Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Alaia menutup mulutnya tidak percaya, dengan langkah gontai, ia menghampiri benda besar yang menyimpan kenangan dalam. Seonggok daging berada diatasnya yang kini di kelilingi oleh laler dan belatung mulai menggerogotinya.
Meski begitu, meski tubuh tersebut sudah terkoyak menjadi potongan kecil, sebuah kepala yang hampir hancur setengahnya menjadi penentu identitas benda berdarah itu.
"A-aa... " Suara tak kunjung keluar dari pita suaranya. Liandi menggenggam kedua bahunya erat, berniat untuk menguatkan.
Begitupun dengan Shine dan Altharey.
Mereka yang sudah melihat lebih dulu memalingkan wajahnya tak sanggup menatap lebih lama wajah adik kecilnya yang sudah terpisah dari tubuh itu.
Arton.
Adiknya yang paling rentan terhadap segala sesuatu, yang pergi dari mereka pada urutan kedua dan mereka kehilangan mayatnya.
Daging itu adalah tubuh Arton yang telah dipotong mejadi potongan dadu besar. Dikuliti dan dibuang segala organ dalamnya. Alaia menyentuh wajah itu tak menghiraukan bau menyengat yang keluar dari benda itu.
Mereka menyadari bahwa mayat itu bukanlah mayat yang telah mati berbulan-bulan lalu, melainkan baru beberapa hari melihat masih banyaknya daging merah yang tersisa dan baru mulai membusuk.
"Alaia.. " Lirih Liandi yang melihat gadisnya begitu hancur.
Mereka semua terdiam. Keheningan memenuhi atmosfer ruangan tersebut.
Alaia membuka mulutnya, "Aku... aku ada disini waktu itu.. " Ucapnya sembari melihat sekeliling. Jari-jari lentiknya menyingkirkan tangan Liandi dari bahunya dan melihat ke sekelilingnya.
Ruangan tanpa tembok yang mana langsung terlihat dunia luar, kondisi kota dimalam hari.
"Aku disini... Sebelum kembali ke rumah... Aku disekap disini, " Sambungnya dengan emosi kesal bercampur dalam nadanya.
Shine menunduk.
Ia tau semua rencana ini namun diam. Liandi menatapnya meminta penjelasan, "Benar... Dia benar" Tuturnya dalam.
Alaia melangkah lebih jauh lagi, ia membawa kepala adiknya dalam pelukannya dan keluar dari ruangan itu meninggalkan ketiga lelaki itu. Tatapan kecewa terlihat dari sorot matanya pada Shine. "Maaf" Cicit Shine bersalah.
Jdak!
Ketika Alaia benar-benar melangkahkan kaki dari ruangan itu, pintu tertutup dan terkunci otomatis.
"AYA!! " Mereka sontak berlari ke arah pintu dan memukul pintu kencang.
"AAAAA...! " teriakan itu sukses membuat suasana semakin menegang. "AYA?! Apa yang terjadi?!" Mereka semakin panik tatkala suara benda dipukul terdengar.
"SIAL! "
---
Brak
Bruk
Brak
Segala usaha yang mereka lakukan tidak berarti, pintu itu tak kunjung terbuka. Pintu yang terbuat dari besi itu mustahil dapat terbuka hanya dengan tenaga 3 orang.
"Sialan! "
Altharey yang memang dalam kondisi tidak fit hanya dapat terduduk lemas melihat Liandi dan Shine penuh emosi. Mereka mengusap wajah kasar.
![](https://img.wattpad.com/cover/362835482-288-k541398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [End]
Mystery / Thriller"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...