan duduk dimeja ku. Sembari menunggu mata pelajaran selanjutnya, aku mengambil earphone dan mulai mendengarkan musik dari Smartphone ku sambil membaca novel yang kubawa dari rumah.

"Hey apa yang kau baca ? "
Tiba-tiba Haira menghampiri ku dan berdiri tepat didepan meja.

"Hanya novel biasa, kau tak akan tertarik dengan hal seperti ini"

"Kenapa kau beranggapan seperti itu? "

"Hanya menebak, dan kenapa kau kesini. Ada yang ingin kau bicarakan?"

"Jangan bercanda. Aku tak memiliki maksud apapun untuk berbicara dengan mu, itu karena disini hanya ada kau jadi aku mengajak mu mengobrol"

"Hmm begitu ya. Apa kau tidak punya kegiatan lain seperti memakai make up mu atau sesuatu yang lain? Dan kenapa kau tidak mengikuti pelajaran olahraga tadi? "

"Kau ini banyak tanya ya, jika aku punya hal untuk dikerjakan maka aku tidak akan berbicara dengan mu !. Dan aku tidak mengikuti pelajaran olahraga karena penyakit asma sialan ini"

"Kau juga daritadi bertanya kepadaku kan? "

Aku melanjutkan bacaan ku dan menghiraukan nya. Pada akhirnya dia kembali ke bangkunya dan para siswa yang sudah selesai tes pun masuk ke kelas dan kelas yang tadinya sepi sekarang kembali ramai seperti biasa.

Haira juga sudah bersama teman-teman nya dan aku kembali menjadi sang karakter sampingan yang sangat tak mencolok dikelas.

TO BE CONTINUED

BIODATA

Nama : Alvian Agandhi

Umur : 17 tahun

TTL : 7 mei 2006/Bandung

Hobi : Mendengarkan musik

Tb : 172,5 cm

Bb : 68,6 kg

See you at the next Chapter!!!

Between Despair/HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang