Guci

46 23 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen untuk novel ku yang entah ke berapa ini. Semoga bisa tamat. Dan semoga kalian terhibur.❤️❤️❤️

"Sejak kapan Ibu makan bunga melati?" tanyaku yang merasa heran.

"Hem ... sejak dulu," jawabnya sambil mengunyah bunga melati itu.

"Sejak dulu? Perasaan baru sekarang aku liat Ibu makan bunga melati?"

"Kamu aja yang gak pernah liat. Setiap hari Ibu rutin mengkonsumsi bunga ini, loh?"

"Setiap hari? Apa rasanya, sih, Bu?"

"Rasanya enak, Za. Coba aja kalau gak percaya?"
Ibu langsung menyodorkan semangkok bunga melati itu ke hadapanku.

Dengan ragu, kuambil satu bunga melati lalu memasukannya ke dalam mulut. Bukannya terasa enak, tetapi rasanya begitu pahit hingga membuatku ingin muntah.

"Huwekkk! Enak apa an, Bu? Rasanya pahit!"

"Enak, kok. Rasanya manis. Mungkin kamu aja yang belum terbiasa."

Setelah mengatakan itu Ibu langsung pergi ke dalam kamarnya. Sedangkan aku, hanya bisa bergidik ngeri saat kembali mengingat rasa bunga melati itu.

***

Zahra, itulah namaku. Sedangkan Ibu, namanya adalah Mayang Safitri. Semenjak seminggu yang lalu, aku baru menyadari, bahwa Ibu terlihat memetik bunga melati yang ia tanam di samping rumah, lalu langsung memakannya. Tanpa dicuci, aku melihat Ibu begitu menikmati bunga melati itu.

Ada yang aneh? Tetapi aku tak tau apa itu? Aku terus berusaha mencoba menjauhkan pikiran negatif, dan terus mencoba berpikir positif.

Namun, pikiran itu langsung sirna setelah aku melihat bayangan hitam besar dengan pancaran cahaya berwarna merah ada di atas tempat tidur sambil memeluk Ibu.

"Astaghfirullah! Apa an tuh?"

Aku yang awalnya ingin meminjam selimut Ibu langsung mengurungkan niat. Mataku memicing mencoba melihat bayangan itu dengan jelas.

Beberapa kali kugosok mata dan sesekali kukedip. Ternyata benar, mataku tak salah.

Namun, tiba-tiba cahaya merah itu menatap ke arahku dengan nyalang. Sontak aku cepat-cepat menutup pintu kamar Ibu.

***

Setelah kembali ke dalam kamar, aku mencoba menetralisir rasa jantung yang hampir ingin keluar.

"Apa an itu tadi? Kenapa sosok itu tiba-tiba ada bersama Ibu?"

Berbagai pertanyaan terus bermunculan di dalam benak. Hingga pagi tiba, aku tetap tak bisa tidur.

Setelah di meja makan, aku mencoba memberanikan diri menanyakan sosok yang aku liat malam tadi kepada Ibu.

"Bu!"

"Oh, iya, nanti Ibu ada urusan. Mungkin Ibu akan pulang larut malam. Tolong kamu jaga rumah, sebelum maghrib harus sudah ada di rumah dan jangan buka pintu rumah jika ada yang mengetuk, siapapun itu."

"Iya, Bu." Niat ingin menanyakan kejadian malam tadi, langsung ku urungkan.

Mungkin ini bukan saatnya.
Jujur, ini bukan untuk pertama kalinya aku melihat sosok aneh ada di dalam kamar Ibu. Tetapi sudah ada berbagai macam sosok.

Dari kuntilanak, sosok kurus tinggi besar, anak kecil, ahh masih banyak lagi. Salah satu mahluk yang menurutku menyeramkan, ya, bayangan hitam dengan dua pacaran cahaya merah malam kemarin.

"Apakah Ibu suka memelihara setan di rumah ini? Sehingga semua mahluk ada di dalam kamarnya setiap malam?"

Tiba-tiba, guci berwarna putih bergambar naga di sudut ruangan bergerak hingga jatuh ke atas lantai.

Trang!

Pecah! Guci kesayangan Ibu pecah. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba perabotan yang lainnya ikut bergoyang hingga menimbulkan suara berisik.

Brak! Brak! Brak!

Bersambung ...

Hy, buat kamu. Terima kasih banyak udah mau vote dan komen. Semoga Allah selalu membantumu ketika kamu mengalami kesulitan. Aamiin ❤️❤️❤️

Zahra (Mereka Datang!) TAMAT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang