Sarang Setan

32 20 7
                                    

Bukan hanya perabotan yang bergerak, seluruh rumah pun terasa ikut bergetar hebat. Aku ingin keluar dari rumah ini, tapi pintu tidak bisa dibuka.

"Lah, kenapa pintunya gak bisa dibuka?"

Aku terus berusaha membuka pintu, tapi percuma. Pintu rumah tak dapat dibuka, sedangkan di dalam sini aku mulai merasa mual akibat guncangan yang terasa tak berhenti.

Dari sudut mata, aku melihat sekelebat bayangan hitam melintas melewati tubuhku. Aku masih tak memperdulikannya, rasa takut akan rumah roboh, membuatku panik dan terus berusaha membuka pintu. Nihil! Pintu tak dapat dibuka.

Sedangkan melalui jendela kaca, aku bisa melihat dengan jelas orang-orang terus lalu-lalang tanpa mendengar suaraku yang terus berteriak memanggil mereka.

"Pak! Tolong, Pak!"

"Bu! Tolong, Bu! Tolong saya!"

Terus, aku terus berteriak memanggil mereka, tetapi mereka tak mendengar. Setelah beberapa menit guncangan, tiba-tiba guncangan itu berhenti hingga membuatku merasa sedikit aman. Akan tetapi, tiba-tiba dari lantai atas aku melihat bayangan itu dengan jelas, di mana bayangan itu semakin dekat, dan semakin jelas.

Ya, bayangan hitam yang semakin lama seperti gumpalan asap hitam dengan dua sinar memancar mendekatiku.

Napasku tak beraturan, kepalaku sudah terasa berat. Sedangkan sosok itu, sekarang berada di hadapanku.

"Jangan ganggu, atau kamu mati!"

Tubuhku membeku, mataku membulat, sedangkan napas tercekat. Mahluk macam apa ini? Bentuknya hanya kepulan asap, tetapi suaranya terdengar serak dan berat.

ARGHHH!

Sosok itu tiba-tiba berteriak di hadapanku, hingga membuatku meneteskan air mata, lalu tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Brak!

***

Ketika membuka mata, aku telah berada di dalam kamar. Ya, ini adalah kamarku. Apakah itu tadi hanya mimpi?

"Zahra! Kamu udah sadar, Nak? Minum dulu susunya," ujar Ibu seraya menyuruhku meminum susu putih.

Aku langsung meminum susu yang diberi Ibu. Namun, hanya seteguk. Lalu, detik berikutnya aku menyadari sesuatu.

Brak!

Trang!

Aku mendorong Ibu dengan kuat hingga gelas yang ada ditangannya terlepas dan pecah.

"Kamu bukan Ibu! Di mana Ibuku?"

Ya, aku tau siapa Ibuku. Perempuan yang menyerupai Ibuku itu, bukanlah Ibuku. Dia adalah mahluk lain yang menyerupai Ibuku.

"Ada apa, Nak? Aku Ibumu," ujarnya seraya mendekat dan tangannya terlihat berdarah, akibat terkena pecahan kaca.

"Bukan! Ibuku tidak pernah memberiku susu putih. Karena ia tau, kalau aku alergi susu putih."

Tak mungkin jika wanita yang ada di hadapanku ini adalah Ibu? Sedangkan Ibu, sangat tau bahwa aku alergi terhadap susu putih. Untung tadi hanya kuminum sedikit.

"Aku adalah Ibumu, Za!"

"BUKAN!" Teriakku dengan keras.

Lalu, aku hendak berlari keluar dari dalam kamar ini. Akan tetapi, tangan wanita itu langsung menarikku ke dalam pelukannya.

"Kamu ini, jadi anak terlalu nakal. Kamu terima akibatnya karena sudah melawan perkataan orang tua," ujarnya dengan suara berat.

Wanita itu tiba-tiba menyeringai memperlihatkan giginya berwarna hitam dengan darah keluar dari mulut.

Aku terus memberontak, tetapi cengkramannya terlalu kuat hingga tanganku terasa sakit.

"Lepaskan!"

"Kamu terlalu ikut campur dengan urusan kami. Seharusnya kamu sudah mati sejak kecil."

Aku tak paham dengan apa yang sosok itu katakan. Dengan sekuat tenaga, akhirnya sosok itu melepaskan cengkramannya dari tanganku.

Aku berlari keluar kamar dengan tergesa-gesa dan sesekali melihat ke belakang. Ketika ingin menuruni anak tangga, aku melihat sosok perempuan merayap di sana dengan kaki dan tangan begitu panjang. Tubuhnya dipenuhi luka bakar yang sudah menghitam.

"Astaghfirullah! Ini rumah apa sarang setan?"

Ya, rumah yang saat ini sedang kutempati adalah rumah para mahluk tanpa tuan. Mereka semua sedang mencari tumbal untuk kekuatan mereka.

Bersambung...

Zahra (Mereka Datang!) TAMAT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang