Saka
"Lo beneran udah nggak papa kan?" tanya Hana lagi.
Jujur kesedak cuko mpek mpek yang pedes buat gue rasanya kayak hampir mau mati. Tapi nggak papa sih asal bisa dikhawatirin Hana segitunya.
Suara gue jadi agak serek, meski gue daritadi nggak bisa menahan senyum karena Hana masih mengusap usap punggung gue.
"Gue kayaknya harus masuk rumah sakit deh, lo mau ya jagain gue?"
"Alay!"
Yah dilepas usapannya, dia kini kembali duduk di hadapan gue.
"Pulang yuk!" ajak Hana.
"Masa pulang, baru jam 7 malam gini!"
"Mau belajar besok ulangan."
"Kok gitu sih, cepat pilih aku atau ulangan!"
"Heh lo bahkan nggak layak masuk dalam pilihan," jawab Hana dengan santai.
"Jahat!"
"Ayo pulang!"
"Iya iya!"
Gue kemudian membayar mpek mpek dan berpamitan ke Mbak Windi.
Gue menghela napas, yaelah ngantar Hana pulang mah nyebrang doang juga sampai. Beneran secepet ini kah kami harus berpisah hari ini?
"Eh kok malah belok kiri, nyebrang aja woy!" protes Hana karena gue malah melajukan motor menjauh dari gangnya.
"Kita muterin lapangan kuburan 5 kaliii aja, terus lo gue anter pulang," jawab gue setengah berteriak karena kalah dengan suara angin.
"Lo tuh aneh aneh aja si Sak!"
Jam tujuh malam begini jalan raya depan lapangan memang masih ramai, jadi nggak serem serem amat meski terletak di depan kuburan.
"Lo tuh ngapain sih!" protes Hana lagi.
"Eh Han dipikir pikir kita belum kenalan secara baik baik loh," jawab gue sambil masih melajukan motor dengan pelan. Kami beneran memutari lapangan. Gue masih belum mau pisah sama Hana soalnya. "Tak kenal maka tak sayang."
"Oh kalau gitu mending nggak usah kenalan," jawab Hana cepat.
"Jahat!"
Cewek itu tertawa. Gue nggak salah denger, Hana ketawa. Gue sampai melirik spion lama buat meyakinkan diri kalau dia nggak kesurupan mbak kunti penjaga kuburan.
"Apalagi yang mau lo tau sih Sak?"
"Warna favorit lo tuh apa sih Han?"
"Kuning sama Oren."
"Pantesan baju lo selalu tema nemo," jawab gue akhirnya.
"Emang warna favorit lo apa?"
"Gue nggak punya hal yg gue favoritin sih, sejauh ini cuman lo yang jadi favorit gue."
"Serius Sak!"
Gue cuman ketawa, membelokan motor memasuki putaran kedua kami.
"Gue suka putih sih."
"Terus kenapa beli motor warna hitam?"
"Si Bangkot ini bokap gue yang beliin."
"Bangkot?"
"Iya nama motor kita ini."
Gue merasakan angin malam yang mulai berhembus kencang. Dengan pelan gue meraih tangan kiri Hana, memasukkannya ke dalam kantung jaket gue. Sementara tangan kanannya gue raih kedepan untuk gue genggam pakai tangan kiri gue. Biar gue menyetir pelan dengan satu tangan. Hana nggak protes dan bikin jantung gue makin berdebar dengan kurang ajarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/361053565-288-k414246.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Harapan Hana [END]
Teen FictionHana, gadis berumur 17 tahun selalu menjalani hidupnya dengan damai sampai tiba-tiba Saka datang di hidupnya. Saka Wahyu, laki-laki kelas pojok yang terakhir kali dipanggil BK karena kasus pelanggaran berat tiba-tiba memaksa untuk menjadi pacarnya. ...