"Katakan apa yang membuatmu kemari wahai ayah bangsat !? "
"Sudah lama kita tidak bertemu Alvian, kau sudah bertambah besar ya"
Aku masih bisa mengingat hari itu. Hari terburuk yang pernah ku alami. Ah sialan aku harus bisa mengontrol emosi ku.
Aku melangkah masuk ke ruang osis. disana ternyata ayah tak sendiri, Ada seorang perempuan berambut pendek yang saat kuperhatikan dia memalingkan wajahnya.
Sialan aku tau aku tidak memiliki wajah yang rupawan tapi apa muka ku se jelek dan se menakutkan itu ?
Aku melihat ke arah lengan nya dan tertulis "ketua osis" Ah ternyata gara gara itu. Tentu saja dia memalingkan wajahnya kalau begitu, Perbedaan level status kita terlalu jauh.
Aku pun duduk di sofa yang terletak tak jauh dari ayah. Tetapi tidak berhadapan dengan nya.
"Jadi bisakah jelaskan kepadaku apa maksud dari kedatangan mu"
"Kau bahkan tak ingin melihat muka ayah mu setelah sekian lama? Sungguh anak tak tau diri"
"Tak tau diri ? Omong kosong macam apa itu, kau berani berkata seperti itu setelah semua yang kau lakukan ? Seharusnya waktu itu aku membiarkan ibu membunuh mu"
Ayah berdiri dan menuju ke pintu keluar.
"Kemana kau ingin pergi brengsek, pembicaraan kita belum selesai"
"Melihat mu tumbuh besar sudah cukup memuaskan diriku. Aku titip salam untuk kakak mu dan Jaga kesehatan mu Alvian, kita akan bertemu lagi jika takdir merestui"
Dia keluar meninggalkan aku untuk kesekian kali nya.
"Dasar ayah brengsek. Aku tak pernah paham dengan gelagatnya"
Apa maksud dari kedatangan nya ?? Sialan aku tidak mengerti.
"Umm.. Kamu tak mengejarnya ? "
Wow sang ketua osis mengajak diriku berbicara. Ini pertama kalinya aku berbicara dengan nya
"Kenapa aku harus mengejarnya ? "
"E-Eh bukan nya kau sudah lama tidak bertemu dengan nya ?"
"Ya itu betul. Namun bukan berarti aku ingin bertemu dengan nya kan ? "
"Uhh kau benar. Maafkan aku"
Kenapa dia meminta maaf ? Aku bahkan tak menemukan letak kesalahan di kalimat yang dia lontarkan barusan.
"Kenapa kau meminta maaf ? Kupikir kau tidak mengatakan hal yang salah"
"Karena Ku pikir itu membuat mu tersinggung ?"
"Kenapa aku harus tersinggung ? Kau tidak mengatakan hal yang salah. Kupikir jika aku ada diposisi mu aku juga akan mengatakan hal yang sama, "
"E-eh ah kalau begitu lupakan permintaan maaf ku barusan" Mukanya sedikit memerah karena mengatakan hal tersebut.
"Bisakah aku menanyakan sesuatu wahai ketua osis ?"
"Jangan panggil aku seperti itu. Aku memiliki nama ! "
"Ya karena ini pertama kali kita mengobrol, aku bahkan belum mengetahui nama mu"
"K-Kalau begitu mari berkenalan dulu. Namaku Rinka kantanaya. kau bisa memanggilku Rinka"
"Salam kenal, mungkin kau sudah tau nama ku Alvian Agandhi. Kau bebas memanggil ku dengan sebutan apapun"
"Baiklah Alvian apa yang mau kau tanyakan ?"
Ah aku hampir lupa ingin menanyakan hal ini.
"Apa yang ayah bajingan itu lakukan di sini"
"Aku juga kurang tahu. Dia sudah berada di sini sebelum aku memasuki ruangan. Saat aku sampai disini dia menyuruhku untuk membuat pengunguman untuk dirimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Despair/Hope
DiversosAlvian Agandhi. Seorang anak SMA biasa yang kelewat biasa, itu kata orang-orang yang sekelas dengan nya. Tampang biasa-biasa saja, Nilai hampir dibawah rata-rata, tidak punya keahlian khusus adalah kata-kata yang sangat mencerminkan dirinya. Tapi S...