Prolog.

4 1 0
                                    


****

"Dyraa sayang!!" Teriakan melengking itu membuat pemilik nama mencebikkan bibirnya sedikit geram. Pasalnya gadis itu tengah fokus membaca novel di tangannya yang tinggal beberapa lembar lagi. Apalagi suasana kelas yang sepi, membuat dirinya sangat fokus membaca novel tersebut. Di jam istirahat semua murid pasti ke kantin,tidak banyak yang berada di kelas dengan memakan bekal mereka.

"Hmm?" Cueknya.

"Kantin yuk Raa!!"

"Diem dulu dehh Eve, Gue lagi fokuss!!" Tanpa memandang ke arah sahabatnya gadis dengan rambut sebahu itu berucap kesal.

Evelyn mengerucutkan bibirnya setelah mendengar penuturan dari Dyra yang mengabaikannya. Tapi wajah kesal gadis itu tidak lama memudar berganti dengan wajah sumringah setelah melihat judul novel di tangan Dyra.

Cinta Sang Lingga.

Itu novel miliknya!!

"Wahh udahh selesai aja nih bacanya! Gimana Ra?? Baguss kann cerita gue.. pasti ceritanya nyampe banget di hati Lo."

Entah mengapa hari ini Evelyn membuat dirinya sangat jengkel, selain gadis itu mengganggu dirinya membaca. Mungkin juga karena tokoh antagonis pemilik nama yang hampir sama dengannya dibuat meninggal dengan keadaan yang sangat menyedihkan! Bukan menyedihkan lagi, bulu kuduk Dyra ikut naik saat membacanya.

Bagaimana tidak? Dyra si antagonis mati tragis di tangan pria yang sangat ia cintai. Dyra dibunuh dengan penyiksaan tiga hari tiga malam tanpa berhenti, membuat gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya pada hari keempat.

"Kenapa.. Lo.. Bikin.. Gue.. Mati!" Setiap kata dengan penekanan keluar dari mulut Dyra dengan suara cemprengnya di akhir kalimat, gadis itu sedikit berteriak.

Evelyn hanya menyengir dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.

"Se..sebenernya gue ngga ngikutin nama Lo jadi antagonis itu sih.. cuma gue kepikiran aja.. pasti seru kalo nama Lo ada di salah satu novel buatan gue!" Ucapnya enteng.

Dyra menutup bukunya, meletakkan di atas meja dengan sedikit gebrakan. Semua penghuni kelas mengabaikan mereka, seperti hari-hari biasanya. Dyra dan Evelyn menjadi sahabat sejak mereka berada di kelas 1 SMP hingga sekarang menginjak kelas 3 SMA. Dua sahabat yang terkenal dengan tingkah yang membuat para murid dan guru hanya menggelengkan kepala. Selama mereka tidak mengganggu biarkan saja dengan sifat yang plek ketiplek itu.

"Seru apanya! Lo bikin gue mati bego!!"

"Tapi kan itu bukan beneran Lo Dyra cantik.. gue cuma minjem nama doang kok!!"

"Huhh! Sama aja" Dyra berdiri dan melenggang pergi begitu saja dengan kaki sedikit di hentak-hentakkan ke lantai.

"Kemana Ra!!"

"Ke kantin!!! Ngga usah ikutt Lo monyett!!" Teriaknya.

***

Plakk

Duggg

Sore ini sepulang sekolah, suara angin yang kencang serta sedikit guntur di sekitar area perusahaan Prayoga membuat suara tamparan dan pukulan itu sedikit mendominasi suasana. Dengan berderai air mata, Andyra Prayoga anak tunggal pemilik perusahaan itu terduduk dengan memegangi pipinya di atas lantai bersih yang sangat terasa dingin di kulit mulusnya. Kertas hasil ujian atas nama Andyra Prayoga itu berserakan kemana-mana. Nilainya sangat bagus,tapi tidak mencapai angka seratus.

Hal itulah yang membuat Dyra terduduk mengenaskan dengan kondisi berantakan, sedangkan tuan Prayoga tengah menatap nyalang pada anaknya.

"Apa yang papa katakan Dyra!! Bagaimana bisa kamu meneruskan perusahaan papa jika kamu tidak bisa mencapai nilai sempurna!!" Ucapnya dengan penekanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second DyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang